jpnn.com - YANG paling membuat Joe Biden lempar handuk adalah: tidak banyak lagi yang mau menyumbang untuk kampanyenya.
Sejak kalah debat capres lawan Donald Trump lalu, seruan agar Biden undur diri memang meluas.
BACA JUGA: Ide Terakhir
Awalnya Biden bersikeras tetap nyapres, tetapi arus dana masuk turun drastis. Tanpa dana yang cukup tidak mungkin bisa menang.
Waktu terlalu mepet bagi siapa pun untuk menggantikan Biden. Pilpresnya tinggal tiga bulan lagi.
BACA JUGA: Terbaik Baru
Maka tidak ada pilihan lain bagi Demokrat kecuali memajukan Wakil Presiden Kamala Harris sebagai capres.
Sebenarnya ada tokoh Demokrat yang bisa mengalahkan Trump dengan lebih mudah: Michelle Obama. Istri Presiden Barack Obama.
BACA JUGA: Tanpa Lipstik
Publik Amerika tahu kualitas Michelle. Juga menyukainya. Tidak kalah hebat dengan Obama. Namun, Michelle tidak mau. Atau belum mau.
Dukungan untuk Kamala Harris pun terus mengalir. Nama-nama yang selama ini disebut sebagai pengganti Biden sudah mendukung Harris.
Bagi Demokrat, kesadaran bahwa kali ini capresnya akan kalah sudah muncul. Maka fokus mereka saat ini seperti PDI Perjuangan sebulan menjelang Pilpres: tidak lagi all out memenangkan Ganjar Pranowo, tetapi lebih fokus pada kemenangan para calon anggota legislatifnya.
Saat itu mereka sudah tahu rating Ganjar-Mahfud terus menurun.
Maka fokus Demokrat Amerika juga lebih ke pemilihan anggota legislatif di sana. Capresnya boleh kalah. Seperti agak dilepas begitu saja. Namun, penguasaan atas DPR dan Senatnya harus lebih utama.
Trump lantas seperti di atas angin, apalagi setelah peristiwa penembakan yang mengenai daun telinga kanannya itu. Popularitasnya berkibar-kibar: seperti pasti terpilih jadi presiden lagi.
Ada juga baiknya: perang di Ukraina akan dia hentikan di hari pertama kepresidenannya. Pun perang di Palestina. Dunia lebih aman. Ekonomi berputar.
Trump sudah buktikan selama jadi presiden yang lalu tidak ada perang di mana pun.
Pun soal Taiwan. Trump akan mengenakan biaya. Amerika tidak akan mau mengeluarkan uang untuk menjaga Taiwan. Taiwan sendiri yang harus bayar.
Demikian juga jaminan keamanan untuk Korsel dalam menghadapi ancaman Korut. Korsel harus bayar biaya satpamnya.
Tentu Kamala Harris juga istimewa. Kalau tidak mana mungkin dipilih untuk dijadikan cawapres Biden empat tahun lalu. Tinggal kita menunggu siapa yang akan menjadi cawapresnya.
Selama ini Harris nyaris tidak terdengar kiprahnya. Dia bisa jadi orang nomor dua yang sebenarnya. Dia pilih jadi bulan redup di depan matahari Biden.
Kini Harris didapuk jadi orang pertama. Tidak cukup waktu lagi untuk menyusun tim sendiri. Maka semua tim pemenangan Biden seperti otomatis menjadi tim pemenangan Harris.
Setidaknya orang tidak pernah melihat sisi buruk Kamala Harris.
Anak perempuan bawaan suaminya pun tidak pernah menjadi setitik nila: Ella Rose Emhoff. Umur 25 tahun. Ranum-ranumnya seorang gadis. Tidak pernah bawa-bawa nama Wapres Kamala Harris, ibu tirinya.
Ella fokus pada karier pribadinya: sebagai model, desainer baju, dan artis.
Gaya Ella berpakaian memang sering jadi omongan gadis-gadis di sana, tetapi itu karena Ella memang punya karakter dalam mendesain baju. Bukan karena dia anak wapres.
Lihatlah baju yang dia kenakan saat menggandeng pacarnya: saya suka sekali dengan gaya itu –meski terasa geli saat melihat gaya pakaian pacarnya.
Praktis tidak ada skandal apa pun di balik Kamala Harris. Jauh dari citra yang melekat pada Trump.
Untungnya publik Trump tetap mengelukannya meski terbukti bersalah di pengadilan dalam kasus esek-esek. Soal begituan tidak terlalu dipersoalkan di sana.
Drama Pilpres pun ternyata juga terjadi di Amerika. Bedanya drama itu tidak pakai aktor KPU dan MK.(*)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wamen Magang
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi