jpnn.com, JAKARTA - Aksi penggabungan atau merger perusahaan telekomunikasi (telko) dinilai para pengamat dapat berdampak positif bagi transformasi digital yang tengah digencarkan pemerintah. Salah satunya mengurangi kesenjangan digital di luar Jawa.
"Dampak positif akselerasi dan pemerataan transformasi digital akan berujung pada kesinambungan pertumbuhan ekonomi," kata Nailul Huda, Peneliti dan Ekonom Indef dalam keterangannya kepada media, Sabtu (3/9).
BACA JUGA: Cara Pemasaran Digital yang Efektif untuk Pelaku UMKM, Tolong Disimak
Transformasi digital yang booming belakangan juga dinilai masih lambat, salah satu tantangan terbesar karena masih adanya kesenjangan digital di berbagai daerah.
Hal ini tak lepas dari wilayah Indonesia yang sedemikian luas dan terpisah-pisah di pulau-pulau tersendiri sehingga menjadi pekerjaan berat yang mesti diselesaikan semua pihak.
BACA JUGA: ASN BKN Pusat dan Daerah Diminta Cakap Digital Serta Menguasai 4 Pilar
“Perlu upaya lebih untuk meratakan pembangunan Indonesia sehingga transformasi digital bisa berjalan lebih baik dan cepat karena saat ini masih terpusat di Pulau Jawa, sedangkan kesenjangan digital di luar Pulau Jawa masih relatif tinggi,” ujarnya.
Penting karenanya adanya kolaborasi dan sinergi antara pemerintah dan swasta untuk mengatasinya. Salah satunya melalui konsolidasi atau merger perusahaan sehingga cakupan layanannya bisa menjangkau hingga daerah terpencil.
BACA JUGA: Solusi Sinergi Digital Bakal Luncurkan Metaverse Bernama MyVerse
“Nah, diharapkan dari swasta, ketika terjadi konsolidasi bisa meningkatkan capex untuk memperkecil tingkat kesenjangan digital, seperti Indosat-Tri dan XL-Axis, diharapkan bukan cuma dari sisi bisnis, tetapi juga dalam mengurangi kesenjangan digital,” jelasnya.
Dengan luas geografis Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, menurut dia, perlu kerja keras pemerintah dan swasta untuk mencapai pemerataan transformasi digital yang ideal.
Baik itu dari akses internet, kecepatan broadband, kecepatan internet mobile download, kecepatan internet fixed broadband, infrastruktur pendukung, dan lainnya.
Banyak literatur yang menggambarkan kondisi transformasi digital di Indonesia yang belum merata, terlebih lagi di luar Jawa.
“Kami mendorong pemerintah mampu mengambil alih untuk pembangunan digital di daerah yang sulit dijangkau dan tidak feasible dari sisi bisnis, sedangkan swasta juga mampu bergerak dalam pembangunan infrastruktur sesuai dengan kemampuan serta alokasi capex," terang Nailul.
Selain infrastruktur, tantangan lain yakni pembangunan SDM, karena kesenjangan digital di bidang SDM juga masih ada.
Head of Investment Pacific Capital Investment David Manurung yang juga mencermati industri jasa layanan telekomunikasi menyatakan merger antarperusahaan telekomunikasi merupakan jawaban bagi para pelaku industri untuk merespons kebutuhan modal yang tinggi, terciptanya stuktur biaya yang efisien sekaligus untuk lebih bersaing dengan para kompetitornya.
Sebagai contoh konkret, merger PT Indosat Ooredoo dan PT Hutchison Tri Indonesia (3) menjadi PT Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang efektif berlaku pada 4 Januari 2022 termasuk ke dalam kategori merger horizontal karena memiliki lini usaha yang sama.
“Merger ini akan mempermudah Indosat untuk memperluas dan meningkatkan layanan teknologi 5G di seluruh area Indonesia dan juga menguntungkan konsumen dari sisi layanan," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad