jpnn.com, JAKARTA - Gempuran e-commerce bak dua sisi mata uang bagi industri tanah air. Di satu sisi, e-commerce memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk.
Namun, derasnya arus barang impor yang masuk akan menantang keberadaan industri domestik.
BACA JUGA: Jelang Tutup Tahun, Tiki Buka 20 Gerai Baru
Insentif fiskal dan penguatan produk dalam negeri menjadi solusi.
’’E-commerce akan membuat kita mudah diserang produk asing. Namun, di sisi lain akan membuka kita menyerang pasar yang lebih luas. Itu yang harus dimanfaatkan,” ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Shinta Kamdani, Rabu (27/12).
BACA JUGA: Menanti Janji Pemerintah Tetapkan Pajak e-Commerce
Strategi paling cepat, menurut Shinta, adalah memberikan insentif fiskal kepada pengusaha domestik, khususnya untuk pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh).
Selain itu, pemerintah pusat perlu mendorong kepatuhan pemerintah daerah terhadap kebijakan pusat.
BACA JUGA: Siap-Siap, Harbolnas 2017 Tawarkan Diskon Hingga 95 Persen
”Karena sebenarnya selama ini permasalahan terbesar ada di daerah, khususnya permasalahan izin dan regulasi,” ujarnya.
Dengan adanya e-commerce, Shinta beranggapan bahwa pemeritah harus memanfaatkan guna mendorong industri-industri lokal untuk berinovasi.
Salah satunya adalah pemanfaatan UKM untuk memiliki akses pasar yang lebih baik.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingratubun menyatakan, keberpihakan pemerintah dalam mempromosikan produk dalam negeri masih sangat kurang.
”Apakah kuantitas produk kita belum fulfil atau harga barang impor lebih murah? Sebenarnya jawabannya tidak. Hanya karena kualitas produk dalam negeri belum memadai dan pengetahuan tentang kemasan produk masih perlu ditingkatkan,’’ urai Ikhsan.
Menurut dia, jika produk impor merajalela, produk di Indonesia tidak bisa menjadi tuan di negeri sendiri.
’’Pemerintah harus bertindak dengan cepat untuk memberikan akses pemasaran. Salah satunya dengan cara mempromosikan secara serius produk Indonesia. Juga memberikan akses permodalan serta memberikan pengetahuan kemasan yang bertaraf internasional,” pungkasnya.
Pengamat ekonomi Said Didu mengungkapkan, jika e-commerce terus-menerus dibanjiri produk asing, kondisi tersebut akan mengancam perekonomian Indonesia sendiri.
’’Beda dengan luar negeri yang ketika e-commerce masuk, negara mereka sudah siap dengan produk lokal dan segala sistem logistik distribusinya. Salah jika menganggap e-commerce adalah satu-satunya solusi ekonomi, jika di sisi lain bisa mematikan industri kita sendiri,’’ ujarnya.
Menurut Said, pengembangan digital harus dibarengi pemerintah dengan penguatan produk lokal.
Sebab, kemajuan e-commerce justru harus memacu industri lokal untuk semakin berkualitas dan efisien.
’’Saya setuju digitalisasi tidak dapat dihindari, tapi membuat produk lokal tidak boleh dilupakan. Sekarang saja sudah banyak anak muda yang masuk e-commerce,’’ tambahnya. (agf/c17/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terbitkan Aturan Fintech, BI Perkuat Larangan Bitcoin
Redaktur & Reporter : Ragil