Eceng Gondok Mengancam Kelangsungan Sumber Air Bersih Batam

Sabtu, 25 April 2015 – 05:53 WIB

jpnn.com - BATAM - Kelompok petambak ikan di Batam menggelar aksi gotong royong di Dam Duriangkang, Jumat (24/4). Mereka menggelar aksi sosial itu karena sadar dan prihatin. Pasalnya kelangsungan waduk yang menjadi sumber air paling besar di Batam tersebut mulai terancam. Kondisinya kini banyak ditumbuhi eceng gondok. 

"Selamat datang pak, dari tadi sudah ditunggu. Mari kita langsung ke lokasi. Teman-teman sudah mulai panen eceng gondok," ujar Atet, sapaan Tet Djiu lantas tertawa.

BACA JUGA: Wow... Kecamatan Ini Terima Dana Rp 7,695 Miliar

Atet masih tak berubah sejak dari tiga tahun lalu. Penampilannya sederhana, ala petambak ikan. Bicaranya lugas meski bercampur dialek Tiongkok kental. Atet salah satu dari puluhan petambak ikan yang mengais rejeki di Dam Duriangkang, sejak tahun 90-an.

Sesuai janji sebelumnya, siang itu Atet dan kawan-kawannya minta diliput untuk panen eceng gondok.

BACA JUGA: Hobi Bolos, Empat PNS Dipastikan Dipecat

Istilah panen digunakannya, melihat tanaman eceng gondok sudah memenuhi pesisir Dam Duriangkang lebih kurang empat puluh persen.

”Awalnya cuma sedikit, tapi karena angin kencang dan kemarau, eceng gondok dibawa arus ke tepi tambak,” ujarnya.

BACA JUGA: Tunjangan Aparat Desa Naik, Berapa?

Diceritakan Atet, dirinya dan 11 petambak lainnya, sudah seminggu lebih mengangkut eceng gondok dari Dam Duriangkang.

Namun belum banyak perubahan. Yang terlihat malah tanaman eceng gondok semakin subur dan bertambah banyak.

”Tenaga kami terbatas pak. Padahal sudah dipasang jaring pengaman agar tanaman tersebut tak sampai merambah ke tambak.

Tapi tetap saja akarnya menjalar semakin kuat,” ujar Atet dengan wajah lesu.

Atet yang juga Ketua Koperasi Citra Budidaya Terpadu, kelompok budidaya ikan air tawar, menuturkan, jika eceng gondok menutupi Dam Duriangkang, maka akan berpengaruh terhadap ekosistem sumber mata air Batam itu.

Oksigen berkurang, cahaya matahari tak tembus hingga ke dasar, dan parahnya lagi, akar eceng gondok dapat menyebabkan air berbau lumpur. Kondisi saat ini, kata Atet, masih belum parah.

Meski sudah mempengaruhi siklus panen para petambak tersebut.

”Dulu kita ada ikan mas, nila dan lele. Sekarang cuma ikan nila dan lele saja. Ikan mas tak kuat dengan kondisi cuaca dan kadar oksigen Dam Duriangkang,” jelas Atet

Ditambahkannya, jika dulu para petambak di Dam Duriangkang, depan pintu III Batamindo ini bisa menghasilkan rata-rata 1 ton perhari, maka sekarang ini angka tersebut hanya bisa dihasilkan dalam satu minggu.

”Itupun kalau cuaca lagi bagus. Bapak lihat sendiri, debit air Dam Duriangkang sudah menyusut,” tuturnya.

Penyusutan debit air Dam Duriangkang, menurut Atet dikarenakan banyaknya pembukaan lahan perkebunan di sekitar dam tersebut. Lahan perkebunan itu terlihat di depan dam atau lebih dekat dari arah jalan raya Perumahan Legenda Malaka.

Sesekali Atet berbaur bersama teman-temannya. Sebelas pria bertubuh kekar, silih berganti mengangkut eceng gondok dari air sebatas pinggang. Sebagian orang lainnya, membantu dari atas perahu di tengah dam.

Hama air eceng gondok itu, bukan main suburnya. Ukurannya rata-rata 50 hingga 100 centimeter.

Tumbuh berkelompok dengan akar yang mengikat satu sama lain. Ketika diangkut dari air, dalam kondisi basah, berat eceng gondok bisa mencapai tiga hingga 5 kilogram.

Disinggung soal staus hutan lindung dan larangan beraktivitas di Dam Duriangkang, Atet terdiam sejenak.

Namun, Atet menjelaskan, dia sudah mengantongi izin usaha koperasi di kawasan Dam Duriangkang, dengan berbagai syarat.

Mulai dari bertanggung jawab terhadap pelestarian hutan, tidak melakukan illegal loging dan tidak membuka tambak lebih dari yang disepakati. (we/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini SMS Nakal Dosen IAIN ke Mahasiswinya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler