JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gusti Kanjeng Ratu Hemas mengatakan, kasus penangkapan petugas Satuan Kerja (Satker) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh polisi Malaysia bukanlah kasus sepeleAlasannya, ini menyangkut masalah batas wilayah negara
BACA JUGA: 19 Politisi Senayan Belum Laporkan Kekayaan
DPD mendesak pemerintah Malaysia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka“Penerobosan batas wilayah dan tindakan kriminal polisi Malaysia bukan isu kecil
BACA JUGA: DPR Curigai Pengakuan 3 Pegawai DKP
“Karena bukan isu kecil, mestinya Pemerintah Malaysia beritikad baik menyampaikan permohonan maaf atas insiden tersebut, bukan mengecilkannya melalui pernyataan Duta Besar Malaysia," kata GKR Hemas di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (19/8).Menurutnya, kejadian ini sungguh sangat memalukan
BACA JUGA: Demokrat Siapkan Teguran Untuk Ruhut
"Ini mencerminkan betapa kurang dipandangnya kedaulatan teritorial Indonesia,” ujarnya.Dia mengatakan, hendaknya sikap sabar dan santun Indonesia tidak diterjemahkan sebagai kelemahan melainkan usaha untuk menjadi hubungan bertetangga yang baikSeharusnya, Pemerintah Malaysia memperlihatkan sikap yang sama dengan beritikad baik untuk menyampaikan permohonan maaf.
Berulang kali dia katakan, pemerintah Malaysia harus menyampaikan permohonan maaf terhadap tindakan pencurian ikan yang dilakukan warganya dan tindakan kriminal yang dilakukan aparatnya di dalam batas wilayah kedaulatan RI.
Dia mendesak pemerintah RI agar menjadikan kasus penangkapan PNS KKP oleh polisi Malaysia ini sebagai pelajaran berharga untuk fokus dan serius meningkatkan perlindungan terhadap kekayaan alam dan pengamanan yang memadai"Karena kuncinya adalah penguasaan kedaulatan terhadap seluruh batas negara," imbuhnya.
Dia juga meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengevaluasi sikap menteri-menterinya, karena kehati-hatian yang berlebihan hanya menunjukkan keraguan yang merusak karakter kita(sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PAN Bantah Dukung Gagasan Ruhut
Redaktur : Tim Redaksi