jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Energi Widhyawan Prawiraatmaja mengatakan larangan ekspor batu bara membawa berbagai macam dampak salah satunya adalah hilirisasi.
Menurutnya, Indonesia sangat tergantung pada batu bara tidak hanya masalah listrik PLN tetapi juga ke perekonomian.
BACA JUGA: Penghina Ulama Sukabumi Diciduk, Polisi Ungkap Motifnya, Ternyata!
Dua komoditas penting, seperti batu bara dan minyak sawit itu ada di Indonesia.
Batu bara merupakan salah satu sumber energi fosil yang menyumbang emisi dan deforestasi.
BACA JUGA: Berita Duka, Vidia Devi Meninggal Dunia, Polres dan Polsek Langsung Memburu
Lambatnya peralihan teknologi hijau menyebabkan batu bara masih menjadi komoditas utama dunia, khususnya Indonesia.
Selain itu, Wawan menyebut bahwa batu bara menjadi penyumbang neraca perdagangan terbesar dan dari sisi fiskal pendapatan negara sangat dibutuhkan.
BACA JUGA: Peristiwa Menimpa Hoerudin di Sukabumi Bisa Menjadi Pelajaran Berharga
Apalagi, lanjut Wawan, memasuki 2022 ini kebutuhan membenahi fiskal akibat terkoreksi oleh beban pembiayaan utang yang besar akibat pandemi Covid-19.
"Masalah batu bara, harus konsisten jangan membuat kebijakan setengah-setengah," ucapnya dalam Focus Group Discuss Pertambangan, Senin (10/1).
Oleh karena itu, dia menyarankan agar Domestic Market Obligation (DMO) dibuat seperti indeks agar bisa naik turun dan tidak terjadi kekeliruan.
Porsi batu bara dalam bauran energi Indonesia mencapai sekitar 60 persen.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan pada awal 2022, sedangkan PLN hanya mendapatkan pasokan sebesar 35.000 ton batu bara.
PLN telah mengamankan 13,9 juta ton. Namun, masih membutuhkan enam juta ton lagi untuk memastikan agar stok mencukupi kebutuhan untuk 20 hari, yaitu sebesar 20 juta ton.
PLN pada November memperkirakan akan membutuhkan 119 juta ton pada 2022. (mcr28/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-Detik Ratusan Brimob Bersenjata Lengkap Mengepung Meikarta, Menegangkan!
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Wenti Ayu