Dukung Antikudeta Militer, Aktor Terkenal Digelandang Polisi, Myanmar Masih Mencekam

Minggu, 21 Februari 2021 – 12:20 WIB
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. Foto: ANTARA/REUTERS/Stringer/wsj

jpnn.com, MYANMAR - Aktor terkenal bernama Lu Min digelandang polisi Myanmar, karena dianggap mendukung antikudeta militer pada 1 Februari.

Penangkapan tersebut hanya berselang beberapa jam setelah polisi dan militer menembaki pengunjuk rasa yang menuntut diakhirinya kekuasaan militer.

BACA JUGA: 11 Jet Tempur dan Pengebom China Menari di Langit Pratas, Taiwan Siaga Penuh

Lu Min adalah satu dari enam pesohor yang diincar militer berdasarkan undang-undang antihasutan, yang mendorong pegawai negeri untuk bergabung dalam protes.

Lu Min telah mengambil bagian dalam beberapa protes di Yangon.

BACA JUGA: Temui Ketua ASEAN, Menlu Retno Bertukar Pikiran soal Krisis Myanmar

Kabar penangkapan Lu Min diungkapkan oleh istrinya, Khin Sabai Oo, melalui video yang diunggah di akun Facebook miliknya.

Khin Sabai Oo mengatakan bahwa polisi telah datang ke rumah mereka di Yangon dan membawa suaminya pergi.

BACA JUGA: China Jawab Rumor Keterlibatan dalam Kudeta Militer di Myanmar

"Mereka membuka paksa pintu dan membawanya pergi dan tidak memberi tahu saya ke mana mereka akan membawanya (Lu Min). Saya tidak bisa menghentikan mereka. Mereka tidak memberi tahu saya," katanya dalam sebuah video.

Juru bicara militer Zaw Min Tun, yang juga juru bicara dewan militer baru belum menanggapi upaya berulang oleh Reuters menghubungi melalui telepon untuk dimintai komentar.

Zaw Min Tun mengatakan pada konferensi pers, Selasa, bahwa tindakan tentara berada dalam konstitusi dan didukung oleh mayoritas rakyat. Mereka menyalahkan pengunjuk rasa karena memicu kekerasan.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, mengatakan pada Sabtu, setidaknya ada 569 orang telah ditangkap, didakwa, atau dijatuhi hukuman sehubungan dengan kudeta tersebut.

Kekerasan di Mandalay pada Sabtu adalah insiden paling berdarah dalam lebih dari dua minggu demonstrasi di kota-kota besar dan kecil di seluruh Myanmar.

Demonstrasi itu menuntut diakhirinya kekuasaan militer dan pembebasan dari penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan lainnya.

Demonstrasi dan kampanye pembangkangan sipil dalam pemogokan dan gangguan, tidak menunjukkan tanda-tanda mereda dengan lawan-lawan militer yang skeptis terhadap janji untuk mengadakan pemilihan baru dan menyerahkan kekuasaan kepada pemenang. (reuters/ant/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Militer Myanmar Makin Kalap, Sutradara sampai Penyanyi Diburu Aparat


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler