jpnn.com - SURABAYA - Tekanan psikis yang hebat tentu banyak dialami penghuni Rutan Kelas I Medaeng, Surabaya. Kondisi tersebut biasanya menimpa para penghuni baru yang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Jadi, jangan heran jika stres kemudian menjadi penyakit nomor satu di rutan. Karena itu, tujuh petugas medis harus berupaya keras mengendalikan mereka.
Tim medis Rutan Medaeng pun harus stand by 24 jam, termasuk saat hari libur. Caranya, mereka akan dibagi dalam beberapa jam kerja. Tiga dokter dan empat perawat itu mendapatkan pembagian kerja yang sama. ''Perawat atau dokter ya dibagi sama jadwalnya, tidak dibedakan. Siang malam bisa kena,'' ungkap Moh. Arifin, dokter yang bertugas di Rutan Medaeng itu.
BACA JUGA: Petani Ini Temukan Batu Pancawarna Senilai Ratusan Juta di Sawahnya
Arifin menyatakan, stres merupakan penyakit dengan peringkat pertama di rutan tersebut. Jumlahnya pun besar. Menurut dia, hampir setiap hari ada penghuni yang mengalami stres. ''Ada dua hingga tiga orang tiap harinya,'' katanya. Itu pun bukan orang yang sama atau berganti-ganti orangnya.
Dokter yang berdinas di Medaeng sejak 1999 tersebut menjelaskan, rutan apa pun bisa menjadi pemicu stres bagi setiap penghuni. Mulai rutan yang over kapasitas, makanan yang dikonsumsi, hingga karakter penghuni rutan yang sangat beragam. Benturan antar penghuni pun kerap terjadi.
BACA JUGA: Sembuh Setelah Syaraf Wajah Kena Virus, Rano Karno: Jangan Stres!
Contohnya, beberapa waktu lalu, tingkah salah seorang penghuni rutan yang diduga stres. Dia mengejutkan para petugas dan seluruh penghuni rutan karena naik ke genting rutan. Aksi itu terjadi setelah maghrib dengan kondisi gerimis. ''Kalau sudah begitu, petugas rutan membujuknya sampai dia mau turun,'' kata Arifin.
Untungnya, tahanan tersebut mau turun setelah dibujuk petugas lebih dari satu jam. Hal itu sama sekali bukan hal baru. Ada lagi cerita lain tentang terganggungnya psikis penghuni rutan. Misalnya, salah seorang tahanan dewasa yang dari penampilannya tidak mungkin mengalami ketakutan. Apalagi, alasannya tidak logis, hanya takut dengan anak kecil. ''Sudah pakai tato, tingkahnya seperti preman, tapi tiba-tiba takut sama tahanan di blok anak,'' cerita Arifin.
BACA JUGA: Pukul Tukang Ojek saat Razia, Pos Lantas Diobrak-abrik Massa
Bahkan, pria tersebut meronta-ronta dan bersembunyi di balik tim medis yang berjaga. ''Tolong Pak. Saya takut dibunuh sama dia,'' ujar Arifin menirukan salah seorang tahanan yang ditengarai menderita tekanan batin. (aya/c15/git)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Berpangkat Bripka Ini Dipecat karena Narkoba
Redaktur : Tim Redaksi