Duka Keluarga Korban Pembunuhan yang Belum Terungkap

Minggu, 23 Agustus 2015 – 00:45 WIB
Polisi melakukan olah TKP di lokasi pembunuhan Anggi, Sales Promotion Girl (SPG) di BCS Mall beberapa waktu lalu. Foto: johannes Saragih/Batam Pos/JPNN

jpnn.com - SEBANYAK tujuh kasus pembunuhan di Batam belum berhasil diungkap polisi. Keluarga menunggu dalam ketidakpastian. Termasuk keluarga Ambok Maik dan Dwiwana Juli Anggi. 


----------YOFI YUHENDRI, Batam------------

BACA JUGA: Spanduk Bergoyang-goyang, Sejoli Sedang Bercinta

Kamis (20/8) siang suasana di rumah di Blok B2 nomor 3A Perumahan Akasia Garden tampak sepi. Terlihat seorang wanita muda menjemur pakaian. 

Ia adalah saudara Anggi bernama Ayu. Selama sebulan menginjakkan kaki di Batam, Anggi dan Ayu menempati rumah milik kakak iparnya bernama Davis. Mereka juga bekerja di lokasi yang sama, yaitu sebagai Sales Promotion Girl (SPG) di BCS Mall. 

BACA JUGA: Kisah Pasutri Pemulung 20 Tahun Menabung, Akhirnya Berangkat Haji

Di dalam rumah ada beberapa kerabat Anggi yang masih merasakan duka. Mereka adalah dua kakak ipar Anggi, yakni Eti Erwati dan Davis. Mereka masih teringat bagaimana Anggi ditemukan tewas dengan luka di lehernya. Pandangan mereka kosong ketika nama Anggi disebut.

"Kami masih trauma dan selalu teringat Anggi. Dia orangnya sangat baik dan rajin sekali," ujar Eti.

BACA JUGA: Berkunjung ke Ladies Market di Hongkong, PKL pun Tertata, Beberapa Kali Diumpat

Anggi ditemukan meninggal dibunuh di Bukit Dangas, Sekupang yang terjadi pada 24 Juni 2015. Ia tewas dengan luka tusuk di bagian leher. Padahal, gadis berkulit putih ini baru saja datang dari kampungnya, Palembang, dan bekerja serta menerima gaji pertamanya sebagai SPG.

Berbagai upaya terus dilakukan keluarga untuk mengetahui pelakunya. Ya jalan satu-satunya dari pihak kepolisian. 

Namun, dalam kasus ini polisi hanya memberikan jawaban yang dinilai tak memuaskan. 

"Jawaban polisi hanya tunggu dan menunggu. Paling kalau kami ke Polsek (Sekupang) katanya masih diselidiki. Tapi tak ada kemajuan," sambung Davis.

Davis menambahkan beberapa barang bukti juga ditemukan di lokasi pembunuhan seperti jejak ban mobil maupun penyelidikan yang dilakukan Tim Labfor Mabes Polri Cabang Medan. 

Lagi-lagi jawaban polisi tak memuaskan keluarga.

 Hingga akhirnya keluarga memutuskan untuk menggunakan jasa paranormal yang turut disaksikan polisi. Dari keterangan paranormal tersebut polisi mempunyai bukti baru yang mengarah kepada pelaku. 

"Nah, dari paranormal itu sudah jelas. Tapi polisi tidak bisa membuktikannya," keluhnya.

 Sejak kepergian Anggi, Davis kerap didatangi melalui mimpi. Di mimpi itu Anggi selalu memberikan petunjuk mengenai sang pelaku dan berpesan agar pelakunya segera ditangkap. 

"Saya sangat sering mimpi dia. Dia selalu memberi petunjuk mengenai pelakunya," terangnya.

Dalam mimpi itu, Anggi menyampaikan otak pelaku pembunuhannya merupakan seorang wanita yang dikenalnya. Wanita itu yang membawanya menuju ke Bukit Dangas. Lalu di lokasi terdapat dua orang pria yang bertugas membunuh. 

"Dan setiap mimpi, wanita itu (otak pelaku) yang selalu disebutkan," lanjut Davis.

Davis beserta keluarga lainnya berencana akan mengusut kasus ini menuju Polda Kepri. Ia juga berharap pihak kepolisian segera menangkap pelaku seperti yang dijanjikan pihak kepolisian. 

"Yang kami inginkan hanya tahu pelakunya dan ingin tahu kenapa dia sampai membunuh. Kami hanya butuh keadilan," tuturnya.

 

Banyak kenangan yang dirasakan keluarga Anggi. Kesehariannya dikenal sebagai anak rumahan dan jarang berkomunikasi dengan tetangga. Hanya beberapa kerabat yang berkunjung ke rumah Anggi atau sebaliknya. 

Di rumah itu Anggi layaknya pemilik rumah. Ia yang selalu membersihkan kamar, perabot rumah tangga hingga pekarangan. Aktivitas itu selalu dilakukan ketika Anggi memiliki waktu senggang. 

"Setiap hari rumah ini Anggi yang bersihkan, sampai saya larang dia tidak mau," tambah Davis.

Ia juga jarang menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dengan kerabat. "Sampai di telfonpun jarang diangkat. Di hapenya aplikasi BBM tidak diaktifkan karena dia sedikit kurang bergaul," papar Davis.

Sebelum ditemukan tewas, Anggi diketahui mengantar Ayu menuju BCS Mall. Dari rekaman CCTv Mall terlihat jelas. Namun, Ayu mengaku tidak mengetahui dengan siapa terakhir kali Anggi bertemu. 

"Setelah diantar saya langsung kerja dan Anggi hanya tahu jalan pulang saja," kata Ayu.

Ayu sendiri sangat merasakan kehilangan sosok Anggi. Baginya, Anggi sebagai keluarga sekaligus teman curhat. 

"Memang ajal semua sudah diautur Tuhan, tapi bagi saya pelakunya yang sangat penting," paparnya.

Hal yang sama ikut dirasakan istri Ambok Maik, Sartika. Wanita yang biasa disapa Tanre ini syok ketika disebut nama suaminya. Mulutnya terlihat kaku. Yang ada dibenaknya hanya siapa pelaku pembunuh lelaki yang sudah dinikahinya selama 13 tahun itu.

Sudah 10 bulan kasus pembunuhan ini berlalu dan kepala Ambok tak kunjung ditemukan. 

Warga Kaveling Nongsa, RT06/RW03, Nongsa itu tewas dengan kepala dipenggal pada 19 Oktober 2014 silam. Hanya anggota badannya saja yang ditemukan dalam karung saat dibuang di perairan Pulau Galang.

Sejak kepergian Ambok, Tanre sempat terlarut dalam kesedihan yang mendalam dan susah untuk beraktivitas. Hingga akhirnya ia sadar untuk terus mengasihi dan membesarkan kedua anaknya, yakni Ikmal, 10, dan si bungsu Armelita yang berusia empat tahun.

 

Ia lantas mencari nafkah sebagai penjahit. Dulunya, ia berkebun kemangi di kebun seluas setengah hektare yang merupakan peninggalan Ambok. Belakangan, hasil usahanya tersebut berkurang, disebabkan Tanre yang sibuk mencari pembunuh suaminya bersama pihak kepolisian.

"Dulu hasil kebun itu saya jual ke pasar, tapi sudah berkurang karena pergi ke sana-sini mencari informasi. Jadi sekarang saya menjahit saja," ujar wanita 31 tahun ini.

Selain pelaku pembunuhan, bagi Tanre, potongan kepala Ambok merupakan yang utama. Ia mengaku sedih saat menguburkan jasad Ambok tanpa disertai kepala. Bahkan, kondisi itu sendiri belum diketahui ke dua anaknya. 

"Saya tidak bisa menjelaskan kepada anak-anak. Hanya mereka tahu ayahnya pergi selamanya dan meninggalkan satu foto," terangnya lirih. 

Bagi Tanre, Ambok merupakan sosok pemimpin yang hebat bagi kedua anaknya. Ambok juga dikenal orang yang humoris. Kehadirannya di tengah keluarga selalu menimbulkan keceriaan. 

"Orangnya paling suka becanda. Hari-hari dengan anak selalu bercanda," kenangnya.

 Menurut Tanre, pihak kepolisian tidak bisa membuktikan dengan menangkap pelakunya. Ia bahkan menggunakan jasa pengacara agar kasus pembunuhan ini terus diusut. 

"Tapi belakangan pengacaranya menghilang dan saya tak tahu mau ngapain lagi," tuturnya.

Ia sendiri berharap pihak kepolisian terus melakukan pencarian terhadap pelaku pembunuhan serta kepala Ambok. Saat ini, hanya ke dua anak yang bisa membuatnya tegar dan terus berusaha mencari keadilan. ***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Balik Kisah Tragis Maysi Angelia Putri, Tewas di Tangan Ayahnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler