Ekonom Indef Mewanti-wanti Stabilisasi Kurs Rupiah, Ada Apa?

Selasa, 16 April 2024 – 21:19 WIB
Rupiah melemah di atas Rp 16 ribu per USD. Ilustrasi rupiah: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memberikan saran terkait stabilisasi nilai tukar atau kurs rupiah.

Abdul memandang bahwa intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah harus diimbangi dengan kondisi politik yang stabil di dalam negeri.

BACA JUGA: Merosot Lagi, Rupiah Tembus Rp 16.088 Per USD

"Kita memahami bahwa BI itu tidak punya cadangan yang besar untuk intervensi, sehingga yang perlu diperhatikan tentu kita harus melihat bagaimana nanti intervensi BI yang dilakukan itu harus diikuti dengan gejolak politik yang baik di dalam negeri," kata Abdul di Jakarta, Selasa.

Abdul pun mewanti-wanti, jangan sampai tren pelemahan nilai tukar rupiah saat ini diperparah dengan gejolak politik yang merugikan sehingga dapat menyebabkan rupiah berpotensi merosot ke level yang lebih rendah.

BACA JUGA: Geger Rupiah Makin Loyo, Bambang Brodjonegoro Bilang Begini

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap USD  pada Selasa pagi turun 240 poin atau 1,51 persen menjadi Rp 16.088 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 5 April 2024 sebesar Rp 15.848 per USD.

Kemudian pada Selasa sore, kurs rupiah ditutup merosot 328 poin atau 2,07 persen menjadi Rp 16.176 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 5 April 2024 sebesar Rp 15.848 per USD.

Pelemahan nilai tukar rupiah di hari kerja pertama pasca-liburan Lebaran ini terjadi seiring dengan konflik Iran dan Israel serta sentimen penundaan pemotongan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).

Melihat kondisi tersebut, Abdul juga mengingatkan bahwa rupiah pada saat ini semakin menjauhi asumsi APBN. Dalam asumsi dasar ekonomi makro pada APBN 2024, pemerintah mematok nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per USD. Kondisi tersebut akan merugikan bisnis mengingat para pelaku ekonomi menjadikan asumsi APBN sebagai rujukan untuk merencanakan bisnisnya.

"Kalau itu makin melemah, maka akan merugikan bisnis, khususnya bisnis yang terkait dengan lalu lintas negara, terutama impor bahan baku atau bahan modal yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat lewat peningkatan harga dalam negeri," kata Abdul.

BI melakukan sejumlah langkah penting untuk menjaga kestabilan rupiah usai libur Lebaran dan di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah dan dinamika perkembangan perekonomian AS.

Salah satu langkah yang dilakukan yaitu menjaga keseimbangan supply-demand valuta asing (valas) di pasar (market) melalui triple intervention khususnya di spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

BI juga meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong aliran modal masuk asing (capital inflow), seperti melalui daya tarik Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan hedging cost.

Selain itu, BI akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pemangku kepentingan terkait, seperti pemerintah, Pertamina, dan lainnya.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
rupiah   BI   Perekonomian   kurs rupiah  

Terpopuler