jpnn.com, JAKARTA - Praktik pungutan liar (pungli) disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keserakahan, kesempatan dan kewenangan, serta kebutuhan. Pungutan liar bisa jadi cikal bakal korupsi dalam skala besar. Lewat sosialisasi tentang Unit Pemberantasan Pungli yang diselenggarakan oleh Ispektorat Utama (Irtama) DPR RI bekerja sama dengan Satgas Saber Pungli, DPR berusaha membangun budaya anti-pungli.
Dalam pemaparan materi diskusi, yang disampaikan oleh Wakil Sekretaris Satuan Tugas Saber Pungli Pusat Inspektur Jenderal Polisi M Ghufron mengatakan, misi satgas adalah membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungli. Selain mencetak SDM yang jujur, sistem yang dimaksud juga berupa teknologi informasi yang akuntable.
BACA JUGA: Komisi VI Setuju Rp 3,5 Triliun Anggaran Kemendag
"Membangun dan menginternalisasi budaya anti-pungli pada tata pemerintahan dan masyarakat," ujar Ghufron dalam presentasinya di Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (16/10).
Dia juga menyampaikan, adanya satgas ini juga bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik melalui transparansi dan standarisasi pelayanan, sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam diskusi Ghufron didampingi oleh, Inspektur II Irtama DPR Ignatius Bambang Rudianto.
BACA JUGA: Perempuan Harus Punya Strategi Hadapi Pemilu 2019
Pembentukan Satgas Saber Pungli berdasar pada Amanat Presiden yang mengeluarkan Perpres Nomor 87 tahun 2016 tantang Satgas Saber Pungli. Presiden Joko Widodo memperingatkan seluruh instansi kementerian dan lembaga untuk menghentikan praktik pungli, dan menunjuk Menko Polhukam sebagai pengendali dan penanggungjawab terhadap kegiatan Satgas Sapu Bersih Pungutan Liar. (adv/jpnn)
BACA JUGA: Kinerja Menteri Susi Mencederai Prestasi Jokowi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fadli: Ini Bukti Parlemen Dunia Hadir Dalam Krisis Rakhine
Redaktur : Tim Redaksi