Dua Kali Melahirkan Bayinya Jumbo Semua, Selamat ya...

Kamis, 04 Februari 2016 – 00:30 WIB
Bayi jumbo yang dilahirkan Zubaidah. Foto: Jawa Pos Radar Bromo/JPG

jpnn.com - AKTIVITAS di ruang bayi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Muhammadiyah Kota Probolinggo, kemarin tampak tidak biasa. Sejumlah perawat terlihat sibuk merawat lima bayi yang ditempatkan di ruangan itu.

RIDHOWATI SAPUTRI, MAYANGAN

BACA JUGA: Kursi Roda untuk Penderita Stroke, Digerakkan Sinyal Otak

Dari lima bayi itu, ada satu bayi yang cukup menarik perhatian. Sebab, bayi itu terlahir jauh lebih besar bila dibandingkan bayi-bayi pada umumnya. 

Bayi laki-laki itu mempunyai berat lahir 6,1 kg dengan panjang 61 sentimeter saat pertama kali dilahirkan. Bayi itu dilahirkan oleh Zubaidah, 39, warga Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, lewat operasi caesar pukul 07.54, kemarin. 

BACA JUGA: Ketika Narapidana Bertani, Setahun Hasilkan 4 Ton Cabai dan 4,5 Ton Terong

Sang ibu bayi, Zubaidah saat ditemui Jawa Pos Radar Bromo kemarin, terlihat masih lemah. Menurutnya, selama proses kehamilannya tidak ada permasalahan sama sekali dengan kesehatannya. “Makan juga seperti biasa. Tidak ada makanan khusus yang saya konsumsi. Ya, sewajarnya saja,” ujar istri Handi itu

Zubaidah mengaku terakhir kali periksa ke dokter pada Senin (1/2). Dari hasil USG, sejatinya dokter sudah memperkirakan bahwa bayinya bakal terlahir dengan ukuran jumbo. “Perkiraan dokter sekitar 4 kg, tapi ternyata lahirnya 6,1 kg,” ujarnya.

BACA JUGA: Gue jadi Ngeri nih Pesan Kopi...

Zubaidah juga mengaku kaget dengan berat bayi yang dilahirkan. Namun, melahirkan bayi jumbo baginya bukanlah yang pertama kali. “Anak saya yang pertama saat lahir beratnya 4,5 kg. Sekarang sudah umur 3,5 tahun,” kenangnya.

Sementara itu, Dokter Maria Diah Zakiyah, SpOG, yang membantu proses kelahiran putra Zubaidah mengaku prediksi awalnya berat bayi itu memang 4 kg. 

Baru, setelah lahir dan ditimbang, berat bayi yang sampai kemarin belum diberi nama itu diketahui mencapai 6,1 kg. “Jika dilihat dari bobotnya, hampir sama dengan bayi usia 3 bulan. Panjangnya juga 61 sentimeter,” bebernya.

Menurut Diah, bayi itu dilahirkan lebih cepat dari perkiraan 40 minggu kehamilan. Bayi Zubaidah dilahirkan di usia kehamilan 38-39 minggu. 

“Dilahirkan lebih cepat karena ada gejala pre eklamsia. Seperti tensi ibu sempat naik, timbul bengkak di kaki. Makanya, dipercepat kelahirannya. Meskipun si ibu sejatinya ingin ditunda dulu karena tidak ada yang menemani,” jelas Diah.

Namun, mengingat pre-eklamsia merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan anak, akhirnya persalinan Zubaidah pun dilakukan lebih cepat. Apalagi, dari segi usia kehamilan pun juga dinilai sudah cukup.

“Lahirnya bayi besar atau makrosomia ini ada beberapa faktor. Bisa jadi karena keturunan keluarga baik dari ayah dan ibu, suku mau pun faktor seperti penyakit Diabet Gestasional (diabet karena proses kehamilan),” jelasnya.

Namun untuk Zubaidah, Diah menyebut, kadar gula sang ibu selama kehamilan tetap bagus dan normal. Sehingga, dokter pun meniadakan faktor diabet dalam kasus Zubaidah.

“Kalau untuk putra ibu Zubaidah, mungkin karena keturunan. Karena sebelumnya anak pertama lahir dengan bobot 4,5 kg,” jelasnya.

Proses operasi Caesar dilakukan karena melihat kondisi bayi yang besar akan menimbulkan kesulitan saat proses kelahiran normal. “Risiko bagi anak bisa timbul cedera bahu. Sedangkan bagi ibu, meskipun ukuran panggulnya normal, namun dengan bayi yang besar, jelas akan sulit,” aku Diah. (mie/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sedih, Tak Pernah Ribut tapi Suami Pergi Bawa Anak, Gabung Gafatar?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler