jpnn.com - BALEENDAH - Banjir mulai menghantui banyak daerah. Salah satunya, wilayah yang berada di sekitar Sungai Citarum, Bandung.
Warga di Kampung Cieunteung Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, kini harus siaga siap mengungsi. Mereka masih bertahan di rumahnya, meski hingga Kamis (26/11) malam, luapan Sungai Citarum sudah mencapai ketinggian sekitar 80 sentimeter.
BACA JUGA: Pengangkatan Honorer K1 Nganjuk, Oknum KemenPAN-RB Minta Jatah Banyak?
Pihak Polsek Baleendah juga sudah waspada, dan mengirimkan perahu ke wilayah Cieunteung untuk mengevakuasi para warga. Kapolsek Baleendah Kompol Suhari mengatakan, setelah melakukan patroli, pihaknya langsung membawakan perahu yang sudah disiapkan oleh Polres Bandung untuk evakusi para warga.
"Kami patroli sekaligus melakukan evakuasi warga. Jika saja ketinggian air terus naik, warga harus segera meninggalkan rumahnya. Nah sekarang juga, walaupun ketinggian air baru sekitar 80 sentimeter, kami sudah meminta warga untuk segera menuju pengungsian,” kata Suhari, seperti dikutip dari Bandung Ekspres, Jumat (27/11).
BACA JUGA: MENCEKAM! Pocong Suka Gedor-gedor Pintu Rumah Warga, Polisi Turun Tangan
Suhari mengatakan, beberapa lokasi pengungsian memang telah disiapkan, di antaranya GOR Inkanas dan GOR KNPI. ”Jika air tiba-tiba besar dan merendam pemukiman warga (di Kampung Cieunteung, Cigosol, Andir dan lainnya), pengungsian untuk mereka sudah disiapkan,” jelasnya.
Ketua RW 20, Jaja mengungkapkan, air mulai masuk kampung mereka kemarin sekitar pukul 15.00. Guyuran hujan deras yang terjadi di hulu Sungai Citarum serta di sekitar Bandung Raya, jadi penyebabnya. Akibatnya, air dari Sungai Citarum meluap dan masuk Kampung Cieunteung yang memang berada di tepi Citarum yang posisinya lebih rendah.
BACA JUGA: HOREE: Pemerintah Perpanjang Run Way Bandara di Perbatasan Timor Leste
"Sebenarnya kemarin malam juga air sudah masuk ke pemukiman dengan ketinggian sekitar 60 sentimeter. Namun tadi siang surut lagi, eh sorenya hujan besar air datang lagi, sekarang tingginya sekitar 80 sentimeter,” ungkap Jaja.
Dia mengatakan, warga masih bertahan di rumahnya masing-masing. Sebab, mereka menganggap, ketinggian air masih dalam tahap wajar. Biasanya, kata dia, warga mulai mengungsi jika ketinggian air berada di atas satu meter.
"Kebanyakan masih bertahan di rumah masing-masing. Kalau yang sudah ngungsi ada sekitar 4 KK, mereka ngungsi di lantai dua masjid di kampung ini. Mereka lebih dulu ngungsi karena memang rumahnya lebih rendah jadi sudah terendam,” tuturnya.
Menurut Jaja, saat ini di kampungnya itu masih terdapat sekitar 200 kepala keluarga (KK) yang masih bertahan. Sedangkan sisanya telah pindah dari Cieunteung. "Kami pun siap-siap untuk ngungsi, kalau air sudah di atas satu meter berbahaya,” katanya.
Jaja mengungkapkan, saat ini warga yang masih bertahan di rumah masing-masing berdiam di lantai dua atau atap rumah yang telah dimodifikasi menjadi tempat tinggal selama banjir. Tetapi, genangan air merendam seluruh kampung, sehingga pihak PLN harus mematikan aliran listrik ke tempat tersebut dan mereka pun terpaksa harus gelap-gelapan.
"Yah begini lah, malam-malam gelap. Sebab, berbahaya kalau masih menyala, khawatir ada warga yang kena strum,” pungkasnya. (yul/rie/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Parah! Parah! Pasien tak Diberi Makan, Toilet pun tak Ada Air
Redaktur : Tim Redaksi