Dulmatin Sukses Rayu Birokrat

Direkrut Untuk Memuluskan Operasi

Senin, 15 Maret 2010 – 07:11 WIB
JAKARTA - Sosok pimpinan teroris serba bisa benar-benar melekat pada figur DulmatinTak hanya jago meracik bom dan perang gerilya, Dulmatin juga seorang perayu nomor wahid

BACA JUGA: NU Tetap Enggan Haramkan Rokok

Jaringan Dulmatin bahkan bisa merekrut orang-orang di instansi pemerintahan untuk bergabung.

Dari 30 orang anggota jaringan Dulmatin yang kini diinterogasi serius oleh polisi, tiga diantaranya adalah eks birokrat
Mereka adalah Sofyan Tasauri, Fauzi Syarif dan Yudi Zulfahri

BACA JUGA: Jembatan Selat Sunda Perlu Solusi Gempa

Sofyan adalah desersi Polres Depok tahun 2008 berpangkat terakhir Brigadir
Fauzi adalah mantra kesehatan yang juga pegawai negeri sipil di Pemkot Tangerang dan Yudi adalah alumnus STPDN tahun 2007.

Selain mengejar orang-orang yang belum tertangkap, Densus 88 juga melakukan investigasi seberapa besar jaringan Dulmatin di birokrasi

BACA JUGA: Satu Lagi Legenda Bulutangkis Meninggal Dunia

"Mereka masih bungkamBelum mau membuka siapa saja orang lain yang berhasil dipengaruhi," ujar seorang perwira penyidik pada Jawa Pos kemarin (14/03).

Polisi curiga, tak hanya tiga orang itu yang sukses dirayu Dulmatin"Kalau dari pola operasinya Dulmatin memang memilih sasaran orang secara khusus untuk memuluskan aksinya," kata sumber itu.

Keberhasilan Dulmatin memperoleh identitas ktp atas nama Yahya Ibrahim di Ciracas Jakarta Timur juga menimbulkan kecurigaan aparatApalagi, berkat ktp itu, Dulmatin bisa memperoleh paspor secara legal dan sah di kantor imigrasi Jakarta Timur"Dengan paspor itu, Dulmatin bisa keluar masuk dengan mudah karena paspornya bukan paspor palsu," kata sumber itu.  

Salah seorang pembantu utama Dulmatin, yakni desertir polisi Sofyan Tsauri berhasil dipengaruhi sejak tahun 2006Bahkan dalam kesehariannya saat bertugas di Polres Depok Sofyan sudah mulai bertingkah bedaHal ini juga diakui oleh salah satu mantan pimpinan Sofyan di Polres Depok.

Kepada Indopos (group JPNNN) Kasat Samapta Polres Depok, Kompol Putu Sumada mengatakan, saat menjadi anak buahnya, Sofyan tidak mau menyebutkan Tribrata dengan alasan haram karena menjunjung tinggi NKRI"Itu penghinaan pada korpsKita harus hafal Tribrata, jangan sampai seperti Sofyan yang kini terlibat jaringan teroris," ujar Putu pada wartawan di Depok.

Saat itu, Sumada marah besar pada Sofyan.  "Saya ingat dia tidak mau ucapkan Tribrata katanya haram, itu seperti Pancasila, tuntunan hidup PolriLangsung saya tempeleng," katanya.

Setelah kejadian itu, lanjut Sumada, Sofyan tak pernah masuk bekerja lebih dari tiga bulanAkhirnya dia dipecat tahun 2008 akibat desersiSumada mengingatkan kepada para anggotanya untuk dapat berkomitmen kepada Polri dan tidak seperti Sofyan"Saya malu disebut ada eks anggota saya yang menjadi terorisDari Sabang sampai Merauke jangan sampai ada anggota Polri yang seperti Sofyan," katanya.

Sofyan merupakan operator penyedia dan penyuplai senjata bagi kelompok Dulmatin untuk berlatih di AcehPria yang pernah tinggal di Puri Mandala, Cimanggis dan Limas Elok, Depok itu sekarang ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua Depok.

Seorang mantan kombatan yang pernah mengenal Sofyan menilainya sebagai polisi yang jujur"Justru dia itu dipecat karena hendak poligami bukan karena desersi," kata ustad yang tinggal di Jakarta itu.

Dia ingat saat bertemu Sofyan di sebuah majelis taklim"Saat itu akhi (saudara,red) Sofyan bilang rindu ingin berjihadSaya jawab, kalau antum ( kamu, red) polisi ya berjihad dengan memberantas kemaksiatan, perangi judi dan narkoba," kata sumber ituJanuari 2008 dia hilang kontak dengan Sofyan"Saya tahu kalau dia ikut ditangkap saat Kapolri mengumumkan di televisi," katanya.

Selain Sofyan, pembantu Dulmatin yang punya peran penting adalah Fauzi Syarif, seorang pegawai pemerintah Kota TangerangFauzi tercata sebagai kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Karangtengah Pemkot TangerangDia juga pernah menempuh pendidikan  magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di sebuah univeristas di Jakarta.

Fauzi menjadi tersangka karena diduga menyediakan safe house ( rumah perlindungan) sementara bagi anggota jaringan DulmatinDua orang pengawal Dulmatin yakni Ridwan dan Hasan Nur ditembak tak jauh dari rumah FauziDi rumah Fauzi juga diamankan handycam dan laptopDari pemeriksaan sementara handycam dan laptop itu berisi materi indoktrinasi paham jihad ala Dulmatin.

Anak buah Dulmatin lainnya yang jadi key person ( kontak) Dulmatin di Aceh yakni Yudi Zulfahri ternyata adalah alumni Sekolah inggi Pemerintahan Dalam negeri tahun 2007STPDN selama ini menerapkan sistem disiplin yang ketat dan diawasi langsung oleh Kementrian Dalam Negeri"Yudi adalah orang yang memfasilitasi kelompok Dulmatin masuk AcehDia asli Aceh dan digunakan untuk membuka jalan untuk latihan," kata Kapolri saat mengumumkan peranan Yudi beberapa waktu lalu.

Dosen Univeristas Syah Kuala Aceh Al Chaidar menilai Yudi sudah diincar untuk direkrut sejak lama"Jaringan seperti merek sudah ada perencanaan yang lamaKita butuh orang ini, perannya ini, kira-kira siapa yang bisa, itu sudah difikirkan jauh jauh hari," katanya saat dihubungi kemarin.

Mantan aktivis Darul Islam itu menilai, orang-orang yang sudah berhasil dipengaruhi Dulmatin menyebar di berbagai bidang"Saat ini tentu mereka akan kocar-kacir beberapa saatTapi, setelah itu pasti akan ada konsolidasi ulang," katanya.

Penulis buku Negara Islam Indonesia itu menyebut waktu enam bulan cukup bagi jaringan untuk re-grouping ( berkumpul ulang, red)"Jadi, ini seperti perusahaan outsourcingKira-kira butuh orang dengan keahlian apa, diincar, lalu ditugaskan orang untuk merekrutnya," katanya.

Jika polisi saja bisa direkrut, kata Al Chaidar, nyaris semua level profesi bisa dipengaruhi jaringan Dulmatin"Abu Haikal misalnya dia mantan dosen, seorang intelektual," katanyaAbu Haikal adalah nama alias dari  Bakti Rasna yang tinggal  di kompleks Pondok Sukmajaya, Blok F2, RT 2/2 No16Sukmajaya, DepokPada Indopos ( group Jawa Pos) sejumlah warga sekitar membenarkan Bakti adalah mantan dosen Universitas Pancasila.

Menurut Al Chaidar, langkah polisi perlu dievaluasi"Jaringan seperti ini tak akan habis kalau hanya represifSebaliknya justru berkembang pesat," kata penulis buku Aceh Bersimbah Darah itu.

Mantan anggota Jamaah Imran Umar Abduh menilai kematian seorang teroris justru akan menghidupkan jaringan"Bagi mereka, kematian adalah pupuk perjuanganApalagi, mereka meyakini bahwa yang meninggal syahid dan siapa saja pasti akan siap menggantikan," kata Umar yang pernah dipenjara dalam kasus pembajakan pesawat garuda 1981 itu.

Kadivhumas Mabes Polri Edward Aritonang memastikan semua jaringan Dulmatin akan diuraiMenurut Edward, ada dua kelompok utama yang sekarang ditarget polisiKelompok pertama adalah DPO lama yang memang sudah ada dalam database Polri"Kelompok yang kedua adalah orang-orang baru yang terkait Aceh maupun jaringan lainnya," katanya Sabtu (13/03) lalu.(rdl/rko/jpnn)    

BACA ARTIKEL LAINNYA... ICW Ragukan Puspom TNI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler