jpnn.com, MATARAM - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror menangkap dua orang terduga kelompok ideologi garis keras (Igaras) dengan inisial KR, 26 tahun dan NH, 21 tahun. Mereka diduga masuk jaringan teroris Poso. Keduanya ditangkap di Desa Dore, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima, Sabtu (17/6) petang.
KR berhasil diamankan sekitar pukul 16.30 wita saat berjualan di sekitar simpang empat Cabang Talabiu, Kabupaten Bima. Usai mengamankan KR, Densus melakukan pengembangan dan berhasil mengamankan NH di kediamannya. Tidak ada perlawanan saat penangkapan keduanya.
BACA JUGA: Kapolda Interogasi Kawanan Perampok Sadis, Main Bacok Semua
KR diketahui merupakan putra dari pasangan HY, 65 tahun dan SA, 58 tahun. KR merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Sementara NH merupakan putra ketiga dari pasangan AH dan AS.
Sekitar pukul 17.00 Wita, dilakukan penggeledahan di kediaman dua warga RT 02 RW 01 Desa Dore tersebut. Dan ditemukan sejumlah bahan peledak yang belum dirakit. Rencananya, bahan peledak tersebut akan dirakit dalam waktu dekat dan sasarannya mako polisi.
BACA JUGA: Tangkal Serangan Terorisme, Densus 88 Ciduk Delapan Jaringan JAD
Di lokasi penangkapan sejumlah personel Polres Bima Kabupaten dan Brimob disiagakan. Polisi kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Usai olah TKP, KR dan NH langsung dibawa ke Mako Brimob di Jakarta.
Seperti dilaporkan Lombok Post (Jawa Pos Group), aksi tim Densus 88 tersebut sempat menarik perhatian warga sekitar. Suasana di sekitar lokasi penangkapan tiba-tiba ramai.
BACA JUGA: Lebih Baik Segera Libatkan TNI ketimbang Terlambat Perangi Teroris
Warga yang ingin mengetahui kejadian saat itu berkumpul. Sejumlah wartawan pun seperti biasa hanya bisa memantau dari jauh. Tidak begitu jelas terlihat apa saja yang dilakukan polisi saat itu. Karena suasana malam dan gelap. Dan sekitar lokasi tersebut sudah dipasang garis polisi.
Kapolres Bima Kabupaten AKBP M Eka Fathur Rahman SIK mengatakan, KR dan NH memang diduga masuk jaringan teroris Poso. Namun tidak dijelaskan pengikut jaringan mana.
“Informasinya mereka ini pelarian dari Poso. Kami tidak tahu sudah berapa lama mereka terlibat dalam jaringan itu. Keberadaan kami di sini hanya back up saja,” ujar Eka.
Eka juga membenarkan, di kediaman terduga teroris itu ditemukan bahan peledak yang belum dirakit. Informasi dari tim Densus, bahan peledak tersebut akan diledakkan di mako polisi. “Kalau saja malam ini mereka tidak berhasil diamankan, mungkin mereka sudah meledakkan bahan peledak itu,” tuturnya.
Eka mengimbau anggotanya untuk lebih memperketat pengamanan di Mapolsek maupun Mapolres. Kemudian personel kepolisian diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperketat penjagaan di seluruh tempat.
Eka juga mengaku akan melengkapi personelnya dengan senjata. “KR saat diintrogasi anggota Densus mengaku dendam dengan polisi, sejak ia masih di Poso,” pungkas Eka.
Aksi Densus 88 tak berhenti di situ saja. Sekitar pukul 17.45 wita, mereka melakukan penangkapan terhadap terduga teroris RA alias OL di Pelabuhan Bima. RA merupakan warga Kelurahan Penato’i Kota Bima.
Informasinya RA hendak melarikan diri ke Desa Sowa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Setelah mendapat kabar ada penangkapan terduga teroris di Desa Dore.
Sayangnya, tidak ada yang bisa dimintai keterangan terkait penangkapan di Pelabuhan Bima tersebut. Kapolres Bima Kota AKBP Ahmad Nurman Ismail SIK yang hendak dimintai keterangan mengaku hanya membantu back up saja. Mereka hanya diminta bantuan untuk mengamankan TKP.
“Saya tidak bisa jelaskan apa-apa. Kami hanya diminta untuk amankan lokasi saja. Untuk lebih jelasnya, konfirmasi ke Densus saja,” pungkasnya sambil tersenyum.
Terpisah, Kabidhumas Polda NTB AKBP Tri Budi Pengastuti membenarkan penangkapan terduga teroris itu. ”Benar ada yang diamankan, setelah itu dibawa ke Mako Brimob,” kata Tri Budi, kemarin (18/7).
Tri Budi mengatakan, aksi teror direncanakan KU dengan sasaran anggota kepolisian. Aksi amaliah itu akan dilakukan pada bulan Ramadan. Ini sesuai dengan yang diperintahkan pimpinan mereka.
”Informasinya seperti itu, untuk amaliah di bulan puasa dan di daerah masing-masing,” terang dia.
Terkait dengan peran keduanya, lanjut Tri Budi, petugas menduga jika KU adalah otak dari rencana aksi teror ini. Sebab dari pengakuan KU, dia bertugas sebagai perakit dan pembeli bahan peledak.
Keahlian merakit bom ini, rupanya dipelajari KU dari Bahrun Naim dan Abu Bakar Albagdadi. Nama pertama sering dikaitkan dalam sejumlah aksi teror tahun lalu di Jakarta. Bukan itu saja, Bahrun Naim juga disebut ikut terlibat dalam aksi teror bom Kampung Melayu, Jakarta, pada Mei lalu. ”Sekarang masih dikembangkan tim Densus 88,” tandas Tri Budi.(dit/ili/yet/r5)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia dan Turki Bisa jadi Mediator Persoalan Qatar
Redaktur & Reporter : Friederich