jpnn.com, GRESIK - Data BPS yang dirilis pada 6 Agustus lalu menunjukkan, kontribusi sektor pertanian dalam menyumbang pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Triwulan II 2018 dibandingkan Triwulan I 2018 sebesar 9,93 persen (q to q).
Perlu dicatat, kontribusi sektor pertanian ini merupakan yang tertinggi dibanding sektor lainnya seperti jasa perusahaan yang hanya 3,37 persen dan jasa lainya hanya 3,30 persen.
BACA JUGA: Menteri Amran Puji Taman Teknologi di Gresik
Oleh karena itu, dalam rilis BPS disimpulkan bahwa pada Triwulan II 2018 sektor pertanian tumbuh meningkat. Terutama pada tanaman hortikultura khususnya produksi sayuran dan buah-buahan serta peternakan pada produk unggas.
Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, puncak panen raya padi terjadi di Maret 2018 dan masih berlangsung hingga akhir triwulan II/2018. Kedua, cuaca yang lebih kondusif dibanding tahun 2017 menyebabkan produksi sayur-sayuran dan buah-buahan meningkat. Ketiga, pengembangan teknologi budidaya dan pakan mandiri memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya.
BACA JUGA: Kemendes Apresiasi Program Bekerja Gagasan Menteri Amran
Tentang hal ini, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Viva Yoga Mauladi menilai pertumbuan ekonomi yang dipacu sektor pertanian sangat signifikan. Ini membuktikan bahwa gerakan pertanian Indonesia sangat tumbuh dengan pesat dan pertumbuhan dalam segala varietas di pertanian itu juga menjadi bagian tersendiri bagi dinamika masyarakat.
“Jadi sangat wajar apabila bidang pertanian itu menjadi sektor yang penting dalam rangka untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional,” demikian diungkapkan Viva Yoga pada kegiatan Grand Launching Taman Teknologi Pertanian Plus di Gresik, Rabu (8/8).
BACA JUGA: Pertajam Program Kerja, Mentan Sinergi dengan 2 Kementerian
Hadir Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo dan Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto.
Lebih lanjut Viva Yoga pun menilai capaian pembangunan pertanian saat ini karena kerja keras Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang tiada henti-hentinya keliling membangun pertanian dari Sabang sampe Merauke.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Plus Gresik merupakan bukti pemerintah memajukan pertanian. Sebab, teknologi sangat penting meningkatkan produksi dan petani harus paham tentang bagaimana menggunakan teknologi agar produksi dan kesejahteraan meningkat.
“Untuk meningkatkan rakyat dan kedaulatan pangan secara nasional, DPR akan mendorong peningkatan anggaran sektor pertanian, minimal 5 persen dari APBN harus masuk ke sektor pertanian. Kalo sekarangkan hanya 1 sampai 1,3 persen. Tidak akan mungkin kemudian sektor pertanian bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa penambahan anggaran,” tegasnya.
Terpisah, anggota Komisi IV DPR RI Ono Surono mengungkapkan tidak kaget dengan terus terjadinya tren peningkatan kontribusi sektor pertanian pada PDB Triwulan II 2018 ini naik menjadi 9,93 persen. Bahkan dia menilai sektor ini pula yang menjadi salah satu faktor pendorong sehingga laju pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II ini naik menjadi 5,27 persen dari periode I sebesar 5,06 persen.
“Selama ini fokus kita ini memang adalah peningkatan produksi dan tentunya sudah ada beberapa keberhasilan yang sudah kita lihat. Bahwa produk pangan bisa kita tingkatkan produksinya seperti jagung, beras, dan sejumlah produk hortikultura itu menjadi sebuah keberhasilan yang patut kita apresiasi sehingga peningkatan produksi ini berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan PDB itu,” kata Ono.
“Hal ini tidak lepas dari kerja keras Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang terus mendorong petani untuk selalu berupaya meningkatkan produksi pertanian,” imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Amran menjelaskan komoditas yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi yakni jagung, telur ayam, bawang merah, domba dan komoditas sayura-sayuran serta buah-buahan. Dulu jagung, bawang merah dan telur diimpor, tetapi kini sudah diekspor ke berbagai negara.
“Pada tahun 2018 ini Indonesia sudah ekspor jagung 100.000 ton lebih ke Filipina, berasal dari Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Provinsi NTB pun ekspor jagung 300.000 ton ke Filipina. Telur pun sudah ekspor ke Jepang, ini sejarah baru bagi kita,” jelasnya.
“Kalau sektor pertanian tumbuh dengan baik, kesejahteraan dan perekonomian nasional naik,” tambahnya.
Direktur Jenderal Hortikultura menambahkan membaiknya kinerja sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB ini memang sejalan dengan implementasi program Kementan di lapangan.
Di sub sektor hortikultura sendiri, sangat fokus meningkatkan produksi hingga ekspor berbagai jenis sayur-sayuran seperti bawang merah, buncis, dan berbagai sayuran lainya. Bawang putih pun tengah didorong produksinya dan ditargetkan tidak ada impor.
“Begitu pun dengan komoditas buah-buahan tengah digenjot produksi dan volume ekspornya. Misalnya, durian, manggis, salak, jeruk dan berbagai jenis buah lainya. Bibit jeruk baru-baru ini dibagikan 1 juta pohon agar produksi naik dan tidak lagi impor bahkan ekspor,” bebernya.
Untuk komoditas bawang merah, lanjut Suwandi, Pertumbuhan ekspor bawang merah sejak 2014 hingga 2018 mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2014 Indonesia masih mengimpor bawang merah sebesar 74.903 ton.
Pada 2015 total impor sebesar 17.429 ton, tetapi pada 2016 tidak ada impor bawang merah, bahkan mampu mengekspor 735 ton serta pada tahun 2017 Indonesia telah berhasil ekspor 7.750 ton bawang merah naik 93,5 persen.
“Pada tanggal 1 Agustus 2018, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas ekspor sebanyak 5.600 ton ke Thailand dan diprediksi ekspor tahun 2018 sebesar 15.000 ton,” ungkapnya.
Kemudian, untuk program bantuan bibit jeruk berikut pupuk secara gratis sebanyak 1 juta pohon bertujuan agar dalam waktu 2,5 hingga 3 tahun lagi sudah berproduksi hingga diekspor sehingga meningkatkan pendapatan petani.
“Meningkatkan volume ekspor tentu berdampak positif terhadap pertumbuhan PDB. Ke depan semua komoditas pangan ditargetkan produksinya naik, bahkan volume ekspornya pun naik,” ucap Suwandi.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertanian Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh