DPRD NTT: Tren Angka Kemiskinan Fluktuatif

Jumat, 06 Januari 2017 – 12:15 WIB
ILUSTRASI. FOTO: Radar Semarang/JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com - Ketua Komisi III DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Hugo Rehi Kalembu mengatakan tren angka kemiskinan di NTT memang fluktuatif.

“Sempat turun hingga 19 persen. Namun sekarang naik lagi menjadi 22 persen,” kata Hugo di Kupang.

BACA JUGA: Program DeMAM Jadi Solusi Berantas Kemiskinan

Ia menyayangkan angka ini kian naik. Ini artinya tidak sesuai dengan RPJMD, karena angka kemiskinan cenderung naik.

Hugo mengakui banyaknya investasi yang masuk. Namun ternyata tidak embawa implikasi terhadap penurunan angka kemiskinan. Termasuk program DeMAM.

BACA JUGA: Pemprov Optimistis Angka Kemiskinan Turun

Soal kemiskinan, menurut Hugo, tentu tak bisa dilimpahkan kepada provinsi saja. Sebab, perhitungan yang dilakukan BPS itu adalah dari total seluruh masyarakat NTT. Artinya ada peran pemerintah kabupaten/jita juga.

Total dana yang diberikan oleh pusat kepada seluruh daerah di NTT hampir mencapai Rp 30 triliun. Namun mengapa NTT masih terus miskin. Hugo mengatakan yang salah adalah pendekatan yang dilakukan pemerintah.

BACA JUGA: Anies Baswedan: Kemiskinan di Jakarta Lebih Parah Dari…

Menurutnya, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan sinterklas. Uang memang diberikan langsung kepada masyarakat hanya untuk menyenangkan masyarakat, tetap tidak ada strategi yang baik dalam pemberdayaan. Sayangnya, dana seperti ini banyak dipakai hanya sebagai instrumen politik untuk memperkuat kekuasaan. Dengan demikian tidak ada strategi pemberdayaan masyarakat yang tepat.

Ia menyarankan semua kepala daerah di NTT harus punya komitmen yang sama untuk memberdayakan masyarakat. Tiga hal pokok yang jadi perhatian adalah menciptakan masyarakat mempunyai daya beli yang baik, punya pendidikan yang baik dan juga kesehatan yang baik.

“Sebab, tiga komponen ini yang menentukan IPM kita dan juga tentu mengurangi angka kemiskinan,” kata politikus partai Golkar ini.

Belum lama ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong mengakui NTT sudah cukup maju.

Ia membandingkannya dengan tahun 2015 lalu ketika pertama kali mengunjungi NTT. NTT menurutnya menjadi incaran investor. Dan semakin hari semakin banyak investasi yang ditanamkan di NTT. Yang terbaru adalah PT Garam Indonesia yang akan memproduksi garam di wilayah Kabupaten Kupang.

Menurutnya, ini investasi yang sangat besar di NTT. Selain itu, kapal listrik 2x60 megawatt yang sudah tiba di NTT dan masih dalam tahap instalasi. Menurut Thomas, masih ada investasi-investasi lain yang masuk ke NTT. Ini adalah tanda-tanda kemajuan konkrit hanya dalam waktu satu tahun.

“Jadi ini membuat saya cukup optimis,”kata dia menambahkan, sektor wisata NTT pun paling menjanjikan. Sementara, sektor jasa juga sudah cukup maju. Industri manufaktur mulai bergeliat. Perusahaan tekstil asing sudah masuk, yakni perusahaan pembuat wig dari Korea.

Ia juga menjelaskan Pemda NTT sedang menciptakan kawasan industri. Hal ini sesuai dengan program BKPM saat ini yakni Program Klik. Ini adalah layanan investasi hanya dalam waktu tiga jam. Namun ini hanya khusus untuk investasi di kawasan industri.

“Sarana ini bisa diterapkan di kawasan industri di NTT,” katanya.

Terkait nilai investasi di tahun 2017, menurut Thomas, tingkat nasional ditargetkan mencapai Rp 670 triliun. Sedangkan khusus NTT ia memperkirakan mencapai ratusan miliar. Menurutnya, trend investasi tetap meningkat.

Selain itu, model investasi di nTT juga cenderung mulai berubah. Dahulu paling banyak di pertanian, perkebunan dan peternakan, sekarang mulai merambah wisata, manufaktur produksi industrial seperti garam.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler