jpnn.com - JAKARTA – Kisruh politik di DKI Jakarta dianggap menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Setidaknya, itulah penilaian Ketua Badan Anggaran DPR, Ahmadi Noor Supit.
Selain kisruh itu, Ahmadi juga melihat lambannya sikap Presiden Joko Widodo ikut membuat rupiah hancur. Ahmadi menilai, Jokowi lamban dalam mengantisipasi persoalan yang ada.
BACA JUGA: Wow.. PLN Raup Pendapatan Rp 292,7 T Selama 2014
Ahmadi mengatakan, pemerintah menjadikan masalah ekonomi di Tiongkok sebagai alasan melemahnya nilai tukar rupiah. Menurut Ahmadi, pemerintah seharusnya bisa menjaga stabilitas keuangan.
"Sebab kalau melihat capital inflow (arus modal asing), itu luar biasa. Karena, dolar yang masuk ke Indonesia sangat banyak. Mestinya kalau dilihat dari sisi capital inflow, (kurs) dolar itu bisa menurun, bukan menguat karena masuk terus ke Indonesia," kata Ahmadi, Rabu (4/3).
BACA JUGA: PPN 10 Persen untuk Pengguna Tol Diterapkan Mulai 1 April
Politikus Golkar ini berharap, pemerintah dapat segera meredam situasi tersebut. Dia tidak ingin investor merasa tak nyaman berinvestasi karena adanya kekhawatiran terhadap situasi politik seperti yang terjadi di DKI Jakarta.
"Misalnya masalah di Jakarta, perseteruan yang semestinya tidak harus ada. Itu kan Ibu kota negara, bagaimanapun bisa menjadi pemicu untuk daerah-daerah lain tentunya," tegas Ahmadi.
BACA JUGA: Pemerintah Yakin PPN Tol tak Pengaruhi Biaya Logistik
Dia juga memandang situasi partai politik yang belum stabil menjadi salah satu faktor pemicu pemelahan rupiah. Ahmadi menambahkan, sikap presiden yang cepat mengatasi persoalan kelangkaan beras mestinya bisa meredam inflasi.
"Ini juga harus dilakukan presiden di bidang politik. Kalau presiden punya sikap, misalnya turun tangan soal Jakarta, KPK, soal parpol. Bila itu dilakukan pres, itu bisa meredam," tegas Ahmadi. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Minta Menteri Pantau Sembako Setiap Hari
Redaktur : Tim Redaksi