jpnn.com, BATAM - Kapal MV Kartika Segara berbendera Indonesia dan kapal pengeruk JBB De Rong 19 berbendera Republik Dominika bertabrakan di selat Singapura, Rabu (13/9) sekitar pukul 01.50 WIB.
Lima awak kapal JB DE Rong 19 dilaporkan hilang sementara tujuh awak kapal MV Kartika selamat.
BACA JUGA: DPRD Tuding PLN Batam Coba Menakuti Masyarakat
Belum diketahui secara pasti penyebab tabrakan tersebut. Namun, petugas keamanan dari Singapura dan Indonesia sama-sama terjun ke lokasi kecelakaan untuk mengevakuasi kapal dan mencari korban yang hilang.
Dari Indonesia ada lima kapal penyelamat yang diturunkan yakni KN Sar Purworejo milik Basarnas, KRI Parang, KRI Surik dan KRI Parangsang milik TNI AL serta KN Belut Laut 4806 dari Bakamla Batam.
BACA JUGA: Top! KKP Gagalkan Penyeludupan Bibit Lobster ke Singapura
Informasi yang didapat di lapangan, setelah dilakukan pencarian secara bersama antara petugas dari Indonesia dan Singapura di masing-masing wilayah teritorial, dua dari lima awak kapal JB DE Rong 19 yang hilang akhirnya ditemukan sudah meninggal dunia di sekitar lokasi tabrakan.
Sementara tiga lainnya masih dalam pencarian. Ketiganya diduga kuat sudah meninggal dan sudah terbawa arus, sehingga tim gabungan melebarkan pencarian di sekitar lokasi tabrakan.
BACA JUGA: Stafsus Presiden: Kultur Individualisme Memecah Belah Bangsa
Dua kapal yang terlibat tabrakan dievakuasi ke Singapura. Namun sebelum dievakuasi kapal JB DE Rong 19 yang mengalami rusak parah nyaris tenggelam.
Tabrakan dua kapal tersebut juga menyebabkan tumpahan minyak dari kapal tanker MV Kartika yang menyebar hingga ke wilayah perairan Indonesia. Sehingga selain melakukan upaya penyelamatan, bala bantuan dari Indonesia juga melakukan pemantauan terhadap tumpahan minyak tersebut.
Personil dari Badan Keamanan Laut (Bakamla) yang datang dengan KN Belut Laut 4806 misalkan, sepanjang hari kemarin, melakukan patroli keliling periaran Indonesia di sekitar lokasi kecelakaan itu.
Mereka memastikan seberapa parah tumpahan minyak yang menyebar hingga ke wilayah periaran Batam ataupun Kepri.
"Kedua kapal sudah dievakuasi ke Singapura. Penanganan wewenang Singapura. Sekarang kita mencari para korban yang hilang, mana tahu hanyut ke periaran Indonesia," ujar komandan KN Belut di Bakamla Mayor Laut (P) Hadi Syafruddin.
Untuk mengetahui dampak dari tabrakan kapal itu bagi periaran Indonesia, sambung Hadi, pihaknya bersama pihak Lingkungan Hidup, juga mengambil sampel air laut di periaran Indonesia untuk dicek.
"Kalau kejadian begini tentu ada dampaknya. Apalagi itu kapal tanker yang tabrak. Yang kita kuatirkan bukan saja minyak tapi juga bahan kimia berbahaya lain. Makanya ini harus diuji coba ke laboratorium untuk pastikan apakah tercemar atau tidak," tutur Hadi.
Terkait kecelakaan sendiri pihak Bakamla juga belum bisa memastikan, sebab kewenangan penyelidikan di pihak keamanan Singapura.
"Upaya kita adalah membantu untuk mengevakuasi kecelakaan itu, tapi semua sudah ditangani dengan baik oleh tim gabungan baik dari Singapura maupun dari Indonesia. Kalau penyelidikan lebih lanjut tentu kewenangan Singapura," ujar Hadi.
Sampai berita ini diketik tim gabungan masih terus bekerja di sekitar lokasi kejadian. Selain fokus mencari korban yang hilang, tim juga cermat mengamati tumpahan minyak yang akan mencemari periaran di sekitar lokasi kejadian. (eja)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPAI Soroti Kasus Kejahatan Seksual di Batam
Redaktur & Reporter : Budi