Dumbo, Gajah Kebanggaan Warga Surabaya dan Kekhawatiran Setelah Kematiannya

Selasa, 28 Desember 2021 – 11:14 WIB
Dokumentasi - Anggota Komisi B DPRD Surabaya Alfian Limardi saat melihat anak gajah KBS beberapa waktu lalu. (FOTO ANTARA/HO-FPSI Surabaya)

jpnn.com - Baru-baru ini salah satu gajah milik Kebun Binatang Surabaya (KBS) mati. Kematian gajah bernama Dumbo itu tidak hanya menyisakan duka mendalam, melainkan juga meninggalkan kekhawatiran soal penyebabnya.

Laporan Arry Saputra, Surabaya

BACA JUGA: Bu Risma Ajak Cucu Jalan-jalan ke KBS, Ternyata Dumbo Sudah Besar

DUMBO adalah gajah kebanggaan KBS. Warga Surabaya pun mencintai gajah sumatra itu.

Nama Dumbo merupakan pemberian Tri Rismaharini pada 2019 saat Bu Risma -panggilannya- masih menjabat wali kota Surabaya. Dumbo lahir pada 22 Juli 2019 dari induk bernama Lembang (49), sedangkan pejantannya Doa (54).

BACA JUGA: Dumbo, si Gajah Kecil yang Bisa Terbang

Humas KBS Agus Supangkat mengatakan Dumbo lahir secara normal dengan berat 112 kilogram dan tinggi badan 88 sentimeter. Lingkar dadanya 118 sentimeter.

Nahas, Dumbo meninggal di usia 2,5 tahun pada Rabu (15/12) pukul 03.26 WIB. Kematiannya disebabkan penyakit elephant endotheliotropic herpesvirus (EEHV).

BACA JUGA: Ada Fosil Gajah Purba di Bandung, Begini Penampakannya

Tidak ada yang menyangka Dumbo terkena penyakit itu. Di seluruh kebun binatang di Indonesia, belum pernah ada kasus gajah mati akibat EEHV.

Kasus kematian gajah balita itu pun menjadi perhatian. Sebab, Dumbo-lah gajah piaraan pertama di kebon binatang yang mati akibat virus itu.

Sehari sebelum dilaporkan mati, Dumbo terlihat lesu, kurang aktif, dan nafsu makannya menurun. Syahdan, tim dokter hewan memeriksanya.

Hasil pemeriksaan itu mengungkap Dumbo mengalami sianosis. Lidah hewan berbelalai itu membiru, sedangkan di sekitar matanya mengalami pembengkakan.

Tim dokter pun merawat Dumbo secara intensif dengan memberikan terapi cairan, obat-obatan, vitamin melalui oral, dan injeksi. Ada pula perawatan klisma untuk Dumbo agar kotoran di pencernaannya bisa keluar.

Namun, kenyataan yang ada tak sesuai harapan. Keesokan harinya, Dumbo mati akibat virus dengan nama beken herpes tersebut.

Ternyata, EEHV tak hanya menyerang Dumbo. Kakaknya, gajah bernama Gonzales, juga terserang EEHV.

Beruntung, gajah berusia 11 tahun itu kembali sehat setelah menjalani perawatan intensif.

Setelah kematian Dumbo, petugas KBS mulai mensterilkan akses menuju kandang gajah. Hal itu dilakukan untuk memberi ketenangan terhadap gajah lainnya.

“Langkah itu dilakukan atas rekomendasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim,” ujar Agus.

Kabar kematian Dumbo sampai ke telinga Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Anas Karno. Dia mendesak KBS memublikasikan penyebab kematian gajah tersebut.

“Saya minta harus disampaikan terbuka hasil autopsinya,” ucap Anas.

Dia menegaskan KBS bukan milik pihak tertentu. “KBS adalah aset pemkot dan milik warga Kota Surabaya yang sangat dicintai,” tuturnya.

Tenaga Pakar Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Eksotik, dan Aquatik, drh. Wisnu Wardana menyatakan kematian Dumbo merupakan hal mengagetkan.

“Itu (gajah di kebun binatang mati karena EEHV, red) baru pertama kali, bikin kaget. Virusnya berbahaya juga, terutama mematikan bagi anak gajah,” ungkapnya.

Menurutnya, EEHV masuk ke Indonesia pada kurun waktu 2010-2014. Virus itu menyebar di beberapa lembaga konservasi, seperti di Tangkahan (Sumatera Utara) dan Way Kambas (Lampung).

Wisnu mengatakan gajah berusia nol sampai sepuluh tahun rentan terkena EEHV. Dia menyebut virus dengan daya bunuh sangat tinggi itu eksotik.

“Sama kayak Covid-19, pertama kali muncul banyak yang mati, tetapi lama-kelamaan akan banyak yang sembuh juga karena perawatan yang intensif,” ujarnya.

Sampai saat ini, belum ada dokter maupun ilmuwan yang menemukan obat untuk menyembuhkan gajah
terjangkiti EEHV. Beruntungnya, virus tersebut hanya bisa menular ke hewan yang sama.

“Penyakitnya enggak bisa menular ke hewan lain, hanya sesama gajah saja. Makin muda makin rentan. Sifat-sifat penyakitnya kayak gitu,” jelas pria yang aktif di Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) itu.

Asal EEHV juga belum diketahui. Virus itu dianggap membingungkan karena bisa saja ditularkan oleh orang yang merawat gajah sebelumnya.

Wisnu mengingat sebuah perkataan para ahli bahwa gajah Asia dan Afrika sebagai pembawa virus EEHV. Ketika gajah itu tinggal di alam liar, virus bisa datang dari mana saja.

“Kalau hidupnya di tengah hutan bisa terkena virus dari mana saja dan itu tidak bisa diketahui,” kata Wisnu.

Pria yang pernah menjadi konsultan World Wild Fun for Nature (WWF) Indonesia itu berasumsi bahwa virus bisa saja sudah ada di dalam tubuh Dumbo. Hasil autopsi menunjukkan dagu Dumbo membengkak, selaput lendir di belalainya pucat atau kebiruan.

“Organ-organ tubuhnya pendarahan semua. Itu saya lihat dari foto-foto autopsi bahwa itu virus (herpes,red). Saya yakin sekali,” tegasnya.

Wisno menjelaskan herpes pada gajah merupakan penyakit berbahaya yang belum ada obatnya. Penyembuhan yang bisa dilakukan hanya dengan melakukan perawatan secara intensif disertai pemantauan yang ketat.

Oleh karena itu, Wisnu mengingatkan KBS memperketat sistem biosekuriti. “Gajah muda sebaiknya jangan diekspos,” kata Wisnu. (mcr12/jpnn)


Redaktur : Boy
Reporter : Arry Saputra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler