Salah satu upaya mendongkrak jumlah dosen yang mengajar tradisi lisan, antara lain dengan memberikan beasiswa program S2 dan S3 dari jurusan Antropologi, Sosiologi, Bahasa dan Sastra, serta Seni dan Budaya untuk menggeluti bidang tradisi lisan
BACA JUGA: Kemdiknas Ajak Cina Teliti Kho Ping Hoo
“Tradisi lisan ini memang bukanlah suatu kurikulum khusus, namun dapat diselipkan di dalam mata kuliah dan pengajaran di dalam pendidikan perguruan tinggi," kata Fasli di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Rabu (15/12).
Dia mengatakan, hingga saat ini Kemdiknas dan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) sudah menawarkan kepada 71 orang mahasiswa S2 dan S3 dalam negeri, juga 8 mahasiswa dari luar negeri untuk mengikuti program pendalaman mengenai tradisi lisan.
“Tradisi lisan ini dalam perkembangannya bukanlah hanya menjadi suatu tulisan, tetapi juga multimedia
Fasli berharap, dengan adanya program ini, diyakini tradisi lisan bisa berkembang seiring perkembangan dosen-dosen yang berkecimpung semakin banyak
BACA JUGA: Terlibat Kejahatan, Siswa Tidak Diluluskan
“Selain itu, jurnal-jurnal penelitiannya juga semakin banyak, sehingga kita dapat menjawab pertanyaan publik mengenai rendahnya kesadaran diir untuk melestarikan tradisi lisan,” ujarnya.Ketua ATL Prudentia mengatakan ATL tengah melakukan kajian tradisi lisan terhadap beberapa kebudayaan yang ada di Indonesia
“Kami akui, dalam melakukan penelitian ini sangat sulit
BACA JUGA: Nilai UAS Kini Disetor ke Pusat
Pasalnya, tradisi lisan bukanlah suatu hal yang berwujud suatu bendaKarena sulit diteliti, maka dibuat kajian lisanJika tidak dibuat seperti itu, maka akan berat sekali,” imbuhnya.Disebutkan, penerapan tradisi lisan ini sidah dilakukan di beberapa universitasAntara lain, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.(cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Hasil Unas Jadi Acuan Masuk PTN
Redaktur : Tim Redaksi