Ekonom Sebut Pembentukan Bullion Bank Bisa Optimalkan Pengelolaan Emas

Jumat, 05 Maret 2021 – 15:40 WIB
Ekonom CORE sebut pembentukan Bullion Bank bisa optimalkan pengelolaan emas. Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai rencana pemerintah membentuk Bullion Bank merupakan langkah strategis untuk memaksimalkan pengelolaan emas dalam negeri.

“Kalau melihat dari posisi cadangan emas Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar dunia, tentu ini merupakan salah satu kebijakan strategis dalam pengelolaan emas di dalam negeri,” katanya di Jakarta, Jumat (5/4).

BACA JUGA: Pemerintah Kaji Pembentukan Bullion Bank, Menko PerekonomianSebut Banyak Manfaatnya

Yusuf percaya pembentukan Bullion Bank akan mampu memberikan banyak manfaat.

Hal ini, lanjut dia, seperti prediksi pemerintah, bahwa tempat resmi jual beli logam itu akan mendorong penghematan devisa negara.

BACA JUGA: Tambang Emas yang Menewaskan 9 Warga Bekas Peninggalan Zaman Belanda

"Karena hasil emasnya bisa disimpan di dalam negeri," ucap Yusuf.

Kemudian, kata dia lagi, menjadi diversifikasi produk yang bisa dijual oleh pihak bank.

Bahkan, Yusuf berujar, nantinya masyarakat juga bisa mendapatkan imbal hasil dari emas yang disimpannya.

“Apalagi nantinya bank mempunyai peran dalam mengontrol harga emas,” ujar dia.

Tak hanya itu, menurut dia emas yang merupakan logam mulia bersifat likuid, jika ingin digunakan sebagai instrumen investasi akan menambah minat dan pilihan masyarakat dalam berinvestasi di sektor ini.

“Adanya Bank Bullion saya kira bisa menambah minat dan pilihan masyarakat dalam berinvestasi di sektor ini,” katanya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menambahkan selama ini Indonesia memang tidak cukup dalam mengelola dan mengembangkan industri perhiasan emas.

Padahal, Piter mengatakan, Indonesia memiliki pertambangan Grasberg di Papua yang merupakan tambang emas terbesar di dunia setelah South Deep Gold Mine di Afrika Selatan.

Grasberg memiliki cadangan emasnya mencapai 30,2 juta ounce.

Selain itu Indonesia juga merupakan negara produsen emas terbesar ketujuh di dunia dengan produksi pada 2020 mencapai 130 ton atau 4,59 juta ounce.

Di sisi lain PT Aneka Tambang atau Antam sebagai produsen asal Indonesia hanya tergolong sebagai junior gold miner company dengan produksi pada 2020 sebesar 1,7 ton.

Sementara konsumsi emas Indonesia cenderung masih rendah dengan rincian untuk retail investment 172.800 ounce dan perhiasan 137.600 ounce.

“Sebagaimana hasil mineral kita yang lain, kita selama ini memang tidak cukup mengelola emas. Kita tidak cukup mengembangkan industri perhiasan emas kita misalnya,” tegas dia.

Oleh sebab itu, Piter menuturkan Indonesia juga membutuhkan industri hilir yang mengelola emas

Agar, sambung dia industri perhiasan emas nasional mampu lebih optimal.

“Kita ekspor raw materials, granula. Kita impor perhiasan emas. Kita tidak punya industri pengelolaan emas. Jadi kita membutuhkan industri hilir yang mengelola emas,” jelas Piter (antara/jpnn).


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler