Dulu Berebut Lift dengan Mahasiswa, Kini Punya Lift Khusus

Sabtu, 08 Januari 2011 – 08:08 WIB

Komisi Yudisial (KY) sejak Kamis pekan lalu (30/12) punya ketua baruDia adalah Eman Suparman

BACA JUGA: Devina, Warga Depok yang Memergoki Gayus Pelesir ke Luar Negeri

Baru seminggu menjadi pejabat negara yang bertugas mengawasi perilaku hakim, pria yang sebelumnya menjadi dosen selama lebih dari 30 tahun itu merasa mengalami culture shock

 
============================
 AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
============================

DUA teknisi siang kemarin (7/1) terlihat sibuk di ruang kerja Eman Suparman di lantai lima gedung KY

BACA JUGA: Di Kota Pasuruan, Bapak Jabat Wali Kota, Anak Jadi Ketua DPRD

Mereka sedang memasang sebuah monitor pipih layar datar berukuran 23 inci di meja orang nomor satu di KY itu


"Besar sekali monitornya," ujar Eman dengan dahi bekernyit

BACA JUGA: Kampung Artis, Studio Rekaman yang Disulap Jadi Kompleks Syuting Sinetron

Nada bicaranya seperti orang yang merasa keherananDua teknisi itu tersenyum"Selain untuk komputer, layar ini bisa untuk televisi kok Pak," kata salah seorang di antara mereka.
 
Eman tampak semakin heran"Memang TV yang itu tidak bisa lagi ya?" ucapnya sambil menunjuk TV abu-abu tak jauh dari mejanyaDua teknisi tersebut tidak menjawab.
 
Tampaknya, Eman tidak terbiasa dengan fasilitas ketua KYMonitor gede itu merupakan salah satu alat standar untuk para komisioner (anggota) KYSelain membuat para pimpinan terkoneksi, monitor tersebut membuat penggunanya betah di kantor"Mouse dan keyboard-nya wireless juga kan? Berarti bisa dari jauh kalau ngetik," kata ayah dua putri itu lantas menggeser kursinya agak menjauh.

Guru besar hukum acara perdata Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, tersebut memang sedang beradaptasi dengan lingkungan barunyaSebelumnya, Eman berkutat di dunia kampusDia mengajar di almamaternya di Fakultas Hukum Unpad sejak 1983Pada 2004, dia memperoleh gelar doktorLima tahun kemudian, dia memperoleh gelar guru besar di bidang hukum acara perdata.
 
Karena lama mengajar, budaya di kampus pun ikut terbawa di KYSaat pertama memimpin rapat pleno dengan agenda pemilihan koordinator bidang pada Senin lalu (3/1), Eman mengatur secara demokratisDia mengutamakan musyawarah lebih dulu daripada voting
 
Lelaki berkumis tipis itu mempersilakan para komisioner memilih bidang tertentu yang diinginkanJika tidak ada penolakan dari komisioner lain, pilihan tersebut dianggap sah"Saya tidak suka jadi pemimpin otoriterSilakan saja, saya serahkan dulu kepada forum," jelasnya.
 
Semangat demokratis Eman juga menular ke keluargaKendati menekuni dunia hukum, Eman tidak pernah memaksakan dua putrinya mengikuti jejaknyaAlhasil, dua anaknya kuliah di jurusan yang benar-benar berbeda dari EmanYakni, kedokteran umum dan kedokteran gigi
 
"Untuk apa saya memaksakan mereka kalau akhirnya tidak sukaSelama itu tidak melanggar hukum, agama, dan norma di masyarakat, saya akan dorong mereka belajar apa saja," tegasnya"Tapi, selama saya mampu membiayai," imbuhnya lantas terkekeh.
 
Eman tidak pernah aktif di lembaga-lembaga hukum di luar kampusKarena itu, KY merupakan lembaga negara pertama tempat dirinya mengabdi di luar kampus
 
Proses adaptasi di KY, kata dia, tidak mudahTerutama soal protokoler kenegaraan yang harus dijalani"Soal pekerjaan dan birokrasi sih tidak susahYang susah soal protokoler di siniSaya seperti mengalami culture shock," ujarnya lantas tertawa.
 
Saat berangkat ngantor, misalnyaLelaki 51 tahun itu menuturkan, setiap datang di kantor, dirinya selalu disambut petugas keamanan yang memberikan hormatBahkan, saat hendak masuk lift, petugas keamanan sampai menahan pintu lift hingga Eman masuk
 
Padahal, dia biasa berebut naik lift dengan para mahasiswa di kampusBahkan, dia sering kalah gesit dari anak-anak didiknyaAkibatnya, Eman harus rela tidak kebagian tempat di liftKalaupun memaksakan diri, dia sampai harus berdesakan dan nangkring di pojok depan lift"Di sini, saya malah punya lift khusus," ungkapnya.
 
Hal serupa terjadi setiap Eman berangkat ke gedung KYSaat ini, lelaki dengan tahi lalat di samping kumis tersebut tinggal di Hotel Acacia sembari menunggu rumah dinasnya di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, siap dihuniHotel tersebut hanya berjarak seratus meter dari gedung KYBahkan berdiri di ruas jalan yang sama di Jalan Kramat RayaNamun, tiap pergi ke kantor, Eman harus menumpang mobil dinas berpelat RI-61.
 
Padahal, kalau mau berjalan kaki, waktu tempuhnya justru lebih cepatDengan mobil dinas, Eman harus memutar mengikuti arus lalu lintas di Jalan Kramat RayaKarena itu, dia sempat mengusulkan ke Sekjen KY Muzayyin Mahbub agar dirinya berjalan kaki saja menuju kantor
 
"Waduh, jangan PakBapak harus naik mobil dinas biar selamatKeselamatan Bapak harus kami jaga," jelas Eman menirukan pernyataan Muzayyin"Padahal, kalau jalan kan juga selamat lewat trotoar," ujarnya lantas tertawa.
 
Tak lama lagi, Eman menghuni rumah dinasnya di Kemanggisan, Jakarta BaratSejatinya, rumah tersebut baru saja rampung direnovasi beberapa hari laluKapan saja mau, Eman bisa menempatiNamun, dia menyatakan enggan pindahAlasannya, di lingkungan itu, dirinya tidak punya tetangga sebagai teman mengobrol.
 
Karena itu, ayah Risa Dewi dan Anggiani Dewi tersebut memilih untuk menunggu rumah dinas Wakil Ketua KY Imam Anshori Saleh rampung direnovasiRumah dinas Eman dan Iman memang berdampinganNamun, rumah Iman belum rampung direnovasi.
 
Rumah dinas itu bakal ditempati Eman seorang diriSebab, dia tidak akan memboyong keluarganya ke JakartaIstrinya, Ela Dewi Larasati, bekerja di Badan Geologi Bandung milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)Sementara itu, putri bungsunya, Anggiani Dewi, sedang magang sarjana kedokteran (co-ass) di Fakultas Kedokteran Gigi di Unpad.
 
Begitu pula Risa Dewi, sang putri sulungDia sedang bertugas sebagai dokter di pelosok Sulawesi di Rumah Sakit Bungku, Kabupaten Morowali, Sulawesi TengahSaking pelosoknya, jarak dari ibu kota provinsi ditempuh dalam 16 jamKalau dengan angkutan umum, waktunya bisa lebih lama.
 
Karena tidak ada koran dan televisi di sana, Eman harus menelepon sang buah hatiItu pun kadang sinyalnya tidak lancar"Seandainya saya bisa hadir saat Bapak diambil sumpah, pasti saya akan senangSemoga Bapak bisa mengemban tanggung jawab dengan baik," ungkap Eman menirukan jawaban putrinya saat dia diberi tahu.
 
Sejatinya, kata Eman, istrinya bisa dipindah ke Kemen ESDM di JakartaNamun, itu berarti dia harus meninggalkan putri bungsunya sendirian di BandungAkhirnya, Eman mengurungkan niatnya
 
"Nggak apa-apa lah, istri biar di Bandung ngurus anakSaya sendirian di sini tidak apa-apaDulu Pak Busyro (ketua KY sebelumnya, Busyro Muqoddas, Red) kan juga sendirian," ujar lelaki kelahiran Kuningan, Jawa Barat, itu(c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Panca Indera, Biro Penyelidik Swasta Spesialis Perselingkuhan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler