DPD: Segera Atasi Tiga Persoalan Petani

Senin, 07 Desember 2015 – 01:32 WIB
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Provinsi Lampung, Anang Prihantoro (berdiri) pada acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Swasembada Pangan Untuk Kesejahteraan Petani” yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-42 Ikatan Sarjana Pertanian Unila di Bandar Lampung. FOTO: DOK.PRI for JPNN.com

jpnn.com - BANDAR LAMPUNG – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Provinsi Lampung, Anang Prihantoro berharap Ikatan Sarjana Pertanian bisa merespons persoalan petani dengan cara memberikan resolusi sebagai wujud pengabdian keilmuan terhadap petani khusunya di Propinsi Lampung.

“Jika kita lokalisasi, ada tiga persoalan yang dihapai petani yanag harus segera kita jawab yakni sumber daya manusia petani di Propinsi Lampung, kualitas dan ketersediaa benih dan pupuk, kesiapan petani dalam menerapkan teknologi dalam proses produksi,” kata Anang Prihartoro saat Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Swasembada Pangan Untuk Kesejahteraan Petani” yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Pertanian Unila di Bandar Lampung, kemarin (5/12).

BACA JUGA: Papa Minta Saham Muncul Karena Manuver Freeport

FGD ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-42 Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila).

Anang Prihantoro menjelaskan bahwa Ikatan Sarjana Pertanian diharapkan mampu mentransformasi keilmuan terhadap petani agar bisa memiliki pemahaman yang sama dalam proses produksi baik dari proses pembibitan, perawaran hingga pemanenan. Salah satu contoh kecil, menurut Anang, kebiasaan petani setelah panen membakar jerami.

BACA JUGA: Fleet Dinner Meriahkan Malam HUT Armada RI 2015

Padahal, menurut Anang, secara keilmuan dengan membakar jerami sama saja merusak tanah sekaligus membunuh renik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Hal seperti ini menjadi secuil atau contoh soal yang terjadi pada petani dan tentunya butuh niat dan kerja keras semua pihak untuk mentransformasi keilmuan yang akan menguntungkan petani.

“Kita akan berdosa besar jika kita ikut memberikan stigma petani itu bodoh dan miskin. Sebaliknya, kita harus bisa menjawab bahwa petani bisa sejahtera. Sebagai contoh banyak sekarang anak-anak muda yang alergi terhadap profesi petani. Kenapa? Karena mungkin mereka berpikir sebagai petani pasti miskin. Hal yang demikian tentunya tidak kita harapkan terjadi pada generasi muda. Sebaliknya kita mesti optimis bahwa petani sebagai profesi yang menyenangkan dan bisa sejahtera,” kata Anang yang juga Alumnus Fakultas Pertanian Unila.

BACA JUGA: Innalillahi...Ibunda Gubernur Banten Rano Karno Wafat

Anang Prihantoro menambahkan semua pihak diharapkan bisa membantu pemerintah menjaga lahan produktif khusunya di Propinsi Lampung. Semua pihak harus saling kerja sama mempertahankan luas lahan produktif dalam rangka menjaga keseimbangan suplai pangan di Propinsi Lampung. Karena itu, diperlukan juga pendampingan instansi seperti penyuluh pertanian.

Pada bagian lain, Anang menjelaskan secara umum dilihat dari sebaran penduduk Indonesia yang dominan beraktifitas di bidang pertanian juga sebaran topografi wilayah maka pantaslah Indonesia merupakan negara agraris. Dengan demikian sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang diposisikan sebagai salah satu pilar yang utama sebagai penyokong pembangunan bangsa.

Namun hal ini tidak serta merta menjamin Indonesia sebagai negara bangsa secara langsung mampu merealisasikan arti sebuah kesejahteraan bagi petani. Karena sangat banyak tantangan yang dihadapi oleh pemerintah. 

Saat ini, menurut Anang, swasembada pangan kembali digelorakan oleh pemerintah dalam rangka mempertahankan kebutuhan dalam negeri yang berasal dari produksi petani Indonesia sendiri. Karena tercapainya swasembada pangan merupakan posisi keberhasilan pembangunan bangsa secara nyata khusunya bagi petani.

“Swasembada pangan memang suatu keharusan. Sebab ketergantungan pada impor pangan akan semakin berat bebannya seiring terbukanya pasar bebas baik ditingkat global maupun regional. Namun swasembada pangan hanya akan tercipta jika semua pihak dilibatkan dan dapat menikmati hasilnya,” tegas Anang.

Menurutnya, pemerintah saat ini berkomitmen untuk mewujudkan swasembada pangan. Hal ini pernah ditandaskan Presiden Joko Widodo pada pertemuan Jakarta Food Security Summit (JFSS).

Presiden Jokowi mengungkapkan keyakinan bahwa Indonesia dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun kedepan mampu mencapai swasembada pangan. Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan swasembada pangan jika dilihat dari kepemilikan lahan yang luas dan subur untuk dijadikan sentra-sentra produk beras, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya.

Selain itu, Indonesia terletak di wilayah tropis dan memiliki curah hujan yang cukup sehingga memungkinkan ragam tanaman bisa tumbuh dengan baik. 

Anang menjelaskan secara umum ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam rangka merealisasikan swasembada pangan. Diantaranya, sumber daya manusia.

Menurutnya, seiring bergulirnya modernisasi teknologi maka pada sektor pertanian sudah barang tentu petani dituntut bisa merespons tantangan tersebut dalam rangka optimalisasi produksinya. Sampai saat ini dilihat dari sebaran aktifitas petani masih banyak petani kita masih mempertahankan cara berproduksi dengan sistem yang konvensional.

“Situasi yang seperti ini diharapkan kerja sama semua pihak terkait untuk melakukan suatu gerakan yang menyeluruh kepada petani dalam rangka memperkenalkan sistem produksi yang menerapkan kemajuan teknologi,” katanya.

Di tempat yang sama, Ketua Ikatan Sarjana Pertanian Unila, Edy Yanto, mengatakan bahwa ISP memiliki tugas dan peran yang strategis dalam memengaruhi kebijakan Pemerintah Daerah, terutama dalam pembangunan pertanian.

Sementara itu, Ahli Teknik dan Tokoh Lampung, Ansori Jauzal memberi apresiasi atas pertemuan tersebut. Ia mengingatkan ISP bahwa membangun Pertanian di Lampung tidak mungkin hanya Insinyur Pertanian saja, tapi juga perlu sarjana teknik dan lain-lain.

“Bagaimana membangun saluran irigasi yang kuat dan awet, bagaimana air hujan untuk mengairi tanah pada musim kemarau. Itu juga perlu sarjana teknik,” Ansori Jauzal yang dikenal sebagai tokoh dari Lampung Utara yang multy talenta itu.

Dalam FGD ini, hadir antara lain Emilia Kusumadewi yang mewakili Kepala Dinas Pertanian Propinsi Lampung dan sejumlah tokoh dan pengusaha yang merupakan alumni dari Fakultas Pertanian Unila dari berbagai angkatan, dimana saat ini tersebar dan menduduki posisi penting di berbagai instansi dan lembaga.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Minta Antar Elit Jangan Saling Memotong


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler