jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Helmy Faishal Zaini mengingatkan pemerintah Indonesia konsisten mendorong pendekatan diplomasi untuk perdamaian di Timur Tengah. Kerja sama yang makin kuat pengan negara-negara lain juga penting untuk mengatasi dampak konflik geopolitik terhadap kondis di Tanah Air.
Anggota Komisi I DPR Helmy Faishal Zaini mengatakan sejauh ini, konflik di Timur Tengah telah memengaruhi stabilitas ekonomi global.
BACA JUGA: Konflik Timur Tengah: Pemerintah Diminta Cari Alternatif Pasokan Minyak dari Negara Lain
Kondisi itu bisa berdampak negatif pada ekonomi Indonesia, memperburuk kondisi sosial dan keamanan.
“Untuk menjaga agar konflik geopolitik di Timur Tengah tidak mempengaruhi kondisi keamanan di Indonesia, pemerintah perlu mengambil pendekatan diplomasi yang kuat dengan mempromosikan perdamaian dan menekankan pentingnya dialog multilateral,” kata Helmy.
BACA JUGA: Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Kuat Hadapi Dinamika Geopolitik Timur Tengah
Menurutnya, pemerintah harus waspada terhadap kondisi yang terjadi di Timur Tengah, terutama terkait dengan dampak ekonomi, seperti fluktuasi harga minyak dan gangguan perdagangan, yang biaa mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia.
“Dengan memperkuat kerja sama internasional, meningkatkan keamanan domestik, dan memperkuat resiliensi ekonomi, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari konflik di Timur Tengah,” usar dia.
BACA JUGA: DPR Apresiasi Langkah Nyata Pemerintah RI Cegah Dampak Konflik Timur Tengah
Sedangkan anggota DPR Muhammad Farhan mengatakan pemerintah perlu menjaga hubungan yang kuat dengan negara-negara sahabat di Timur Tengah.
“Jangan tunjukkan niat atau sikap seolah ingin menjalin hubungan diplomasi dengan Israel. Sehingga Indonesia tetap dihormati sebagai negara yang konsisten.”
Dia menilai dampak dari konflik di Timur Tengah yang harus diwaspadai adalah terhambatnya impor minyak mentah dan bahan pangan dasar, seperti beras, kedelai, dan gandum, jika perairan Teluk Persia, Hormuz dan Suez terganggu.
Sebab akan memengaruhi arus masuk kebutuhan pokok. “Akibatnya harga akan naik dan inflasi tinggi,” katanya.
Dari sisi keamanan, dia melihat dampaknya tidak terlalu besar bila konteksnya keamanan wilayah atau intervensi militer asing atau terorisme.
“Bisa dikatakan risikonya tidak tinggi. Kemungkinan risiko terorisme hanya jika sel terorisme radikal di Filipina melakukan aktifasi sebagai bentuk serangan kepada sekutu Israel dan Amerika,” ujar Farhan. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia