Ekonom Sebut Stimulus Sosial Dorong Pemulihan Ekonomi Nasional

Rabu, 14 April 2021 – 06:22 WIB
Ekonomi menilai stimulus pemerintah terutama program pemulihan ekonomi nasional (PEN) bidang perlindungan sosial. Foto: Dean Pahrevi/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai stimulus pemerintah terutama program pemulihan ekonomi nasional (PEN) bidang perlindungan sosial dengan anggaran Rp 157,41 triliun mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Kalau berbicara stimulus yang lain seperti misalnya bansos dan juga BLT memang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata dia di Jakarta, Selasa (13/4).

BACA JUGA: Dukung PEN, Bea Cukai Langsa Lepas Ekspor Perdana 2021

Menurut dia, program perlindungan sosial dengan anggaran Rp 157,41 triliun meliputi PKH Rp 28,71 triliun, kartu sembako Rp 45,12 triliun, Pra Kerja Rp 20 triliun, BLT Dana Desa Rp 14,4 triliun, bansos tunai Rp 12 triliun, perlinsos lainnya Rp 37,18 triliun.

Yusuf mengatakan stimulus pemerintah seperti bantuan sosial (bansos) dan BLT dapat berdampak langsung terhadap konsumsi rumah tangga sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat nyata.

BACA JUGA: Kemenhub Bakal Terima Tambahan Dana PEN 2021 Sebesar Rp 2,05 Triliun

"Ini terjadi karena konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi sangat besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu hampir 60 persen," beber dia.

Yusuf juga menuturkan hal tersebut telah terbukti ketika bantuan sosial disalurkan maka proses pemulihan ekonomi mulai terlihat, terutama di kuartal III dan IV tahun lalu.

Di sisi lain, bantuan pemerintah lainnya seperti subsidi ongkos kirim untuk belanja melalui online ternyata tidak terlalu berdampak secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Yusuf menjelaskan sumbangan ekonomi digital yang di dalamnya terdapat produk e-commerce hanya menyumbang sekitar dua persen terhadap PDB Indonesia.

“Kontribusi dalam menggerakkan perekonomian memang masih relatif kecil,” ujar dia.

Tak hanya itu, menurut Yusuf penjualan melalui platform online meningkat drastis karena dipengaruhi oleh adanya pandemi yang pada akhirnya mengubah pola belanja masyarakat.

“Melihat tren tahun lalu tanpa adanya subsidi ongkir dari belanja online ini meningkat drastis jadi sebenarnya kalau pun tidak ada subsidi ongkir penjualan produk online masih berpotensi tumbuh apalagi e-commerce gencar memberikan promosi,” jelas dia. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler