Eh, Emang Pak SBY Terlalu Baper ya?

Sabtu, 28 Juli 2018 – 00:24 WIB
Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri bersalaman dengan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan HUT ke-72 RI di Istana Merdeka, Kamis (17/8). Foto: Biro Pers Setpres

jpnn.com, JAKARTA - Wasekjen PPP Achmad Baidowi menyindir Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai sosok politikus yang terlalu baper (bawa perasaan). Ini terkait pernyataan SBY yang merasa ada penghalang untuk bergabung dengan partai koalisi pendukung Jokowi.

"Jadi elite politik itu jangan terlalu baper. Karena kalau sudah diawali dengan baper, maka tidak akan bisa menerima ucapan pihak lain dengan pikiran yang positif. Bawaannya negative thinking terus dengan orang lain," tegasnya ditemui INDOPOS (Jawa Pos Group) di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (26/7).

BACA JUGA: Realistis, PKS Terbuka Mengulang Pola Koalisi Pilkada DKI

Seperti diberitakan sebelumnya, SBY menerangkan, sebelum pilihannya jatuh ke koalisi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dirinya sudah berupaya mendekati Jokowi. Namun gagal lantaran dirinya merasakan ada pembatas yang menghalangi Demokrat bergabung dalam koalisi pendukung Jokowi.

Tanpa mau menyebut pihak mana yang menjadi penghalang Demokrat berkoalisi, SBY dalam kesempatan jumpa pers di kediamannya di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, Rabu (25/7) malam, juga menyebut masih adanya jarak dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

BACA JUGA: Masalahnya di Pak SBY Sendiri, Rakyat Tahu Itu

SBY juga mengecam komentar Ketua Umum PPP Romahurmuzy bahwa tak jadinya Demokrat bergabung ke Jokowi lantaran nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) gagal menjadi cawapresnya Jokowi. "Sesama ketua umum partai tak perlulah ancam-mengancam," ujar Baidowi.

Senada disampaikan Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto. Dia menyebut, keluhan SBY mengenai hubungannya dengan Megawati Soekarnoputri yang masih menyisakan jarak merupakan kebiasaan musiman jelang pemilihan umum.

BACA JUGA: Kubu Prabowo Mulai Bahas Pembagian Kekuasaan

Menurut Hasto, keluhan musiman SBY terselip harapan untuk menyukseskan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Seluruh pergerakan politik Pak SBY adalah untuk anaknya, sementara Ibu Megawati jauh lebih luas dari itu. Ibu Mega selalu bicara untuk PDI Perjuangan untuk Pak Jokowi, untuk rakyat, bangsa dan negara, sementara Pak SBY selalu saja mengeluhkan hubungan itu," ucap Hasto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (26/7).

Ia menegaskan bahwa gagal tidaknya Partai Demokrat berkoalisi dengan partai politik pemerintah, lebih karena kalkulasi rumit yang dilakukan SBY, karena hanya fokus pada masa depan AHY.

"Jadi sebaiknya pemimpin itu bijak, kalau tidak bisa berkoalisi dengan Pak Jokowi karena sikapnya yang selalu ragu-ragu, ya sebaiknya introspeksi dan jangan bawa nama Ibu Mega seolah sebagai penghalang koalisi tersebut. Sekiranya Pak SBY mendorong kepemimpinan Mas AHY secara alamiah terlebih dahulu, mungkin sejarah bicara lain," paparnya.

Ia pun mengingatkan momen jelang Pilpres 2004, saat itu SBY menyatakan diri sebagai orang yang didzalimi. "Secara psikologis, seharusnya yang mendzalimi itu yang merasa bersalah, tetapi kenapa ya Pak SBY justru tampak sebagai pihak yang merasa bersalah dan selalu menuduhkan hal yang kurang pas tentang Ibu Mega?" ungkapnya.

BACA JUGA: Masalahnya di Pak SBY Sendiri, Rakyat Tahu Itu

Pengamat politik Universitas UIN Syarif Hidayatullah Syarwi Pangi Chaniago mengatakan bahwa SBY memang sulit untuk bergabung dengan koalisi manapun jika tetap memaksakan nama AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) menjadi cawapres.

"Selagi ngotot ingin AHY cawapres, maka saya pastikan SBY dan Demokrat tidak akan diterima oleh koalisi manapun," ujarnya kepada INDOPOS. (dil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Sebut Megawati Jadi Perintang, Begini Ceritanya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
SBY   Baper   Koalisi  

Terpopuler