jpnn.com, JAKARTA - Komisi II DPR menguji mental para calon Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2017-2022. Hal tersebut sangat terasa dari berbagai pertanyaan yang diajukan pada uji kelayakan dan kepatutan yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/4).
Di antaranya, sebagaimana pertanyaan yang dikemukakan anggota DPR Rufinus Hutauruk. Dia mencecar calon anggota KPU yang diketahui saat ini masih menjabat Ketua KPU Provinsi Papua Barat, Amus Atkana.
BACA JUGA: Ceu Popong Memang Asoi untuk Satu Hal Ini
"Masih berani maju untuk mencalonkan diri, padahal di Papua masih banyak permasalahan. Ini saya khawatir apa yang di visi-misi bohong semua," ujar Rufinus.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura ini juga mempertanyakan definisi sistem pemilu pada Amus. "Menurut anda, apa yang disebut sistem, saya khawatir Anda enggak ngerti dengan sistem," ucapnya.
BACA JUGA: Proyek e-KTP Memang Dirancang untuk Dikorupsi
Menanggapi pertanyaan yang ditujukan padanya, Amus kemudian memaparkan kondisi yang terjadi di Papua Barat pada saat penyelenggaraan pemungutan suara, 15 Februari lalu.
"Terkait Pilkada di Papua Barat, kenapa sampai terjadi ada pertumpahan darah, masalahnya ada pada DPT (daftar pemilih tetap). Jadi begitu penetapan DPT, ada yang bilang namanya enggak ada, ada yang (pemilih,red) siluman, dan lain-lain," tutur Amus.
BACA JUGA: Dua Komisioner KPU Halteng Dilaporkan ke KPU RI
Dia menegaskan, basis data untuk penetapan DPT berdasarkan data kependudukan berkelanjutan. Permasalahan timbul, lebih karena sistem data itu sendiri.
"Penyebab utama adalah sistem data itu sendiri. Kemudian masalah sosialisasi, jaringan komunikasi di sana sangat terbatas. Menurut saya sistem operasi itu adalah satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen untuk mencapai tujuan tertentu," pungkas Amus. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Akan Fit and Proper Test Calon KPU dan Bawaslu
Redaktur & Reporter : Ken Girsang