jpnn.com - WABAH virus Ebola yang saat ini melanda kawasan Afrika Barat disebut sebagai yang terburuk dalam 40 tahun terakhir. Negara-negara yang terjangkit pun mulai kewalahan menangani penyebaran virus mematikan itu.
Data terbaru World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa sejak Desember lalu sudah 3.944 orang dinyatakan positif terjangkit Ebola di Guinea, Liberia, Sierra Leone, Nigeria dan Senegal. Lebih dari setengahnya meninggal dunia.
BACA JUGA: Hamil Lagi, Istri Pangeran William Derita Morning Sickness
"Jumlah kasus baru bergerak jauh lebih cepat dari kapasitas untuk menanganinya," tulis WHO dalam keterangan pers yang dikutip oleh USA Today, Selasa (9/9).
Sayangnya, fasilitas kesehatan di negara-negara terdampak itu sangat minim. Kondisi ini diperparah lagi dengan banyaknya tenaga medis -yang jumlahnya juga minim- ikut terjangkit.
BACA JUGA: Virus Langka Serang Ratusan Bocah di AS
Menurut WHO, dibutuhkan 200 sampai 250 orang tenaga medis untuk menangani 70 pasien Ebola secara maksimal. Padahal, di seluruh Afrika Barat tercatat ada 240 tenaga medis yang sudah terinfeksi. "Karena itu setiap infeksi atau kematian seorang dokter ataupun perawat, memiliki dampak yang sangat besar terhadap kapasitas penanganan," tulis WHO lagi.
Namun, organisasi yang berada di bawah PBB itu tidak putus asa. Jumat (5/9) lalu, Direktur Jendral WHO, Margaret Chan mengatakan bahwa dua buah vaksin anti-Ebola mungkin akan tersedia untuk konsumsi luas akhir tahun ini. Sekitar sepuluh obat baru juga tengah dikembangkan saat ini.
BACA JUGA: Dinyatakan Kalah, Capres di Afghanistan Tolak Hasil Pilpres
Pernyataan Margaret ini diamini pakar mikrobiologi Kanada, Gary Kobinger. Ia optimistis perkembangan dalam dunia obat-obatan akan menjadikan wabah Ebola kali ini yang terakhir dalam sejarah manusia. "Di masa depan kita akan memiliki lebih banyak pilihan senjata untuk menambah apa yang sudah kita miliki," ujarnya.(dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Aroma Palestina, Dubes Selandia Baru Ditolak Israel
Redaktur : Tim Redaksi