jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai pengetatan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau tapering off The Fed akan menjadi tantangan kompleks mengingat adanya krisis pandemi Covid-19.
"Tapering jangan dianggap enteng," kata dia kepada JPNN.com, di Jakarta, Jumat (27/8).
BACA JUGA: 3 Pejabat The Fed Mendesak Pengurangan Pembelian Aset, Tapering Dimulai?
Bhima menyebutkan ada perbedaan situasi tapering off antara 2013 dan saat ini. Pada 2013 tapering off berubah menjadi taper tantrum dan Indonesia masuk kedalam the fragile five atau 5 negara yang rentan gejolak keuangan.
"Padahal tahun 2013 belum ada krisis sedalam krisis pandemi Covid-19. Sementara saat ini tantangan makin kompleks, karena Indonesia masih menghadapi pandemi dan pembatasan mobilitas," bebernya.
BACA JUGA: Lagi-Lagi Rupiah Hari Ini Digoyang Isu Tapering, Anjlok
Bhima menegaskan saat ini tantangan mengendalikan dampak tapering makin berat.
Akibatnya, lanjut dia, bisa saja investor melakukan perubahan cepat dari instrumen yang berisiko tinggi seperti pasar saham ke instrumen yang lebih aman.
BACA JUGA: Isu Tapering Off The Fed Tak Bisa Dianggap Remeh, Coba Lihat Kurs Rupiah Senin
Pasalnya, ada flight to quality sehingga instrumen berbasis USD seperti Treasury bond lebih diburu ketimbang surat utang di negara berkembang.
Yield atau imbal hasil Treasury bond sudah meningkat menjadi 1,34 persen untuk tenor 10 tahun menyambut The Fed Jackson Hole Symposium.
"Sementara USD Index telah meningkat 3,4 persen secara year to date atau dari awal Januari 2021 hingga 27 Agustus 2021 ke level 93," ungkap Bhima.
Menurut Bhima, sebaiknya Bank Indonesia (BI) lekas membuat langkah sebagai respons dini dari kebijakan The Fed dalam waktu dekat.
"Misalnya tekanan ke kurs rupiah menembus level Rp 15.500-Rp16.000 per USD. Maka BI disarankan segera melakukan intervensi dengan menambah pembelian SBN di pasar sekunder," ujar Bhima.
Sebelumnya, Tiga pejabat Federal Reserve AS (The Fed) mendesak bank sentral untuk mengumumkan rencana pengurangan pembelian aset.
Dikutip dari Antara, Pejabat The Fed meminta pengumuman segera dilakukan setelah September, meskipun ada risiko dari varian Delta Covid-19.
"Berdasarkan semua yang saya lihat, saya tidak melihat apa pun pada titik ini yang akan menyebabkan saya mengubah pandangan saya secara material," kata Presiden Federal Reserve Bank Dallas Robert Kaplan dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
Robert Kaplan meyakini tak akan mengubah pendapatnya hingga pertemuan September mendatang.
"Kami akan mulai melaksanakan rencana itu pada bulan Oktober atau segera sesudahnya," ujarnya.
Robert Kaplan pun berharap penyebaran cepat varian Delta beberapa pekan terakhir tidak berdampak serius pada ekonomi AS.
"Apa yang kami lihat adalah bisnis dan konsumen belajar untuk beradaptasi dan melanjutkan hidup mereka," katanya.
Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard juga mengatakan bahwa bank sentral harus segera mulai mengurangi pembelian aset.
Dia menyebut The Fed harus segera menyelesaikan prosesnya pada akhir Maret untuk mencegah ekonomi AS dari overheating.
"Saya pikir ada kekhawatiran bahwa kami melakukan lebih banyak kebijakan tidak sesuai daripada membantu pembelian aset karena ada gelembung perumahan yang baru jadi di AS," kata Bullard.
Pada sebuah wawancara dengan FOX Business, Presiden Bank Federal Reserve Kansas City Esther George mengatakan bahwa bank sentral harus mengurangi pembelian aset "lebih cepat daripada nanti."
"Saya pikir komunikasi tentang hasil pertemuan September kami akan mencerminkan pertimbangan dan pandangan komite tentang bagaimana kemajuan itu dicapai," katanya. (mcr10/antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekonom Peringatkan Ancaman Nyata Dampak Tapering Off The Fed
Redaktur & Reporter : Elvi Robia