DPR Ingatkan Pemerintah soal Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Listrik Nasional

Minggu, 06 Maret 2022 – 22:08 WIB
Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan. Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan menyebut perang terbuka Rusia melawan Ukraina bisa berdampak pada kenaikan listrik di tanah air.

Asumsinya, perang bisa meningkatkan Indonesian Crude Price (ICP), karena pembangkit listrik masih menggunakan BBM.

BACA JUGA: Biro Protokol dan Humas Setjen DPR Kembangan Soft Skill Pegawai

Setiap kenaikan 1 USD per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.

“Sejatinya kenaikan minyak dunia juga akan mengerek harga minyak mentah ICP. Saat ini minyak mentah dunia telah melewati batas 100 dolar AS per barel,” ujar dia dalam siaran persnya, Minggu (6/3).

Padahal, Heri menyebut dalam APBN harga ICP hanya dipatok 63 USD per barel.

BACA JUGA: Anggota DPR ini Korban Macet Parah Jalur Puncak, Ingatkan Pemerintah

“Artinya, ada selisih 37 dolar AS per barel,” imbuh pria yang akrab disapa Hergun tersebut.

Politikus Partai Gerindra itu menyebut kenaikan ICP akan berdampak pada sisi pendapatan dan belanja negara.

Dari sisi pendapatan negara, kenaikan ICP akan meningkatkan pendapatan negara yang berbasis komoditas migas, yaitu pajak penghasilan (PPh) migas dan pendapatan negara bukan pajak SDA migas.

BACA JUGA: DPR-Pemerintah Bahas Pemekaran, Supratman: Bukti Rasa Cinta Luar Biasa Kepada Papua

Sementara dari sisi belanja negara, kenaikan ICP akan meningkatkan subsidi energi, dana bagi hasil (DBH), anggaran pendidikan, dan anggaran kesehatan.

Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2022 dijelaskan bahwa kenaikan 1 dolar AS per barel bisa menambah pemasukan negara neto sebesar Rp 400 miliar.

Dengan adanya selisih harga 37 dolar AS per barel, maka akan menambah pemasukan negara sebesar Rp 14,8 triliun.

Dia berpendapat kenaikan minyak dunia sejatinya bisa dimanfaatkan oleh Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk meningkatkan lifting minyak bumi sehingga Indonesia mendapatkan keuntungan lebih banyak.

“Sayangnya, pada realisasi lifting minyak bumi sepanjang 2021 hanya tercapai 660 barel oil per day (BPOD), angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 705 BOPD,” kata dia.

Hergun mengatakan tidak optimalnya lifitng minyak pada 2021 menimbulkan pesimisme akan terpenuhinya target lifting minyak bumi pada 2022 yang ditetapkan sebesar 603 BPOD.

Dia pun berharap pemerintah mampu memanfaatkan kenaikan ICP untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Keuntungan dari kenaikan perlu didistribusikan untuk menambah subsidi energi dan sekaligus menahan kenaikan harga BBM di dalam negeri.

Hergun.mengingatkan dampak lainnya dari perang Rusia-Ukraina, yaitu potensi menurunnya kinerja ekspor dan impor yang bisa menganggu target pertumbuhan pertumbuhan ekonomi pada 2022.

“Pada 2022, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,2 persen. Target yang cukup tinggi berpijak pada baseline 2021 yang mampu tumbuh sebesar 3,69 persen,” kata dia.

Dia menyebut capaian 2021 antara lain didukung oleh kinerja ekspor yang tumbuh 24,04 persen dan impor tumbuh 23,31 persen.

Realisasi pendapatan negara pada 2021 mencapai 114,9 persen. Sementara realisasi belanja negara mencapai 101,3 persen.

Adapun defisit turun dari target 5,7 persen menjadi 4,65 persen.

Perang Rusia-Ukraina akan berdampak terhadap kinerja ekspor-impor Indonesia terutama terhadap kedua negara tersebut.

Nilai ekspor Indonesia ke Ukraina sepanjang 2021 mencapai 416,99 juta dolar AS.

Sementara nilai impor dari negara tersebut mencapai 1,04 miliar dollar AS.

“Sementara nilai ekspor Indonesia ke Rusia tumbuh 53,42 persen menjadi 1,49 miliar dolar AS. Sedangkan nilai impor mencapai 1,25 miliar dolar AS. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia tercatat surplus 239,79 juta dolar AS," pungkas dia. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Habiburokhman DPR Soroti Kasus ABG Jadi Budak Seks AKBP M, Simak


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler