jpnn.com, JAKARTA - Seiring dengan pembangunan dan perbaikan kilang yang dilakukan Pertamina, kini operasional kilang lebih hemat dan mampu bersaing dengan sejumlah kilang milik perusahaan energi dunia di Asia Pasifik.
Kerja keras Pertamina tersebut dapat dibuktikan dengan biaya operasional kilang yang terus mengalami penurunan rata-rata sekitar USD 3,67 per barel.
BACA JUGA: Pertamina Bantu 455 UMKM Binaan Go Global, Ini Strateginya!
Menurut data dari Wood MacKenzie 'Refinery Benchmarking 2021', biaya operasional kilang Pertamina ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional kilang di Singapura yang mencapai USD 7,81 per barel.
Biaya operasional kilang terendah telah dicapai dua kilang, yakni Refinery Unit (RU) IV Cilacap yakni USD 2.83 per barel dan RU III Plaju yakni USD 2.92 per barel.
BACA JUGA: Gelar Program Greenpartner 7.0, Pertamina dan DLH Provinsi Jawa Barat Berkolaborasi
“Upaya pembangunan dan revamping kilang terus dilakukan Pertamina dan hasilnya mampu menekan operasional kilang sehingga lebih rendah dari perusahaan migas lainnya di Asia Pasifik,” ungkap Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional.
Penurunan operasional kilang diperoleh dari terobosan dan penghematan yang dilakukan Pertamina, terutama dalam pengadaan minyak mentah.
BACA JUGA: Begini Cara Pertamina Distribusi BBM ke Masyarakat Secara Tepat dan Efisien
Saat ini, untuk pengadaan crude Pertamina mampu bersaing di pasar global senilai USD 69,246 per barel atau lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada di angka USD 69,46 per barel dan satu perusahaan migas lain jauh di atas, yakni USD 71,80 per barel.
Melalui program RDMP yang terus berjalan, kilang Pertamina juga menjadi lebih fleksibel mengolah berbagai jenis minyak mentah.
Karena itu, kata Taufik, rata-rata Net Cash Margin (NCM) Pertamina sangat positif, yakni sebesar USD 4,88 per barel.
Keberhasilan ini bahkan jauh dibandingkan dengan Malaysia Pertronas USD 1,56 per barel.
Taufik menyebutkan salah satu upaya menekan biaya operasi dengan penurunan biaya pembelian crude.
"Karena porsi terbesar dalam produksi BBM adalah biaya pembelian minyak mentah yang mencapai 92 persen dari biaya pokok produksi,” pungkasnya. (mrk/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi