Dr AB Susanto, Pengusaha dengan Seabrek Keahlian

Urus Penderita Diabetes sambil Beri Konsultasi Berlian

Kamis, 17 Juni 2010 – 07:33 WIB
AB Susanto, di kantornya, Gedung BNI 46, Kota, Jakarta. Foto; Priyo Handoko / Jawa Pos
MESKIPUN berlatar belakang ahli hormon dan diabetes, karir A.BSusanto sebagai konsultan manajemen lebih meroket

BACA JUGA: Tjong A Fie Mansion, Rumah Keluarga yang Disulap Jadi Museum

Tokoh yang kerap menjadi rujukan bagi para peminat berlian di tanah air itu kini sibuk mengurusi penderita lepra dan mengejar obsesi barunya, yakni mengembangkan ekonomi daerah.

------------------------------------------ 
PRIYO HANDOKO, Jakarta
------------------------------------------
 
Sambil tersenyum, A.B
Susanto menunjukkan sehelai kartu pos

BACA JUGA: Ke Darul Uloom Zakariyya, Pesantren Multibangsa di Johannesburg

Ada dua foto dirinya yang ikut nampang di situ
Susanto tidak sendirian

BACA JUGA: Video Mesum Mirip Ariel-Luna-Cut Tary Sampai ke Afrika Selatan

Di foto yang pertama, dia tampil bersama artis Sandra DewiSedangkan di foto kedua dia didampingi Qory Sandioriva, putri Indonesia 2009Di sisi lain, tertulis besar "Hand in Hand for a World Without Leprosy".

Sejak pertengahan 2009, pendiri The Jakarta Consulting Group (JCG) itu memang menjadi presiden Gerakan Masyarakat Peduli Indonesia dan Dunia tanpa Kusta (Gempita)Sandra Dewi kebetulan menjadi salah seorang duta lepra keliling.

"Mungkin karena tidak ada yang mau mengurusi, makanya saya yang ditunjuk," canda Susanto saat ditemui di ruang kantornya di Wisma 46 "Kota BNI, lantai 32, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (9/6)Puluhan koleksi benda antik dari berbagai negara, mulai gading gajah hingga miniatur patung ala Mesir, menghiasi ruang kerja Susanto yang cukup luas tersebut.

Susanto menyatakan sangat prihatin dengan kondisi Indonesia yang kini berada di tingkat ketiga penderita lepra tertinggi dunia setelah India dan BrazilPadahal, obat yang sangat manjur, yakni MDT (Multi Drug Therapy) sebenarnya tersedia di semua puskesmas di seluruh Indonesia secara gratisKurangnya sosialisasi membuat penderita bukannya memperoleh pengobatan, tapi malah dikucilkan"Ini ironis sekali," sesal pemilik nama lengkap Alfonsus Budi Susanto itu.

Meskipun sekarang menjadi "aktivis" di dunia lepra, pria kelahiran Jogjakarta, 9 September 1950, itu sebenarnya adalah doktor endokrinologi-diabetologiDalam bahasa sederhana, dia ahli dalam ilmu hormon dan diabetes.

Sewaktu lulus SMA Kolese de Britto, Jogjakarta, pada 1969, Susanto memang langsung berangkat ke JermanDia masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas BonnBegitu lulus, dia melanjutkan studi ke Universitas Duesseldorf, Jerman Barat, hingga meraih gelar doktorDia sempat berpraktik di sejumlah rumah sakit ternama di JermanTapi, pada 1978, Susanto memutuskan pulang ke tanah airDia lantas menjadi direktur medis di Schering AG.

"Sejak awal sekolah di Jerman, saya memang berpikir untuk pulangSaya merasa di sini (Indonesia, Red) lebih bisa menjangkau banyak orang daripada di JermanDan, yang terpenting, Jerman bukan bangsa saya sendiri," tutur Susanto.

Meski tak lama, Susanto juga pernah berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta PusatDia banyak menangani kasus jerawat yang dipicu ketidakseimbangan hormon"Saya kan mendalami bidang hormon dan pernah meneliti obat-obat jerawat," katanya.

Sewaktu menjadi direktur medis di Schering AG, ketertarikan Susanto terhadap dunia dan disiplin ilmu manajemen mulai tumbuhDi usia yang memasuki kepala tiga, Susanto memutuskan untuk mengambil program S-1 ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaDia juga meraih gelar master of arts (MA), American Studies, di universitas yang sama.

Pada 1983, Susanto mendirikan The Jakarta Consulting Group (JCG) yang terus berkembang hingga sekarangTidak hanya dikenal luas sebagai pengusaha sukses, kepakaran Susanto di bidang manajemen juga mumpuniPuluhan buku manajemen telah dia hasilkanBeberapa di antaranya, cukup familier, terutama buku berjudul Manajemen Pemasaran di Indonesia yang ditulisnya bersama Philip Kotler, sampai dua edisi.

Sebaliknya, belum ada satu pun buku yang dia tulis bertema dunia kedokteranMisalnya, soal diabetesTulisan Susanto untuk kongres-kongres dunia kedokteran sebenarnya cukup banyakTapi, dia tidak sempat mengompilasi menjadi bukuBahkan, dia pernah menerima medika award pada 1980 untuk tulisan-tulisannya.

"Mungkin itu kurang tertibnya kalau bergerak di bidang medisKalau kita (manajemen) agak lebih tertibAda semua catatannya," canda Susanto yang sempat maju sebagai caleg PKB untuk DPR pada Pemilu 2004 dan 2009 di DKI Jakarta.

Dengan nada bercanda, Susanto mengatakan kini telah menemukan garis merah antara diabetes dan ilmu manajemenMenurut dia, pengobatan diabetes adalah bidang ilmu kedokteran yang paling banyak menggunakan prinsip manajemenKarena penyakitnya nggak bisa sembuh, jelas Susanto, mau tidak mau penderita diabetes harus bisa hidup dengan penyakit ituUntuk melakukan itu, ada tiga variabel penting yang harus dikelola dengan disiplin tinggiYakni, porsi makan, obat, dan gerak tubuh atau olahraga.

"Saya juga selalu memberikan nasihat dan konseling kepada pasien soal ini," ujarnya

Dalam konteks yang berbeda, aktivitas memberikan nasihat dan konseling ini kini tetap dipraktikkan Susanto melalui JCGNamun, sasarannya bukan penderita diabetes, melainkan mitra bisnis.

Sebagai konsultan, Susanto kini tengah bergerak ke "arah lain"Dia mengatakan bercita-cita mendorong pengembangan ekonomi daerahMenurut Susanto, Indonesia akan maju kalau regional economic development bagus.

"Ini bagian yang sejak era otoda tertinggalkanSekarang tiba saatnya ke arah sanaSetahun ini saya bersiap-siap mau mencoba ikut menyumbang dalam pembangunan daerah dengan pemanfaatan data-data geospasial," katanya.

Program yang disebut STIPS (space and time information for policy and strategy) disiapkanProgram itu, kata Susanto, akan menjadi jembatan bagi para pemangku kepentingan, mulai pemerintah, investor, hingga publik luas, untuk mengetahui potensi daerah melalui cara yang mudah.

"Kami memberikan jasa dengan membesarkan hati para pimpinan daerah untuk membuat keputusan strategis dengan menggunakan data iniIni sedang menjadi passion saya," kata Susanto.

Selain ahli diabetes dan manajemen, Susanto punya spesialisasi keahlian yang lain, yakni menaksir berlianSaat di Jerman, Susanto juga menempuh studi di Institute Gemmological Idar Oberstein, Jerman BaratPredikat gemologist pun dia sandangGemologist adalah sebutan untuk ahli identifikasi batu mulia.

"Orang tua saya kebetulan pedagang jeweleryMakanya, saya senang dengan berlianDan, saat di Jerman, saya punya kesempatan untuk belajar secara formal dan sistematis tentang berlian," cerita suami Tati Susanto itu"Ilmu berlian" itu kemudian "diturunkan" kepada dua putrinya, Patricia Susanto dan Yohana Susanto

"Saya bisa mengajari seseorang dengan cepat sampai menjadi ahliIni ilmu yang tidak jelek untuk dipelajari kok," katanya, lantas tersenyum.

Karena pengetahuannya itu, banyak kolega yang meminta bantuan penilaian dari Susanto saat hendak membeli berlianMeski begitu, sekarang Susanto membatasi diri hanya kepada berlian "kelas tinggi"Biasanya 12 karat (satuan pada berlian) ke atas"Kalau yang standar-standar, saya sudah nggak tahu," kata Susanto.

Dia mengatakan, kini berlian 20 karat termasuk langkaProduksinya di dunia per tahun hanya sekitar 50 butirHarga per satu butir berlian 20 karat bisa mencapai USD 2 juta atau hampir Rp 20 miliar"Nah, kalau ada 2?3 berlian "mampir" ke Indonesia, saya pasti tahuPasti ada saja yang memberi tahu," ujarnya.

Susanto menuturkan, berlian kelas tinggi itu biasanya datang dari Tel Aviv (Israel) dan New York (AS)Ketika kabar masuknya berlian itu beredar, sejumlah kolega biasanya langsung mengkontak Susanto untuk konsultasiPertanyaannya tak jauh dari soal harga yang pantas, peluang investasi, dan potensi buyer jika mau diperjualbelikan kembali.

"Pembeli berlian (di Indonesia, Red) kan orang-orang itu sajaBeberapa orang yang kita kenal selalu basisnya trust," kata dia

Menurut dia, berlian besar dan bagus sekarang cenderung digunakan untuk investasiFaktor langka membuat harga berlian terus meningkat dari waktu ke waktu.

Sayang, Susanto tak mau menyebutkan beberapa nama kolektor berlian "kelas tinggi" di IndonesiaBegitu pula soal honor yang diperoleh Susanto setiap memberikan konseling proses jual beli berlian"Itu rahasia dapur," ujar pria yang kini dalam penyembuhan kelumpuhan yang dideritanya itu.

Saat ditemui Jawa Pos (JPNN Grup), Susanto sudah mulai berlatih berjalan tanpa menggunakan tongkatDia mengalami lumpuh pada Maret?Agustus 2008 karena dugaan malapraktik sebuah rumah sakit di kawasan Lippo KarawaciProses hukum (kasus malapraktik itu, Red)-nya masih berjalan.

Memang, Susanto sudah bisa kembali berjalan meski dengan bantuan tongkat"Tapi, seminggu terakhir mulai lepas tongkatSoalnya, pakai tongkat menimbulkan dampak kurang bagusJalannya jadi miringSupaya ritmenya kembali normal, saya diminta berlatih jalan pelan-pelan," tutur Susanto yang selalu didampingi sekretaris pribadinya untuk berlatih berjalan.

Meskipun belum sepenuhnya fit, aktivitas Susanto mulai padatMaklum, selain menjadi presiden Gempita, dia anggota Dewan Pakar Asosiasi Manajer Indonesia, anggota Dewan Penasihat Asosiasi Mediator Indonesia, dan anggota Dewan Kehormatan Forum Bersama Indonesia Tionghoa

"Mudah-mudahan bisa cepat kembali normal sehingga saya bisa beraktivitas seperti semula," tandasnya(*/c4/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Johannes Maria, Pastor yang Berjuang Menghidupi Museum Nias


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler