Duta Petani Milenial Sukses Ekspor Makanan Olahan Cokelat, Sebegini Nilai Omzetnya

Minggu, 15 Agustus 2021 – 16:59 WIB
Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian asal Denpasar, Bali, Kadek Surya Prasetya Wiguna. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, DENPASAR - Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian asal Denpasar, Bali, Kadek Surya Prasetya Wiguna sukses memanfaatkan tanaman cokelat menjadi sejumlah makanan olahan.

Produknya bahkan tembus ekspor ke mancanegara, sehingga mampu meraih omset fantastis.

BACA JUGA: Mantap! Total Nilai Merdeka Ekspor Pertanian Mencapai Rp 7 Triliun

Produksi cokelat di Indonesia mengalami peningkatan, khususnya di Desa Cau, Bali.

Kadek Surya kemudian mengolah dan memasarkannya lewat PT Cau Chocolate Bali.

BACA JUGA: Merdeka Ekspor Bukti Nyata Ada Pertumbuhan Ekonomi di Masa Pandemi

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi langkah dan pencapaian yang ditunjukkan Kadek Surya.

Menurutnya, Indonesia membutuhkan banyak petani milenial.

BACA JUGA: Penglihatan Anda Mulai Memburam? Segeralah!

"Saat ini total petani Indonesia sebanyak 71 persen berusia 45 tahun ke atas sedangkan yang di bawah 45 tahun sebanyak 29 persen,” ujar SYL dalam keterangannya yang diterima, Minggu (15/8).

Mentan berharap kelompok tani dan petani ke depan dapat menggarap hasil pertanian mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Meliputi pengolahan pascapanen, sampai ke packaging dan trading produk, sehingga produk pertanian bisa dilakukan lintas negara.

"Kita harus tahu persaingan produk pertanian sekarang sudah lintas negara."

"Petani Indonesia harus kompetitif dalam keterampilan teknis, pemanfaatan model bisnis, model bisnis dan manajemennya," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan sektor pertanian sangat strategis untuk ketahanan perekonomian bangsa dan negara.

Karena itu, perlu upaya seluruh jajaran untuk dapat bersama-sama mengelola pertanian di setiap daerah, mulai dari desa hingga nasional.

"Pertanian sangat menjanjikan menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa dan rakyat."

"Hadirnya DPM/DPA diharapkan mampu menciptakan penguatan resonansi bagi para milenial lainnya untuk berkecimpung di sektor pertanian,” katanya.

Kadek Surya Prasetya Wiguna yang juga sebagai 'Entrepreneur Heroes BNI', mampu menginspirasi petani muda lain.

Kadek rela meninggalkan posisi nyaman dengan gaji puluhan juta di sebuah Bank BUMN dan beralih profesi menjadi petani.

Milenial yang mampu menyelesaikan pendidikan S1 ekonomi dalam waktu 2,5 tahun itu memilih menjadi Chief Executive Officer (CEO) PT Cau Chocolate Bali.

Kadek Surya Prasetya menyebut pertanian menjadi salah satu peluang bisnis yang sangat menjanjikan.

Pertanian menjadi sektor yang tetap stabil dan berkelanjutan dalam berbagai situasi.

"Melihat usaha yang telah saya dan ayah saya jalankan memiliki peluang yang cukup tinggi, maka saya memutuskan untuk fokus menggeluti bisnis Cau Chocolate ini," ucapnya.

Tanaman Cokelat memiliki peluang pasar internasional.

Indonesia bahkan sempat menjadi pemilik tanaman cokelat terbaik nomor tiga di dunia.

Sayang, pada 2017 posisi tersebut tergusur menjadi urutan 6 di dunia.

Menyikapi persoalan ini, pihaknya kemudian melakukan beberapa terobosan.

“Komoditas kakao ditentukan oleh harga dunia sehingga dengan mengetahui standar dunia maka petani bisa menjual kakao mengikuti standar harga dunia."

"Akan tetapi, pada kenyataanya petani hanya menerima 70 persen dari standar harga kakao dunia akibat panjangnya rantai distribusi,” ucap Kadek.

Menurut Kadek, petani jarang bisa menjual panen cokelat langsung ke pabrik.

Karena itu, Cau Chocolate berperan memutus rantai distribusi tersebut.

Petani kini dapat menjual tanaman cokelatnya ke koperasi petani, lalu masuk ke Cau Chocolate.

"Dengan terpotongnya rantai distribusi maka harga yang diterima petani tidak lagi 70 persen tetapi mencapai 90 persen."

"Saat ini Cau Chocolate disupport oleh 600 orang petani berada di Tabanan dan Jembrana dan 200 di antaranya telah bersertifikasi organik," katanya.

Kadek lebih lanjut mengatakan, mereka pada awalnya fokus memenuhi permintaan dalam negeri, khususnya sebagai oleh-oleh (gift).

Namun, wisatawan yang datang ke Bali turun hingga 99 persen.

Maka mau tidak mau CAU Chocolates harus berani melakukan perubahan strategi.

Salah satunya membuka pasar domestik (di luar Bali) dan melakukan perdagangan secara ekspor.

Sebelum pamdemi market share untuk ekspor hanya sekitar 10 persen.

"Namun saat pandemi, penjualan CAU Chocolates melalui ekspor naik hingga 50-60 persen dari total omzet,” ucap Kadek.

Cau chocolates merupakan satu-satunya coklat Indonesia yang telah meraih organik sertifikasi dari badan terakreditasi milik pemerintah Indonesia, Amerika (USDA) dan Eropa (EU).

Karena itu, tak heran di periode Januari–Juni 2021 PT Cau chocolates berhasil mengekspor 4.2 ton olahan cokelat.

Baik berupa cocoa powder, NBS, butter, coconut sugar serta dark chocolate kelima negara tujuan ekspor.

Yakni, Malaysia, Brunei, Singapura, Qatar serta negeri sakura Jepang.

Bila dikonversi ke rupiah total ekspor PT Cau Chocolate dalam enam bulan terakhir mencapai Rp 1.265 miliar.

Pihaknya selalu memastikan kualitas produk telah sesuai dengan standar internasional.

"Pada prinsipnya ketika bicara ekspor, yang paling utama adalah standar kualitas."

"Kami di Cau Chocolates telah memiliki banyak sertifikasi seperti Organik Indonesia, Organik Eropa, halal, GMP. BPOM, ISO 9001:2015," katanya.

Sementara dalam kegiatan ekspor, Kadek mengatakan Cau Chocolates juga bekerja sama dengan banyak pihak, baik pemerintah dalam ini Kementerian terkait serta perbankan.

Dirinya juga memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produknya ke luar negeri.

Cau chocolates tidak hanya terlibat dalam pelestarian cokelat organik sebagai kegiatan utama.

Cau Chocolates juga berkomitmen menjaga alam dan budaya Bali melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar.

Salah satunya, memberikan ruang atau akses kepada anak–anak untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pengembangan budaya Bali sebagai roh utama dalam pariwisata di Bali.

Setelah dikukuhkan menjadi Duta Petani Milenial (DPM), bersama Kementerian Pertanian (Kementan) Kadek dan rekan DPM/DPA lainnya berupaya untuk meresonansi generasi muda diseluruh Indonesia agar bersama-sama meningkatkan pembangunan pertanian bahkan hingga tembus pasar dunia.(*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler