Dua Sisi Musik Digital, Petualangan Baru Bagi Industri Tanah Air

Senin, 16 Agustus 2021 – 22:46 WIB
CEO Fortune Musik Indonesia Triny Vera. Foto: dok pribadi

jpnn.com - Musik adalah elemen penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendengarkannya dan merelakan uangnya untuk membeli, download, stream bahkan memburu koleksi fisik berupa CD.

Namun terlepas dari hal tersebut, banyak pelaku industri musik dan bahkan musisi sendiri jarang memperhatikan dimensi psikologi sosial dengan jarangnya memberikan perhatian pada fenomena sosial universal, bahwa musik penting bagi perkembangan, perubahan dan transformasi manusia sebagai pelaku dan pendengar yang aktif. Lantas apa peran musik dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya?

BACA JUGA: Menie Hidupkan Kembali Gairah Musik Alternatif Rock Lewat Ternyata Tidak

Menjawab tantangan dan hal-hal demikian Fortune Music Indonesia telah mengulas penelitian pada bidang-bidang luar psikologi arus utama yang berkaitan dengan faktor-faktor sosial dan psikologis yang memengaruhi cara orang mengalami dan menggunakan musik dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Didapati bahwa musik dapat memiliki efek yang cukup besar pada kognisi, emosi, dan perilaku. Ini juga menunjukkan bahwa orang menggunakan musik untuk melayani berbagai fungsi, mulai dari pengaturan emosi, ekspresi diri, hingga ikatan sosial.

BACA JUGA: Era Digital Permudah Langkah Musisi di Industri Musik

Melalui keterangannya, Triny Vera sebagai CEO dan Produser dari Fortune Musik Indonesia memberikan penegasan tentang fenomena di atas, bahwa; “dalam hal musik, digitalisasi telah mendiversifikasi cara individu mengontrol dan mengatur dalam mendengarkan musik mereka."

"Layanan streaming, dan peningkatan ketersediaan beberapa jenis perangkat untuk mendengarkan, memungkinkan musik untuk dipersonalisasi dan dimasukkan ke dalam kehidupan sehari-hari ke tingkat yang lebih besar daripada sebelumnya. Kami dapat memilih dengan tepat musik yang kami inginkan dari layanan streaming yang menawarkan banyak sekali pilihan, kami dapat membawa musik ke mana pun kami pergi, dan mendengarkannya kapan pun kami mau.”

BACA JUGA: Film Dokumenter Tentang Festival Musik Forestra Akhirnya Dirilis

Namun, di sisi lain, digitalisasi berdampak negatif pada industri musik. Salah satu kekhawatiran tersebut adalah digitalisasi menurunkan topline, terutama karena rendahnya kualitas produk.

Dapat diterima dan diakui bersama, bahwa, selama bertahun-tahun, teknologi telah memainkan peran kunci dalam membentuk industri musik. Pertimbangkan perkembangan dari mesin fonograf dan pita analog ke perangkat lunak perekaman digital dan layanan streaming berbasis internet.

Dua dekade terakhir inovasi pesat dalam teknologi digital telah secara khusus mengganggu bisnis musik di setiap tingkatan. Teknologi telah mengubah cara orang menciptakan musik.

Komposer dapat menghasilkan skor film dari studio rumah mereka. Musisi dapat bermain untuk penggemar di seluruh dunia melalui pertunjukan live streaming. Penulis lagu dapat merekam album dan merilisnya di platform distribusi dan streaming digital tanpa pernah mendarat atau menandatangani kontrak rekaman.

Kemajuan dalam teknologi digital menyebabkan perubahan besar dalam sebagian besar aspek bisnis musik. Perangkat keras dan perangkat lunak perekaman digital awal membuat proses perekaman lebih murah dan sederhana, sampai tingkat tertentu.

Teknologi digital menyebabkan pertumbuhan industri musik pada datangnya internet menjadi sangat maju sehingga pengguna dapat berbagi dan mengunduh musik secara online. Hal ini menyebabkan pendapatan di industri musik anjlok.

Platform distribusi digital berbayar, terutama iTunes, menyusul tak lama setelah Napster dan merevolusi monetisasi unduhan digital. Layanan streaming seperti Spotify baru-baru ini merevolusi cara orang mengonsumsi musik.

Lebih jauh ditekankan oleh Triny Vera, bahwa perkembangan dan serapan konten positif dari musik anak yang bermuatan sesuai perkembangan usia, kemudian berkembang menjadi remaja dan dewasa belum banyak diproduksi.

Apalagi jika menengok yang ada di pasar tanah air, anak dipaksakan untuk mendengar dan mengonsumsi musik dengan selera dewasa tanpa ada peran kesadaran dari orang tua.

Kuncinya bukan di anak, tapi pada orang tua untuk memberikan teladan dengan memilihkan dan menyesuaikan diri pada usia dengan konteks yang terjadi saat ini.

Apalagi saat ini, jika dihubungkan dengan usia matangnya tanah air Indonesia dengan 76 tahun usia kemerdekaannya harus bisa tangguh dan tumbuh ke arah yang lebih baik.

Oleh karenanya dalam rangka menyambut dan memberikan apresiasi terhadap 76 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Triny Vera sebagai salah satu produser lagu berjudul “Bintang Petualang” yang dinyanyikan oleh Arkana Danendra dan diciptakan oleh Dewi Djuanal hadir tepat pada tanggal 17 Agustus 2021 yang baru lalu, sebagai suatu sikap aktual reflektif dari Fortune Music Indonesia dengan suguhan konten music anak bermuatan universal dengan mengagumi hebatnya Indonesia beserta keanekaragaman alam dan maupun budaya di dalamnya.

Tak lama lagi, Fortune Music Indonesia juga akan segera meluncurkan group vocal atau boy band anak bernama “Denjaka” yang memiliki ciri olahan, dinamika maupun warnanya dari nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan yang disandingkan dengan budaya digital modern. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler