Duh, Bank Batasi Penerimaan Pegawai

Senin, 09 Mei 2016 – 11:53 WIB
Foto ilustrasi dok.Jawa Pos

jpnn.com - SURABAYA - Sektor jasa keuangan di Jawa Timur mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. Data menunjukkan, pada Februari 2016, dari total 19,65 juta orang yang bekerja, tenaga kerja di sektor jasa keuangan 304.075 orang. 

Bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah tersebut turun 192.005 orang. Sementara itu, bila dibandingkan lagi dengan posisi Agustus 2015, terjadi penurunan jumlah tenaga kerja di sektor jasa keuangan sebanyak 106.016 orang. 

BACA JUGA: PLN Percepat Pembangunan 35 Ribu Mw

Kepala Badan Pusat Statistik Jatim Teguh Pramono mengungkapkan, sektor jasa keuangan termasuk dalam sektor bidang usaha yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. 

Sektor lainnya adalah pertanian, pertambangan dan penggalian, konstruksi, keuangan, realestat, serta usaha persewaan dan jasa kemasyarakatan. ’’Sektor jasa keuangan berkontribusi 1,6 persen dari total jumlah tenaga kerja,’’ katanya.

BACA JUGA: PT PAL Garap Kapal Perang Filipina

Sektor jasa keuangan selama ini didominasi perbankan. Hal itu sejalan dengan literasi dan akses keuangan masyarakat yang mayoritas tertuju pada jasa perbankan. Salah satu penyebab menurunnya serapan tenaga kerja sektor tersebut adalah efisiensi yang dilakukan sejumlah bank.

Bank Indonesia memperkirakan kondisi itu terkait dengan perlambatan ekonomi yang terjadi tahun lalu serta penurunan pertumbuhan kredit di Jatim. Hingga Februari 2016, pertumbuhan kredit perbankan di Jatim hanya 7–8 persen. Pertumbuhan kredit itu berarti masih kurang dari proyeksi 12–14 persen. 

BACA JUGA: Industri Perkapalan Nasional Makin Diakui Dunia

’’Yang saya tahu, efisiensi tenaga kerja yang dilakukan perbankan rata-rata dilakukan pada tenaga kontrak, misalnya, marketing kartu kredit,’’ ucap Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Benny Siswanto.

Menurut Benny, tenaga karyawan tetap di perbankan umumnya tidak masuk dalam target efisiensi sehingga masih dipertahankan. Bank saat ini memang menghadapi pilihan untuk menjawab tantangan pertumbuhan, yakni antara memperluas dan menambah jumlah kantor cabang atau memberlakukan branchless banking.

Dia mengakui, menambah jumlah agen Layanan Keuangan tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) menjadi solusi efisiensi terbaik bagi perbankan. Selain praktis, biayanya lebih murah ketimbang membangun kantor cabang sendiri. 

Dari sisi kualitas layanan, perbankan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah membuat standar dan batasan yang ketat untuk rekrutmen agen Laku Pandai. Dengan cara itu, perbankan mampu memperluas jangkauan layanan tanpa harus membuat rasio biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) membengkak.

Meski demikian, Benny meyakini serapan tenaga kerja di perbankan akan mengikuti tren, baik pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan kredit. ’’Bank itu fleksibel kok. Kalau kondisinya booming lagi, mereka pasti akan merekrut karyawan lagi,’’ terang Benny. (rin/c23/noe/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Manufaktur di Jawa Timur Melambat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler