Dua Kali Densus 88 Melakukan Penyergapan di Ngawi

Selasa, 13 Desember 2016 – 07:54 WIB
Densus 88 Antiteror. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - NGAWI - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri sudah dua kali melakukan penyergapan terduga teroris di Ngawi.

Ada kesamaan dari wilayah penangkapan, yakni sama-sama di Kecamatan Widodaren.

BACA JUGA: Pantau Sidang Ahok, ACTA Teringat Sidang Habib Rizieq 2008

Pertama, bulan Agustus 2014 Densus 88 meringkus Guntur Pamungkas dan Kardi yang masuk jaringan Santoso. Keduanya tinggal di Desa Gendingan Kecamatan Widodaren, Ngawi.

Penangkapan kedua dilakukan tim Densus 88 pada Minggu (11/12) lalu. Khafid Fathoni (KF), warga Dusun Gebang Desa Walikukun, Kecamatan Widodaren ditangkap karena diduga ada keterkaitan dengan jaringan bom Bekasi.

BACA JUGA: Pengin Cetak Hafiz, Yusril Bangun Pesantren di Bogor

Fenomena tak biasa ini menarik perhatian kalangan wakil rakyat. ‘’Ini bukan kejadian yang pertama kali, artinya embrio teroris di Ngawi masih ada setelah dari penangkapan sebelumnya,’’ ujar Ketua DPRD Ngawi Dwi Rianto Jatmiko.

Menurut Antok –sapaan akrabnya- kejadian tersebut seharusnya lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat.

BACA JUGA: Ketahuilah, Peracik Bom Panci Tinggal Tunggu Wisuda

Terutama, dengan meningkatkan kepeduliannya terhadap kondisi lingkungan sekitar. Sekaligus juga mencermati, adanya orang-orang baru yang masuk ke wilayah desanya.

Kasus KF, lanjutnya, merupakan contoh nyata. Bahwa seseorang yang warga asli pun dapat berubah ideologinya setelah sekian lama berada di luar Ngawi.

‘’Itu bisa diminimalisir kalau antara satu dengan lainnya bisa saling peduli dan memahami,’’ ungkapnya.

Dia juga mengimbau agar pemkab melalui perangkat kecamatan, desa, hingga tingkat Rt bersinergi dengan aparat. Baik Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polri, maupun Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI.

Agar informasi terkait aktivitas menyimpang di desa tersebut bisa segera terdeteksi. Dia minta, agar perangkat desa setempat juga mencermati kejadian itu.

“Masyarakat, tokoh pemuda, agama, dan lainnya harus bersinergi supaya tidak kecolongan lagi,’’ bebernya.

Dia menambahkan, pemerintah desa juga diminta untuk respek terhadap perkembangan di lingkungannya.

Terutama, jika ada orang-orang asing yang masuk ke wilayahnya. Politikus PDI Perjuangan ini berharap agar kejadian itu merupakan yang terakhir. “

Meski bibitnya bisa jadi masih ada harus bisa ditangani sedini mungkin,’’ ucap Antok.

Ketua DPRD Ngawi ini mengungkapkan, pasca penangkapan dua orang anggota jaringan teroris dua tahun silam, Pemda Ngawi sempat melakukan aktivitas tambahan, dengan pendataan penduduk.

Termasuk para pendatang yang tinggal maupun sekadar singgah di wilayah desanya.

Itu dilakukan, sebagai bentuk antisipasi masyarakat terhadap adanya aktivitas radikal yang bisa terjadi di wilayahnya.

Sayangnya, kebiasaan tersebut mulai luntur seiring berjalannya waktu. ‘’Kalau ada orang baru paling tidak langsung terdata,’’ pungkasnya. (ian/ota)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Ini, Ratusan Honorer K2 Datangi DPR


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler