Dulu Keliling Diskotek Buru Mahasiswi Bispak

Rabu, 18 Juni 2008 – 09:46 WIB
Mahasiswi diperkosa. Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com - Bisnis pornografi tak pernah matiItulah keyakinan Tasmi Soeryotirto, mantan pimpinan tabloid “panas” yang bertobat

BACA JUGA: Munarman: SBY Antek Amerika

Selain menerbitkan buku, kini dia aktif berkeliling Indonesia agar tak ada lagi gadis yang dieksploitasi ke bisnis esek-esek.

 

RIDLWAN HABIB, Jakarta

 

SUDAH sekitar setengah tahun ini Tasmi Soeryotirto nyaman dengan busana barunya: jilbab dan pakaian yang hanya memperlihatkan telapak tangan dan wajahnya

Lingkungan pergaulan juga berubah drastis

BACA JUGA: Alihkan Ketergantungan Pupuk Bersubsidi

Dari kehidupan malam yang gemerlap, wanita itu kini sering diundang jadi pembicara di majelis-majelis taklim

    Sebagai pemimpin tabloid esek-esek terbesar di tanah air, wanita itu tahu banyak tentang praktik berburu ”gadis” untuk bisnis pornografiKhususnya di ibu kotaNamun, desakan nuraninya yang membuat dia berhentiDi berbagai forum pengajian itulah, dia bertestimoni agar ibu-ibu tidak kehilangan gadisnya akibat dieksploitasi bisnis ini.

    ”Salah satu sasaran yang paling mudah adalah para mahasiswa bispak,” kata Tasmi kepada JPNNSebutan mahasiswa  ”bispak” ini, kata dia, kependekan ”bisa pakai” yang di waktu malam banyak bertebaran di banyak diskotek di ibu kota.

   Di tengah dentuman musik serta  minuman beralkohol, Tasmi merayu gadis calon model telanjang untuk tabloidnya”Saya akan bilang ke merekaKalau Anda mau tampil, harga Anda pasti akan naikJuga pasti tambah laku,” ujarnya

     Tasmi tak sembarangan pilih tubuh yang siap dipajangSelain bodinya harus seksi, wajah juga tak boleh asal-asalanTak harus cantik, tapi minimal parasnya cover face ”Maklum kami ini jualan fotoBisa dibilang 80 persen isinya kan foto, jadi tulisan hanya pelengkapItupun harus nyerempet ke hal yang ngeres-ngeres,” katanya

Enam tahun sebagai pimpinan redaksi Lipstik, nama tabloid itu, Tasmi paham benar industri media pornografi”Saya inginnya perfeksionisJadi saya tak hanya di belakang mejaFotografert motret saya temani, cari kolam renang untuk latar foto saya juga yang dealBahkan, cari bikini dan lingerie (pakaian dalam) saya yang pilihkan,” katanya

Agar tabloidnya laku keras, Tasmi dan timnya butuh waktu satu bulan mengendus seorang calon modelUntuk keperluan lobi, mereka harus rajin keluar masuk kafe, diskotek, dan tempat-tempat pijat ”Kalau sudah tercebur di dunia ini pasti kena gandengannya, ya ikut dugem, narkoba, dan seterusnya,” ujarnya lalu tersenyum

Wanita lajang yang kini memasuki usia kepala tiga tercebur ke tabloid esek-esek ini secara tak sengajaDia mengawali karir jurnalistiknya sebagai reporter berita kriminal di sebuah tabloid di SurabayaSekitar delapan tahun lalu dia dipindahkan ke JakartaSaat di ibu kota itulah, ada tawaran dari seorang teman  untuk memegang sebuah tabloid biro jodoh”Tak tahunya tabloid esek-esekTapi karena godaan materi saya mau saja,” kata wanita kelahiran Pulau Sambu, Kepulauan Riau itu

Omzet tabloid Lipstik lumayan besarDalam tiga minggu, pendapatan iklan bisa Rp 60 juta dari pemasang iklanBelum lagi penjualan sekitar 40 ribu eksemplar per minggu tabloidnyaSebuah pendaptan yang lumayan untuk usaha yang hanya dikelola belasan orang.

Distribusinya pun lumayan luasBeberapa edisi  tabloid kadang sampai ke pembaca di Papua, bahkan ke Malaysia untuk menyapa para pekerja migran asal Indonesia”Kami bisa memberi bonus, THR 150 persen, bonus tahun baru, pokoknya gede lah,” katanya

            Apalagi, model-model Lipstik tak semuanya minta bayaran mahal”Ada yang Rp 400 ribu sekali pemotretanSekali itu artinya bisa ratusan frame, terserah fotografernya,” katanya

     Begitu fotonya tampil, para model bispak tersebut umumnya juga memborong tabloid edisi tersebut”Mereka bawa ke kafe-kefe sebagai bahan jualanIbaratnya jadi ratu semalamLaki-laki hidung belang pasti penasaran ingin membuktikan, sama enggak foto dengan aslinya,” kata TasmiApalagi,di samping foto ditulis hasil wawancara dengan model bertopik seputar ranjang dan seksualitas

            Setelah tahu ”harga” jualnya naik setelah dimuat, model-model bispak –yang sudah naik kelas--  itu yang gantian merengek minta difoto lagiIstilahnya sudah naik kelas ”Ada banyak yang sekarang jadi artis di televisi, saya nggak usah sebut namanyaNanti malu,” katanya

            Tasmi menggeluti dunia itu sejak tahun 2000Selama enam tahun dia berjibaku dengan aneka ragam protesBerulang kali kantornya yang terletak di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, diteror orang”Handphone saya diteror, di –SMS, diancam, tapi saya nggak kapok juga,” katanya

            Hati nuraninya sulit tersentuh ”Memang bagi saya efek terparah dari bisnis ini adalah tumpulnya nuraniCuek dan tidak lagi perduli dengan orang lain,” ujarnya 

            Dia juga mengaku tak takut dengan sweeping ormas-ormas keagamaan semcam Front Pembela Islam (FPI) ”Kami paling tiarap satu minggu habis itu genjot lagi,” katanya

    Kalau pas apes, dia memang berurusan dengan petugas keamananPada Maret 2003, mislnya, Tasmi dipanggil Polda Metro Jaya sebagai tersangkaDia diinterogasi di bagian Reserse UmumDia dijerat dengan pasal 282 KUHP tentang melanggar kesusilaan di muka umumAncaman pidanya satu tahun enam bulanTapi, beruntung, kasusnya tak belanjut  ke pengadilan.

            Tersandung masalah dengan polisi tak juga membuat Tasmi kapokBahkan, dua tahun berikutnya, oplah tabloidnya kian meningkatDia juga punya kenalan seorang oknum petugas yang akan mengkontak kalau bakal ada razia”Kami siasati dengan melihat momentumKalau bulan puasa, cover-nya kami ganti lebih tertutup dan mengurangi masa terbit,” katanya

            Kalau sebelumnya repot hunting cari model, setelah Lipstik makin dikenal banyak calon model yang silih berganti minta diorbitkanTak jarang mereka merayu fotografer agar bisa tampil di cover depan Lipstik”Kebijakan saya setelah pemotretan selesai, ya sudahKalau ada affair dengan fotografer itu diluar tanggung jawab kamiUntuk bisnis tabloid panas, biasanya memang fotografernya harus nakal,” katanya

            Suatu saat, kantornya didatangi seorang ibu setengah bayaDia memohon-mohon agar anaknya dipotret sebagai model”Ditelanjangi saja nggak papa MbakTolong kami benar-benar butuh duit,” ujarnya menirukan ibu ituKarena tak tega, model itu akhirnya dikontrak.

            Pertengahan 2005, menjelang bulan Ramadan, mobil Tasmi terjebak kemacetan di bundaran Hotel Indonesia, JakartaAda demonstrasi mendukung RUU Anti PornografiMayoritas pesertanya ibu-ibu yang berpanas-panas, berteriak sambil membentangkan poster

            ”Saat itu baru ada desiran dalam hati sayaKok ironi sekali ya, ada ibu yang demo, ada ibu yang justru memohon-mohon minta anaknya ditelanjangin,” katanyaPergulatan batin Tasmi semakin menghebat ketika kantornya dilanda konflik internal

            Atas saran seorang sahabatnya, akhirnya dia memutuskan mundur dari Lipstik pada awal 2006Empat bulan kemudian tabloidnya tutupSemua karyawan dan awak redaksi berpencaran”Setahun saya hanya menangisTak punya kerjaan, bingung dan gundah,” katanya

            Tasmi lalu diajak mengikuti sebuah majelis taklim di Bekasi, Jawa Barat, dekat rumah orang tuanyaPelan-pelan, rasa percaya dirinya muncul lagi”Padahal, sebelumnya saya takut ketemu orangSaya sudah suudzon mereka tahu masa lalu saya,” kata alumnus Stikosa AWS (Akademi Wartawan Surabaya) itu

            Dia lalu menuliskan pengalaman hidupnya dalam bentuk novel berjudul Sebelum Cahaya-Mu DatangDalam kisah nyata itu dia memakai nama samaran Wiena Damayanti”Awalnya tak ada penerbit yang mau menerbitkan, saya kirim berulangkali, tapi ditolak terus,” katanya

            Akhirnya, April 2008, penerbit Hikmah (anak group Mizan) bersedia menerbitkannyaModel Ratih Sanggarwati dan artis Inneke Koesherawati ikut menyumbang testimoni dalam novel setebal 421 halaman ituTasmi sering diundang dalam acara bedah buku dari satu forum ke forum lain”Saya dedikasikan novel ini untuk ibu-ibu yang rela terpanggang matahari untuk mengusir wabah pornografiPercayalah B, perjuangan Anda tak sia-sia,” katanya(el/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler