jpnn.com - JAKARTA - Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Bone-511 adalah salah satu armada kapal perang TNI AL di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). KRI Teluk Bone termasuk kapal perang berjenis Landing Ship Tank (LST) atau kapal pendaratan tank amfibi.
Kapal perang jenis LST 542 Class merupakan produksi negeri Paman Sam (Amerika Serikat). Pada saat saat Perang Dunia II, kapal jenis ini mempunyai peran yang sangat penting saat operasi pendaratan pasukan Sekutu di pantai Normandia, Prancis di 1944, dan operasi laut AS di Vietnam pada periode 1967-1970.
BACA JUGA: Penyuap Jaksa Kejati Jabar Segera Duduk di Kursi Pesakitan
Merujuk dari sejarahnya, KRI Teluk Bone 511 yang masuk LST 542 Class bisa digolongkan sebagai light LST. Pasalnya bobot mati kapal ini hanya 1.651 ton, sementara untuk bobot muatan penuhnya bisa mencapai 4.145 ton.
Pada awal tahun 1960-an, khususnya dalam menyongsong operasi Trikora, TNI Angkatan Laut mulai kebanjiran LST untuk menunjang misi pendaratan amfibi saat itu. Kemudian berlanjut di awal sekitar tahun 1967-an, LST 542 Class buatan AS lainnya didatangkan lagi untuk memperkuat Satuan Kapal Amfibi TNI Angkatan Laut hingga berjumlah sembilan kapal.
Saat ini, KRI Teluk Bone sedang mendukung Satuan Tugas Pengamanan Daerah Perbatasan (Pamtas) RI dan Republik Demokratik Timor Leste (RI-Timor Leste) yakni mengangkut pasukan Satuan Tugas Yonif Raider 641/Beruang, Rabu (8/6).
BACA JUGA: Pemangkasan Dana Transfer Daerah Bertentangan dengan Nawa Cita
Pemberangkatan Satgas Pamtas ini dilepas Kepala Staf Kodam XII/Tanjungpura Brigjen TNI Ahmad Supriyadi didampingi Wadan Lantamal XII Kolonel Marinir Andi Rukman. Satgas Pamtas Yonif Raider 641/Bru menggantikan Batalyon Armed 10/Kostrad di salah satu perbatasan wilayah NKRI yaitu perbatasan antara RI-RDTL di Nusa Tenggara Timur.
Kepala Dispen Kolinlamil, Letkol Laut (KH) Bazisokhi Gea menuturkan KRI Teluk Bone-511 berada di bawah pembinaan Satlinlamil Surabaya membawa Satgas Pamtas Yonif Raider 641/Bru dari pelabuhan Dwikora Pontianak ke daerah sasaran operasi sebanyak personel 350 orang lengkap dengan persenjataan dan amonisi dan 6 kendaraan taktis serta 43 koli peralatan lainnya.
Penugasan ke daerah operasi bagi seorang prajurit TNI merupakan wujud nyata pengabdian kepada negara dan bangsa, serta suatu kehormatan dan kebanggaan bagi seorang prajurit itu sendiri. Selain itu keberhasilan dalam mengemban tugas pengamanan perbatasan RI-RDTL ini, tidak saja akan berdampak positif terhadap upaya menjaga keutuhan wilayah NKRI, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan rakyat terhadap kredibilitas TNI sebagai alat pertahanan negara.
Tertuang dalam UU No 34 tahun 2004 bahwa tugas pokok TNI yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta melindungi segenap bangsa Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Sebagai kapal pendarat amfibi, KRI Teluk Bone 511 dibekali dengan kemampuan angkut cargo. Selain bisa dimuati 17 unit tank pada tank deck (dek bagian bawah), dek utama (dek bagian atas) juga dapat diakses untuk keluar masuk kendaraan, hal ini dimungkinkan berkat adanya elevator forward setelah pintu pada ramp. Dalam gelar operasi, dek utama kerap ditempati kendaraan pendukung seperti truk, artileri, jip, dsb. Soal kapasitas muatan bergantung pada jenis misi yang diembannnya, secara umum LST 542 class bisa dimuati beban antara 1.600 ton hingga 1.900 ton.
KRI Teluk Bone 511 peruntukannya tidak hanya untuk mengangkut tank tetapi juga mengangkut pasukan Marinir untuk tugas pendaratan pasukan ke bibir pantai, tersedia dua unit LCVP (Landing, Craft, Vehicle and Personnel). Sedangkan persenjataannya kapal ini dilengkapi PSU (penangkis serangan udara), ada dua pucuk kanon twin kaliber 40 mm (di haluan dan di buritan), empat pucuk kanon 40 mm laras tunggal, dan 12 pucuk kanon 20 mm laras tunggal. Kesemuanya dioperasikan secara manual. Kapal perang ini secara keseluruhan diawaki oleh 7 perwira dan 104 anak buah kapal.
Sampai saat ini, KRI Teluk Bone 511 berada di bawah pembinaan Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Surabaya dan dikomandani Letkol Laut (P) A. Fakhrudin yang merupakan alumni Akademi Angkatan Laut 1999. Sebagai wujud orisinalitas, corong komunikasi dari bridge (anjungan) ke kamar mesin masih menggunakan pipa dan bukan radio seperti kapal militer masa kini. Jam, lonceng, instrumen, bahkan lambang kapal asli dari AS masih ada di beberapa kapal-kapal LST eks Perang Dunia II ini.
Keberadaan KRI Teluk Bone 511 masih eksis dan tetap dapat beroperasi hingga saat ini tidak terlepas dari upaya-upaya TNI Angkatan Laut dalam rangka mempertahankan kesiapan teknis KRI melalui program Perpanjangan Usia Pakai (PUP). Selama lebih dari 40 tahun setelah memperkuat jajaran kapal perang TNI Angkatan Laut, kapal perang ini banyak dilibatkan dalam operasi militer, baik Operasi Militer Perang (OMP) di Timor Timur maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP) lainnya yang bersifat bhakti kemanusiaan.(fri/jpnn)
BACA JUGA: Ternyata, Begini Cara Mengasah Naluri Tempur Prajurit TNI AL
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Buah Jokowi Dinilai Tak Solid Hadapi Kartel Daging
Redaktur : Tim Redaksi