jpnn.com - JAKARTA - Para profesor diaspora ikut mengomentari tragedi jatuhnya Hercules C-130 HS, A-1334 di Gunung Lisuwa, Kampung Maima, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya, Minggu (18/12).
Menurut Prof Dr Dwi Hartanto, ahli pesawat dari salah satu universitas di Belanda, menyebutkan bahwa teknologi C-130 HS sudah kuno alias ketinggalan zaman.
BACA JUGA: Polri Didesak Tahan Pengusaha Tersangka Pemalsuan Dokumen PT TL
"Kalau pesawat jenis C-130 teknologinya sudah ketinggalan, meski dilengkapi empat turbo truk di wing pesawat. Apalagi umurnya sudah 50 tahun," kata Dwi dalam diskusi dengan para profesor diaspora, di Jakarta, Minggu (18/12).
Soal layak atau tidak pesawat tersebut beroperasi, menurut dia, harus diricek di sertifikat pesawatnya.
BACA JUGA: Ketua MPR Ucapkan Belasungkawa Atas Jatuhnya Pesawat TNI AU
Ditambahkan Prof Dr Dani Hermanto, sama seperti mobil, usia pesawat juga ada batas maksimalnya. Meski usia pesawat lebih panjang, tapi tetap ada batas waktunya.
"Ambil contoh mobil, masa pakai paling enak lima tahun tapi di atas lima tahun masih bisa digunakan meski biaya pemeliharaannya semakin tinggi. Sedangkan dari sisi teknologi jelas ketinggalan. Nah, ini juga berlaku untuk pesawat," terangnya.
BACA JUGA: Ketua MPR Kunjungi Korban Gempa di Pidie Jaya
Sementara Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Prof Ali Ghufron Mukti mengatakan, Hercules C-130 yang merupakan hibah Australia sudah ketinggalan zaman dan layak digenerasi.
"Sebenarnya sayang juga kalau penerbang kita terus jadi korban. Masukan-masukan dari para profesor diaspora ini akan jadi catatan penting bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan nanti," tandasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR akan Minta Penjelasan Kemenhan Soal Enam Kecelakaan Pesawat TNI
Redaktur : Tim Redaksi