Dunia Usaha Perlu Prediksi Cermat Kurangi Risiko PascaCovid-19

Rabu, 20 Mei 2020 – 23:31 WIB
Ketua Umum JAPNAS Bayu Priawan Djokosoetono. Foto: dok. JAPNAS

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) Bayu Priawan Djokosoetono mengungkapkan, pandemi COVID-19 telah menghentikan banyak kegiatan produksi akibat pembatasan mobilitas manusia, sehingga terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan.

“Pandemi ini telah menyebabkan terganggunya ekonomi bisnis secara ekstrim, khususnya sektor produksi, Sehingga jalinan mata rantai sektor terkait juga terganggu, bahkan stagnasi,” kata Bayu Priawan, dalam Webinar bertajuk Potret Kondisi dan Prediksi New Normal Ekonomi Indonesia, Selasa (19/5).

BACA JUGA: Antisipasi Pemindahan Ibu Kota, Japnas Dorong Investasi di Jatim

Chairman Bluebird Group ini mengatakan, pemerintah telah berupaya melakukan mitigasi atas kemungkinan terpuruknya dunia usaha dengan mengalokasikan anggaran khusus penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19.

"Namun dunia usaha perlu prediksi secara cermat dan lebih prudential agar tidak terlalu dalam menanggung risiko," ujarnya.

BACA JUGA: JAPNAS: Potensi Alam jadi Nilai Tambah Perkembangan Bisnis di Jambi

Faisal Basri yang juga hadir dalam acara tersebut menambahkan, telah terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan akibat pandemi.

"Bahkan sektor keuangan mengalami guncangan, bursa saham dan pasar obligasi ikut tertekan. Investasi nyaris berhenti, dan jutaan pekerja telah dirumahkan,” katanya.

BACA JUGA: 3 Rekomendasi JAPNAS Kepada Pemerintah Kembangkan Industri Kreatif

Hampir semua negara di dunia, kata Faisal, ekonominya mengalami tekanan yang hebat akibat pandemi virus asal Wuhan, Tiongkok itu.

"Kurva aggregate supply bergeser ke kiri. Semua sektor terkait terganggu, sehingga mengakibatkan demand shock, menggeser aggregate demand ke kiri atau ke bawah. Semua negara telah mengalokasikan anggaran besar untuk menangani Covid-19," jelas Faisal.

Faisal membandingkan krisis ekonomi dan depresi besar pada 1929 akibat wabah penyakit. Pada masa itu, langsung tersedia obatnya dengan sejumlah kebijakan ekonomi untuk memulihkannya.

“Tetapi akibat pandemi saat ini, semua berjalan serbat tidak jelas. Sistem informasi dan globalisasi yang sangat masif menjadikan kondisi ekonomi dunia terguncang. Butuh kebijakan ekstra keras dan dana yang besar untuk mitigasi dan penyelamatan menuju kondisi new-normal,” kata Faisal Basri.

Sementara, Ketua Harian JAPNAS Widiyanto Saputro mengatakan bahwa pada prinsipnya pengusaha selalu membutuhkan informasi kondisi dan forecast ekonomi aktual yang terpercaya, peta jalan yang cukup bisa diandalkan menghadapi situasi COVID-19 ini.

“Kami perlu memahami di mana ombak besar dan di mana karang. Sekalipun kami tak mampu mengatur arah angin, tetapi kami bisa menyesuaikan layar. Mengambil kesempatan, tumbuh dan melaju cepat kedepan,” ujar pemilik Arumbumi Group ini penuh semangat.

Dalam webinar kali ini tercatat 380 anggota Japnas terdaftar, tersebar dari 15 Provinsi yang diwakili para Ketua Umum Wilayah masing-masing.(mg7/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler