jpnn.com - SENIN, 1 Februari 2016. Jarum jam mulai bergeser menunjukkan pukul 17. Suasana kafe Olivier di Grand Indonesia yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) meninggalnya Wayan Mirna Salihin mulai ramai. Hampir seluruh meja terisi pengunjung. Ada yang sekedar menikmati aneka menu minuman. Namun ada juga beberapa yang menyantap menu makanan berat.
Salah satu tamu kafe sore itu ialah dua perempuan yang memilih duduk di smooking area, tempat yang tak jauh dari meja Mirna. Keduanya sepertinya juga terlibat pembicaraan yang tak jauh-jauh dari tragedi kematian Mirna di kafe tersebut.
BACA JUGA: Sedih, Tak Pernah Ribut tapi Suami Pergi Bawa Anak, Gabung Gafatar?
''Gue jadi ngeri nih pesan kopi,'' ujarnya sambil bergurau. Meskipun ngeri, keduanya juga tampak pesan kopi. Satu diantaranya vietnamese coffee ice. Minuman yang membuat nyawa Mirna melayang karena diduga ada yang mencampurnya dengan Sianida.
Rasa penasaran akan kopi vietnam itu yang membuat Jawa Pos ingin mencobanya. Pengunjung yang pesan vietnamese coffee gampang diketahui karena proses brewing (penyeduhan) kopinya dilakukan di meja pengunjung (tidak dilakukan di bar barista).
BACA JUGA: Namanya Ganjar, Pekerjaan...Pendaki Gunung
Begitu masuk ke Olivier yang terletak di ground Grand Indonesia, resepsionis langsung mengantarkan wartawan Jawa Pos ke tempat duduk. Pilihannya bisa di bar atau meja biasa. Pengunjung yang datang beberapa orang biasanya diarahkan ke meja biasa yang muat antara 4-6 orang. Sedangkan mereka yang datang sendirian biasanya diarahkan ke bar.
Begitu mendapatkan tempat duduk untuk empat orang, salah seorang waiterss mendatangi dengan membawa daftar menu. Waitress yang melayani wartawan Jawa Pos mengatakan vietnamese coffee selama ini memang menjadi signature di Olivier.
BACA JUGA: Setiap Hari Siswi SMA Ini Mendorong Becak, Angkut Dagangan Ortu
"Sebelum ada kejadian kemarin memang sudah favorite pengunjung juga. Tapi setelah itu ya banyak yang juga mencoba," ujar pelayan perempuan di dadanya tertulis nama Melly itu.
Entah karena takut atau alasan lain, Melly mengaku tidak tahu persis kejadian yang menimpa Mirna. Melly sempat bercanda dengan Jawa Pos. Dia mengatakan kopi seharga Rp 38 ribu yang akan disajikan itu dijamin bebas racun. "Bapak tidak perlu khawatir, nanti kopinya diseduh di meja bapak kok," candanya.
Vietnamese coffee di Olivier disajikan dari bubuk kopi robusta asal Tana Toraja. "Kalau espresso base kami baru dari blend arabika," jelas Melly. Vietnamese coffee disediakan dalam bentuk dingin (menggunakan es batu) dan panas (tanpa es baru). Cara penyajian kopi yang dingin dan panas sama saja.
Dari pengamatan Jawa Pos, Olivier bisa dikatakan tak terlalu mengistimewakan olahan kopi, seperti kafe penyedia specialty coffee kebanyakan. Selain menu olahan kopinya yang sedikit (kebanyakan menu olahan minuman beralkohol), cara mereka menyeduh kopi juga standar. Tak ada pilihan manual brewing dengan berbagai metode seperti Syphon, french press, aeropress dan lainnya.
Vietnamese coffee yang diseruput Mirna sebenarnya juga termasuk manual brewing. Tapi cara penyajian kopi vietnam itu di Olivier agak nyeleneh. Di banyak tempat -termasuk di negara asalnya Vietnam- vietnamese coffee biasanya diseduh dengan alat yang bernama Vietnam Drip.
Vietnam Drip berbentuk seperti cangkir tapi terbuat dari bahan stainless steel. Penggunaannya, vietnam drip ditempatkan di atas gelas dan bubuk kopi bubuk kopi dituangkan ke dalam alat tersebut. Bubuk kopi yang dituang dipadatkan terlebih dulu dengan alat press. Lalu, air panas dituangkan memenuhi isi vietnam drip dan ditutup. Proses penyaringan kopi pun terjadi. Air kopi akan mengucur perlahan ke gelas yang ada di bawah.
Nah, cara penyajian vietnamese coffee di Olivier berbeda lagi. Mereka menggunakan alat seduh pour over atau V60. Dalam dunia kopi, vietnam drip dan V60 sebenarnya sama-sama jenis alat seduh manual. Bentuknya juga nyaris sama, hanya cara kerjanya yang berbeda. V60 juga ditempatkan di atas gelas kopi. Disebut V60 karena bentuknya V dengan lubang 60 derajat.
Untuk menggunakan V60 diperlukan kertas filter. Di banyak tempat, kertas filter yang akan digunakan menyaring kopi harusnya disiram air hangat terlebih dulu. Tujuannya untuk menghilangkan aroma kertas. Namun di Olivier, penyaji melewatkan proses tersebut.
Kertas filter yang ditempatkan di atas V60 baru langsung saja ditaburi bubuk kopi. Setelah itu air panas dari ketel dituangkan perlahan. Kopi akan mengucur (lebih deras dari Vietnam Drip) ke gelas yang berisi es batu dan condensed milk (susu kental manis). Seluruh proses penyeduhan itu dilakukan di atas meja pengunjung. Di beberapa kedai kopi, proses seduhan ada yang dilakukan di meja barista.
Di sinilah sebenarnya teka-teki penempatan sianida di kopi Mirna bisa diurai. Jika memang Jessica yang menaruh sianida, maka kemungkinan besarnya terjadi saat proses brewing selesai. Sebab selama proses brewing berlangsung, waitress menunggu di depan pengunjung.
Kemungkinan besar penuangan sianida terjadi ketika proses brewing selesai dan waitress meninggalkan meja pengunjung. Setelah menuang sianida, pelaku bisa saja cukup mengaduk bagian permukaan atas kopi. Sebab jika diaduk seluruhnya, maka susu kental manis yang ada di bawah gelas akan ikut tercampur dengan kopi. Hal itu tentu bisa saja menimbulkan kecurigaan Mirna.
Kemungkinan lain meskipun kecil ialah ada pihak lain yang mengalihkan perhatian waitress. Ketika waitress lengah, pelaku dengan leluasa menuangkan sianida di bubuk kopi yang ada di atas V60. Tidak mungkin jika sianida dituang di ketel. Sebab ketel selalu dipegang waitress. Lain cerita jika ada kerjasama dengan waitress.
Jika bukan Jessica yang menjadi eksekutor, bisa saja sianida sudah ada di ketel air panas atau dicampur di bubuk kopi. Kemungkinan lain bisa juga terjadi seperti dalam kisah detektif Conan. Racun sudah disiapkan (dibekukan) bersama es.
Jawa Pos sempat mencoba empat kali memesan vietnamese coffee. Dalam empat kali pemesanan itu, satu diantaranya si waitress memang sempat meninggalkan meja pengunjung sebelum proses penyeduhan selesai. Hal itu dilakukan karena si waitress dipanggil tamu lain.
Bagaimanapun sianida masuk ke kopi Mirna, petunjuk utama memang bisa dari CCTV. Selama ini pengacara Jessica memang minta seluruh CCTV dibuka. Mereka menyebut ada 8 CCTV. Namun Jawa Pos menghitung di seluruh ruangan pengunjung, ada 10 CCTV.
Entah sekarang posisinya sudah diubah atau tidak, namun semua CCTV itu terlihat bisa mengcover seluruh area kafe. Harusnya perbuatan Jessica memang bisa terlihat dari rekaman CCTV.(gun/dim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Teluk Sepi dan Ikan Lepuq Api yang Paling Diburu Wisatawan
Redaktur : Tim Redaksi