Dua Aktor Penting di Balik Pasukan Asmaul Husna

Senin, 07 November 2016 – 06:55 WIB
Pasukan Asmaul Husna. Foto; Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Polri membentuk pasukan Asmaul Husna sebagai bentuk simbolis bahwa Korps Bhayangkara berpihak kepada pedemo 'Aksi Bela Islam II'. 

Pasukan tersebut ternyata banyak mendulang pujian termasuk dari demonstran. Namun, siapa sangka ternyata di balik pencetus pasukan Asmaul Husna bukan dari kalangan Polri atau TNI. Melainkan sosok motivator kondang Ary Ginanjar Agustian.

BACA JUGA: Pahlawan Nasional Tahun Ini Tambah Satu Lagi

Pendiri Emotional Spritual Quotient (ESQ) Leadership Center ini mengaku mengikuti perkembangan kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama. Namun, fokus pemikiran Ary tidak berpatokan pada kasusnya. Ary lebih fokus memikirkan bagaimana meletakkan polisi supaya sejajar dengan pedemo yang mayoritas adalah umat muslim.

"Ide saya saat itu bagaimana menciptakan petugas polisi yang menunjukkan bahwa dirinya juga muslim. Maka saya menyampaikan ide kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian agar membentuk satu tim yang di mana berada di pihak pedemo tapi tidak meninggalkan identitas polisinya," kata dia saat launching ESQ New Chapter di Menara 165, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (7/11).

BACA JUGA: Presiden Jokowi: Tidak Perlu Ada yang Dikhawatirkan

Saat itu, Ary memiliki anak didik di ESQ yang menjabat sebagai Wakapolres Metro Jakarta Timur AKBP Arif Rachman. Karenanya, Ary mengajukan anak didiknya agar memimpin pasukan itu. Ary bahkan memberi nama Asmaul Husna pada pasukan itu.

"Saya telepon Pak Kapolri, dia mengapresiasinya. Kemudian, tak berapa lama ada pasukan itu," terang dia.

BACA JUGA: Ladokgi TNI AL Fokus pada Tiga Pilar Utama

Sementara itu, Wakapolres Metro Jakarta Timur AKBP Arif Rachman mengaku mendapat telepon dari Kapolda Irjen M Iriawan pada Selasa (1/11) pagi. Iriawan meminta agar Arif menghadap Kapolri Tito di Mabes Polri, Jakarta, pada hari itu juga. Pada pertemuan itu, Arif ditunjuk sebagai komandan pasukan Asmaul Husna.

"Kemudian saya diminta membentuk personel. Kebetulan alumnus ESQ di Polri cukup banyak. Kemudian yang saya ambil untuk menjadi pasukan Asmaul Husna ada 499 dari berbagai satuan Brimob," terang dia.

Arif mengaku hanya bisa menemukan 499 personel Brimob yang merupakan alumnus ESQ. Belakangan, ia baru menyadari bahwa angka tersebut memiliki makna yang mendalam.

"Saya baru sadari kalau 499 itu adalah keajaiban. 4 adalah 4 November. Sedangkan 99 jumlah Asmaul Husna," tambah dia. 

Sementara itu, pada waktu pelaksanaannya, pasukan Asmaul Husna melakukan empat metode pendekatan kepada para pendemo. Pertama macthcing (penyesuaian). Karenanya, pasukan Asmaul Husna tidak menggunakan tameng melainkan serban dan kupluk.

"Kedua mirroring atau lantunan Asmaul Husna. Ada satu frekuensi satu persenyawaan yang membuat pedemo juga merasa tenang di dekat kami," jelasnya.

Ketiga facing atau melempar senyum serta menghargai pedemo. Sehingga, kata dia, demonstran merasa dihargai dan keberadaannya diakui.

"Keempat adalah guiding atau membimbing. Mengarahkan agar tidak anarki. Kemarin ending baik komunikasi antara pasukan kami dengan pendemo. Saat aksi demo yang terakhir ricuh, mereka malah memagari kami. Alhamdulillah tidak ada satu pun yang luka, padahal kami di tengah lautan massa," tandas dia. (mg4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Resolusi Jihad Erat Hubungan dengan Hari Pahlawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler