Dosen Tradisi Lisan Masih Minim

Rabu, 15 Desember 2010 – 20:11 WIB
JAKARTA — Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal mengatakan Kemdiknas tengah meningkatkan jumlah dosen yang mampu mengajar dengan tradisi lisanMenurutnya, hingga saat ini dosen yang mengajarkan tradisi lisan masih sangat terbatas.

Salah satu upaya mendongkrak jumlah dosen yang mengajar tradisi lisan, antara lain dengan memberikan beasiswa  program S2 dan S3 dari jurusan Antropologi, Sosiologi, Bahasa dan Sastra, serta Seni dan Budaya untuk menggeluti bidang tradisi lisan

BACA JUGA: Kemdiknas Ajak Cina Teliti Kho Ping Hoo



“Tradisi lisan ini memang bukanlah suatu kurikulum khusus, namun dapat diselipkan di dalam mata kuliah dan pengajaran di dalam pendidikan perguruan tinggi," kata Fasli di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Rabu (15/12).

Dia mengatakan, hingga saat ini Kemdiknas dan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) sudah menawarkan kepada 71 orang mahasiswa S2 dan S3 dalam negeri, juga 8 mahasiswa dari luar negeri untuk mengikuti program pendalaman mengenai tradisi lisan.

“Tradisi lisan ini dalam perkembangannya bukanlah hanya menjadi suatu tulisan, tetapi juga multimedia
Sehingga, pengenalan jati diri dan pembangunan karakter antara budaya itu justru bisa dimantapkan dengan memelihara tradisi lisan ini,” paparnya.

Fasli berharap, dengan adanya program ini, diyakini tradisi lisan bisa berkembang seiring perkembangan dosen-dosen yang berkecimpung semakin banyak

BACA JUGA: Terlibat Kejahatan, Siswa Tidak Diluluskan

“Selain itu, jurnal-jurnal penelitiannya juga semakin banyak, sehingga kita dapat menjawab pertanyaan publik mengenai rendahnya kesadaran diir untuk melestarikan tradisi lisan,” ujarnya.

Ketua ATL Prudentia mengatakan ATL tengah melakukan kajian tradisi lisan terhadap beberapa kebudayaan yang ada di Indonesia
Dalam proses melakukan kajian tersebut, tentunya melalui media dokumentasi, pelatihan-pelatihan dan juga seminar yang kemudian akan dimasukkan ke dalam muatan lokal.

“Kami akui, dalam melakukan penelitian ini sangat sulit

BACA JUGA: Nilai UAS Kini Disetor ke Pusat

Pasalnya, tradisi lisan bukanlah suatu hal yang berwujud suatu bendaKarena sulit diteliti, maka dibuat kajian lisanJika tidak dibuat seperti itu, maka akan berat sekali,” imbuhnya.

Disebutkan, penerapan tradisi lisan ini sidah dilakukan di beberapa universitasAntara lain, Universitas  Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Hasil Unas Jadi Acuan Masuk PTN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler