jpnn.com - TANAH JAWA- Komplotan perampok sukses melakukan aksinya di Kecamatan Tanah Jawa, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (9/2). Korbannya, Tausid (28), yang merupakan seorang sopir truk, mengaku selain dirampok dirinya juga dianiaya dan nyaris dibunuh.
Menurut keterangan Tausid, salah seorang pelaku menggunakan senjata api adn mengenakan seragam polisi.
BACA JUGA: Rumah Kebanjiran, Pasangan Kekasih Ini Tetap Langsungkan Akad Nikah
Dengan wajah penuh lebam bekas pukulan, Tausid menerangkan, saat itu mereka melintas di Jalan Tanah Jawa-Tanjung Pasir, sepulang dari Brastagi, Kabupaten Karo, hendak ke Lampung. Dia mengaku baru saja memuat jeruk dari sana.
"Truk kami bermuatan jeruk dari Brastagi tujuan Bandar Lampung," ujar Tausid yang saat itu didampingi kernetnya, Sumarlin (38), ketika diwawancari Metro Siantar (Grup JPNN), di Mapolsekta Tanah Jawa, Senin (9/2).
BACA JUGA: Sedih Didenda Rp 300 Ribu, PSK: Pelanggan Saja Belum Dapat
Dia menerangkan, mereka berangkat dari Berastagi Minggu (8/9) sekira pukul 23.30 WIB. Sebelumnya, sore harinya, mereka baru tiba di Medan dengan membawa bawang merah dari Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Tausid mengaku, sebenarnya dia menolak berangkat Minggu malam, karena masih letih dari perjalanan Pulau Jawa-Pulau Sumatera.
"Tapi karena dipaksa toke jeruk di Tiga Panah harus berangkat malam, terpaksa juga berangkat," katanya.
BACA JUGA: Ditanya Menteri Yuddy, Dijawab Rp 10 Ribu, padahal...
Senin dini hari sekitar pukul 02.45 WIB, mereka melintasi Kota Siantar dan langsung menuju Tanah Jawa hendak ke Kisaran dan Simpang Kawat tembus Pekanbaru.
Dia mengaku, mulai kawasan Andarasi Parbalogan, sudah curiga kalau truk mereka dibuntuti pakai mobil. Korban tetap hati-hati sambil melihat ke arah spion. Sesampainya di depan Mapolsekta Tanah Jawa, sopir menghentikan truknya sambil melihat mobil yang membuntutinya itu. Namun pelat polisi mobil tersebut tidak terlihat. Di situ, Tausid turun dan memeriksa keadaan roda truk.
Tak lama, korban memutuskan melanjutkan perjalanan. Sementara kernet truk saat itu sedang tertidur. "Sayangnya aku lupa melaporkan kecurigaanku kepada aparat (Polsekta Tanah Jawa)," ujarnya.
Sekitar 5 km perjalanan setelah Mapolsekta Tanah Jawa, persisnya di simpang kuburan Kampung Jawa, Nagori Tanjung Pasir, truk langsung disalib dan dihalangi mobil Avanza hitam yang tiba-tiba muncul dari arah belakang. Merasa dalam bahaya, Tausid lagsung memundurkan truknya dan belok ke kiri, masuk ke pekarangan rumah warga bermarga Hutapea, dekat jembatan sungai Tanjung Pasir.
Sejurus kemudian dia membangunkan kernetnya dan menyuruh lari. Kernet lari ke kebun karet belakang rumah Hutapea, sementara sopir bersembunyi di belakang rumah makan.
Saat itu mobil berhenti di depan truk. Dua pelaku turun dari mobil dan salah seorangnya mengenakan seragam polisi. Melihat bahwa yang keluar adalah polisi, sopir keluar dari tempat persembunyian dan langsung dipanggil pria yang menenakan seragam polisi tersebut.
Korban diminta menunjukkan surat jalan dan surat-surat kendaraan. Kemudian pelaku yang mengenakan seragam polisi naik ke truk dan menuduh sopir membawa sabu-sabu yang disimpan di plastik. Tapi korban membantah. Hanya sedikit berbicara, dia langsung dihajar oleh pria tersebut. Dia dipaksa mengaku memiliki sabu-sabu. Namun korban tetap membantah. Lalu, salah seorang pelaku yang berjalan pincang dan memegang senjata api jenis revolver langsung merampas uang korban sebanyak Rp5 juta dan 3 unit hp.
Saat itu, korban yang merupakan warga Metro Lampung ini sudah sempat membuang kunci truk bermaksud menghindari perampokan truk tersebut. Diduga kesal karena kunci dibuang, pelaku semakin menjadi-jadi menghajar korban dengan posisi tengkurap.
Saat korban dihajar, Bang Ali (43), yang menempati rumah marga Hutapea, terbangun dan keluar rumah. Ketika lampu senter diarahkan ke wajah pelaku, lima pelaku langsung mundur dan menjauhi korban. Karena melihat ada yang berseragam polisi, Bang Ali tak berani mencampuri.
Bahkan, korban dibawa pergi bersama kawanan perampok, dan berencana dibuang ke sungai di Andarasi, Nagori Parbalogan.
Dia kemudian dimasukkan ke mobil Avanza. Di mobil, dia terus dihajar, bahkan diancam akan dibunuh. Meski minta tolong agar jangan dibunuh, namun kawanan perampok terus mengancam akan menembak mati korban dan dibuang ke sungai.
Sesampainya di Sungai Andarasi, Nagori Parbalogan, Tanah Jawa, atau 12 Km dari lokasi awal, korban diancam akan dibuang ke sungai. Namun korban memohon agar jangan dibuang.
Namun, salah seorang dari kawanan perampok yang duduk di belakang mengatakan agar korban jangan dibuang di sungai. "Kasihan, dia hanya sopir. Mending diturunkan di pinggir jalan dan langsung ditembak," ujar Tausid menirukan perkataan salah seorang pelaku.
Masih keterangan supir, sekitar 100 meter mendapatkan sungai Andarasi, mobil berhenti dan dua dati tujuh kawanan perampok turun dan menarik korban keluar. Salah seorang kawanan perampok yang berjalan pincang langsung mendorong korban hingga hampir jatuh.
Namun korban mencoba melawan dan kembali mendorong salah seorang kawanan rampok. Beruntung saat bersamaan ada cahaya mobil dari arah belakang hingga kawanan perampok langsung kabur menuju Pematangsiantar.
Korban yang dalam keadaan babak belur kemudian minta tolong kepada warga setempat dan seterusnya dengan menumpang bus yang melintas, korban membuat pengaduan ke Polsekta Tanah Jawa. Sementara, kernet truk, Sumarlin, juga warga Metro Lampung, mengaku keluar dari kebun karet setelah kawawan perampok tersebut pergi.
Terpisah, Kapolsekta Tanah Jawa Kompol RE Samosir membenarkan adanya pengaduan korban perampokan. Kini pelaku masih dalam penyelidikan. Mengenai adanya salah seorang pelaku yang mengenakan seragam polisi dan membawa senpi, hal itu juga masih dalam penyelidikan. (iwa/ara)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Kartu Sakti Jokowi Masih Belum Jelas
Redaktur : Tim Redaksi