Dulu Penggembala Kambing, Ingin Bangun Akademi Angkat Besi

Sabtu, 29 September 2018 – 00:14 WIB
Eko Yuli Irawan mempersembahkan medali emas Asian Games 2018 untuk Indonesia. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Eko Yuli Irawan, peraih medali emas dari cabor angkat besi di ajang Asian Games 2018, tak akan melupakan masa lalunya. Eko kecil adalah penggembala kambing.

Ingatan akan masa lalu itu menggerakkannya untuk membantu mengubah nasib anak-anak yang terlahir dari keluarga seperti dirinya. Eko bermimpi membangun akademi angkat besi.

BACA JUGA: Gulai Istri Bikin Eko Yuli Malas Jajan di Luar

Pria asal Metro, Lampung, tersebut mengibaratkan akademi itu dengan sekolah sepak bola. Semua program dan fasilitas akan dia berikan. Dengan catatan, atlet yang dimaksud memang punya potensi.

Melalui akademi tersebut, Eko berharap bisa mengangkat derajat ekonomi mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu.

BACA JUGA: Eko Yuli Irawan Turun di Kelas 61 Kg

”Untuk itu, saya juga siap blusukan ke daerah yang potensial seperti Lampung,” katanya.

Mimpi mendirikan akademi angkat besi juga dilandasi kondisi olahraga tersebut saat ini. Kini Eko belum memiliki pelapis yang bisa mendekati capaiannya.

BACA JUGA: Demi Prestasi, Eko Yuli Irawan Sering Berantem sama Istri

Padahal, usianya saat ini sudah 29 tahun. Usia yang memasuki masa senja bagi seorang atlet. ”Kalau saya segera memutuskan berhenti (jadi atlet), seperti ada beban,” ungkapnya.

Sembari tetap turun sebagai atlet, Eko menyiapkan diri membangun akademi angkat besi. Akademi itu nanti berdiri mandiri. Terpisah dari pengurus daerah. Dengan begitu, atlet dari berbagai wilayah Indonesia bisa berlatih di akademi yang kelak dia bangun tersebut.

”Jadi, nanti bisa berjalan beriringan (dengan pelatnas),” lanjutnya. Hanya, rencana pria kelahiran 24 Juli 1989 tersebut masih menemui kendala. Eko belum mendapatkan lahan yang representatif untuk mendirikan akademi itu.

”Lebih tepatnya belum ada. Saya sedang membangun komunikasi dengan banyak pihak untuk minta dukungan,” ujarnya.

Jika akademi itu berdiri, Eko berkomitmen bakal menghidupi secara maksimal. Bekalnya adalah uang hadiah dan bonus selama ini. Bekal lainnya ilmu selama menjadi atlet.

Sebelum mimpi itu benar-benar terealisasi, Eko akan terus mengejar prestasi. Bapak dua anak tersebut masih penasaran untuk meraih medali emas Olimpiade. Capaian tertinggi Eko di Olimpiade adalah medali perak. Eko juga masih berhasrat tampil di Asian Games empat tahun lagi di Hangzhou, Tiongkok.

Baginya, usia hanyalah deretan angka. Selagi masih mampu dan kuat, dia tetap ingin tampil di pentas dunia. Seperti seorang Oscar Figueroa, lawan tandingnya yang merengkuh medali emas Olimpiade Rio 2016 pada usia 33 tahun.

”Selain itu, saya punya beban moral. Karena belum ada pelapis yang bisa bersaing di pentas internasional,” terangnya. (nap/c6/fim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awalnya Tegang, Jokowi Lantas Tertawa Girang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler