Dulu Dicekoki, Kini Dijuluki Gadis Robusta

Senin, 24 Oktober 2016 – 05:35 WIB
Awalnya terpaksa, kini Atika Damayanti justru menjadi penikmat sekaligus barista perempaun di Banyumas. Foto: Atika Damayanti untuk Radar Banyumas

jpnn.com - ATIKA Damayanti (23) sudah begitu terkenal sebagai barista atau peracik kopi di kota Satria Purwokerto. 

Bahkan menjadi salah satu barista perempuan yang cukup dikenal pecinta kopi di eks-Barlingmascakeb.

BACA JUGA: Pengin si Mantan Kembali Menatap? Rasakan Pedasnya Terjebak Nostalgia

BAYU INDRA KUSUMA, Purwokerto

Bagi Atika, kopi sudah menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya sehari-hari. 

BACA JUGA: Perjuangan Seorang Ibu Demi Menyekolahkan Anaknya

Dia mengatakan, perkenalannya dengan kopi terjadi secara tak sengaja. Bahkan, bisa dibilang terpaksa.

"Dulu pertamanya dicekokin temen. Tapi lama-lama jadi suka.Bahkan saya termasuk penikmat kopi garis keras meski masih kopi pabrikan. Satu kali ngopi bisa sampai empat gelas," ujarnya yang rutin meminum kopi sejak masih duduk di bangku SMP.

BACA JUGA: Kisah si Yatim Ikut Olimpiade Matematika di Jakarta, Berharap Jumpa Ibunya

Pengalamannya tentang kopi juga didapatnya dari sang ayah. Dulunya sering dimarahi bapak karena ketahuan sedang minum kopi. 

"Sebenarnya boleh, tapi karena dulu masih kecil jadinya dimarahi terus. Soalnya saya kalau ngopi suka kaya orang kesetanan," candanya.

Gadis asal Semarang ini mengaku memang baru 1,5 tahun tinggal di Purwokerto. Namun perkembangan kopi di Purwokerto menurutnya sangat pesat. 

Dia mengaku awalnya datang ke Purwokerto untuk belajar meracik kopi. Akhirnya malah ingin menetap di Purwokerto. Hingga kemudian pada 2017 membuka warung kopi.

"Saya belajar bikin kopi sejak awal tahun 2016 lalu. Awalnya ya cuma tanya-tanya saja, lalu sampai akhirnya ketemu temen-temen di juguran kopi, lalu diperbolehkan mencoba meracik kopi sendiri," tegasnya.

Sampai saat ini, Atika lebih dikenal sebagai "Gadis Robusta Purwokerto". 

Dia begitu aktif di berbagai even para barista dan pecinta kopi di Purwokerto. Dia lebih ahli meracik kopi berjenis robusta ketimbang kopi-kopi Arabica.

"Dulu cuma bisa lihat orang-orang bikin kopi, tapi sekarang sudah bisa nyiapin sendiri. Kalibrasi juga sudah bisa seperti nakar, termasuk beberapa metode racikan kopi dengan berbagai alat," ujar gadis kelahiran tahun 1994.

Saat ini, Atika mengaku sudah memiliki beberapa alat peracik kopi di rumahnya. 

Namun, untuk menikmati kopi, dia  lebih menyukai keramaian dengan menyambangi warung atau cafe kopi yang ada di Purwokerto dan sekitarnya.

"Kalau sendiri suka bingung, karena kita yang bikin kita yang menilai, dan itu tidak objektif. Kalau ramai kan enak bisa sekalian belajar dari kritikan orang terhadap kopi yang sudah kita seduhkan," terangnya.

Dari berbagai metode racikan kopi yang ada, dia lebih menyukai penyeduhan kopi robusta dengan metode v60. 

Menurutnya, metode v60 lebih menonjolkan tekstur kopi yang lebih pekat, meski tidak sepekat metode tubruk atau seduh langsung.

"Paling tidak bisa disesuaikan dengan keinginan, bisa dibikin lebih kuat di rasa atau di aromanya atau keduanya," pungkasnya.(*/acd/sam/jpnn) 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sensasi Menginap di Hutan, Sajian Makan Malam Plus-plus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler