jpnn.com - SURABAYA – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi industri manufaktur skala mikro dan kecil di Jatim mengalami kontraksi 1,01 persen bila dibandingkan periode yang sama 2015.
Bisnis yang paling mengalami perlambatan di segmen itu adalah industri kayu, kertas, dan barang-barang dari kertas.
BACA JUGA: Ekonomi Lesu, Tetap Bukukan Penjualan Rp 691 Miliar
’’Kemungkinan disebabkan masyarakat menyukai furnitur dari logam dibandingkan kayu. Kalau kertas, dimungkinkan karena habit masyarakat dan kantor sekarang paperless,’’ kata Kepala BPS Jatim Teguh Pramono akhir pekan kemarin.
Kontraksi yang lebih besar terjadi pada industri skala sedang dan besar yang melambat 1,89 persen. Industri percetakan dan konfeksi menjadi salah satu pemicu perlambatan di segmen tersebut. Hal itu berbeda dengan industri pakaian jadi skala mikro dan kecil yang masih tumbuh positif.
BACA JUGA: Bisnis Batu Bara Bakal Makin Membara
Ekonom Universitas Airlangga Wisnu Wibowo menilai, perlambatan kinerja industri manufaktur di awal tahun sebagai bagian dari siklus tahunan. Buktinya, berdasar data prompt manufacturing index (PMI), pertumbuhan industri pada triwulan pertama selalu berada di bawah 50 persen sejak 2012.
Pada kuartal pertama lalu, PMI tercatat 46,69 persen. ’’Demand pada kuartal pertama memang tidak sebesar kuartal IV tahun sebelumnya,’’ jelas Wisnu. (rin/jos/jpnn)
BACA JUGA: Lunasi Utang Rp 6,6 Triliun, Ini Strategi XL Axiata
BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Penyaluran Kredit Rp 1,4 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi