Duh Teganya..Ibu Hamil Dihakimi Warga

Senin, 13 Februari 2017 – 08:59 WIB
Ilustrasi kebakaran. Foto: pixabay

jpnn.com - jpnn.com - Apes memang nasib Sindi, seorang ibu hamil di Palangkaraya.

Dia dituding sebagai penyebab kebakaran yang terjadi di permukiman padat penduduk di Flamboyan Bawah Gang A Yani 6, Kota Palangka Raya, kemarin pagi.

BACA JUGA: Panti Asuhan Ludes Terbakar akibat Korsleting Sakelar

Kebakaran itu berhasil diredam pemadam kebakaran setelah meludeskan 12 rumah warga dan dua barak alias kos-kosan.

Namun, api kemarahan seorang korban kebakaran justru membara.

BACA JUGA: Rumah Aktivis Antikorupsi Dibakar

Marni, pemilik barak yang ditinggali Sindi, meminta pertanggungjawaban atas terbakarnya barak empat pintu miliknya.

Dengan memamerkan wajah garang, Marni menarik tangan Sindi yang sudah menangis histeris.

BACA JUGA: Kakek Lumpuh Terjebak Kobaran Api, Duh Gusti....

Tak mempedulikan meski Sindi sedang dalam kondisi hamil lima bulan.

Sindi hanya bisa meronta meminta tolong. Wajahnya tampak pucat. Kakinya sudah tak kuat lagi berpijak.

Sampai akhirnya, tubuhnya yang hanya dibalut mini dress motif garis hitam putih itu, jatuh di pelukan Rusita, tetangganya.

"Jangan bu, jangan, ampun," rintihnya sambil menggenggam erat bungkusan plastik warna unggu berisi selembar celana panjang milik suaminya, barang satu-satunya yang bisa diselamatkan selain pakaian yang menempel di tubuhnya.

Anak perempuan Marni menyebut, ibunya tahu adanya kebakaran ditelepon tetangga barak. Dirinya sendiri tidak tinggal di lokasi kebakaran.

"Tadi (kemarin, Red) dikabari kalau awal api dari barak dia (Sindi, red)," sebutnya.

Akhirnya, Marni maupun Sindi dibawa ke Mapolsek Pahandut.

Sesampai di sana, dengan kondisi sudah mulai tenang, Marni menyebut, ada unsur kesengajaan Sindi sehingga membuat barak empat pintu miliknya ludes dan merembet ke rumah warga lainnya.

Sindi sendiri bersama suaminya baru sekitar empat bulan menyewa.

"Iya (sengaja dibakar, red) makanya saya minta pertanggungjawaban," ujarnya kesal.

Sementara, Sindi dengan terbata- bata menjelaskan awal mula peristiwa itu. Kala kebakaran menjilat, dia berada di luar barak.

Menanti sang suami Rizki ke luar menjahit celana panjang. Dia tidak menghidupkan kompor ataupun menyalakan kipas angin di kamar.

Sehari-harinya, dia berjualan kue cenil dan kue basah berbahan dasar tepung kanji. Kebetulan hari itu tidak berjualan.
Tidak berselang lama, bau asap tercium dari dalam rumah. Lalu dia masuk. Api sudah membakar kasur.

Panik melanda. Dia teriak minta tolong sambil memadamkan api dengan alat seadanya.

"Saat itu gak ada yang dengar teriakan saya," ucap calon ibu berusia 18 tahun itu dengan terbata-bata.

Sang suami yang tiba usai menjahit celana, juga tak bisa menahan kobaran api merembet ke dinding-dinding kayu baraknya.

Dengan wajah pucat lantaran ketakutan diminta bertanggung jawab, dia menegaskan dirinya tidak lagi memasak atau menghidupkan kompor. Api berasal dari bilik kamar.

"Kalau hidupin kompor saya nggak pak. Pagi itu saya nasi beli buat sarapan," tegasnya.

Tuduhan Marni itu memang belum terbukti kebenarannya. Petugas sendiri belum bisa memastikan.

''Apabila kebakaran ini memang benar bersumber dari listrik, maka saya minta kepada PLN agar mendata kembali pemakai langganan listrik yang ada di belakang Flamboyan ini," ungkap Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Kebakaran Kota Palangka Raya Anwar Sanusi Umar Gayo. (ram/abe/ami/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Soni Minta Bank DKI Bantu Pedagang Pasar Senen


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler