Ekonomi Digital Diprediksi Jadi Solusi untuk Risiko Lonjakan Inflasi

Senin, 17 Oktober 2022 – 15:49 WIB
Inflasi menghantui perekonomian global, tetapi ekonomi digital dinilai jadi solusinya. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Inflasi menghantui perekonomian global, bahkan di beberapa negara, seperti Turki, Sri Lanka, Argentina, dan Iran naik di atas 50 persen.

Kondisi inflasi dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia-Ukraina. Sebab, kedua negara tersebut memegang peranan penting dalam rantai pasok global, yakni terkait produk pangan, pupuk, maupun energi.

BACA JUGA: Soal Arahan Presiden Jokowi Terkait Ekonomi Digital, John Riady: Sangat Relevan

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi bulan September 2022 melonjak 1,17 persen secara bulanan. Inflasi September ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014.

CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani yakin ekonomi digital dapat membantu perkembangan ekonomi dengan lebih cepat.

BACA JUGA: Pemerintah Siapkan Infrastruktur dan SDM untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Digital

"Contoh paling nyata misalnya kita mampu memangkas rantai pasok produk pangan ke konsumen. Melalui aplikasi, para petani bisa menjajakan produk sayur mayur, buah, hingga hasil ternak langsung ke konsumen akhir," ungkap Johanna, di Jakarta, Senin (17/10).

Johanna mengatakan tidak hanya itu, masyarakat makin dipermudah dengan luasnya perdagangan berbasis digital (e-commerce) dan didukung pula dengan berkembangnya keuangan berbasis digital (Fintech).

BACA JUGA: Gandeng MDI Venture, Pupuk Indonesia Dukung Pengembangan Ekonomi Digital

"Pertumbuhan transaksi juga makin cepat dengan penggunaan uang elektronik (e-money) dan transaksi non-tunai lebih efektif dan efisien," katanya.

Hasil riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company, Gross Market Value (GMV) menyebut ekonomi digital Indonesia mencapai USD 70 miliar pada 2021, menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.

Potensi ekonomi digital tersebut pun masih akan terus tumbuh ke depannya. Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, tingkat pertumbuhan majemuk (Compound Annual Growth Rate/CAGR) dari ekonomi digital Indonesia sebesar 20 persen, sehingga GMV-nya akan menjadi USD 146 miliar pada 2025.

Pemerintah Indonesia juga terus menunjukkan komitmen untuk melakukan reformasi struktural perekonomian Indonesia yang mendukung inovasi dan transformasi digital.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia, Indonesia saat ini menjadi negara incaran tujuan investasi digital paling populer di Asia Tenggara.

Hal itu sejalan dengan meningkatnya penerimaan dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring atau online, perluasan, dan kemudahan sistem pembayaran digital.

Prospek yang baik itu diharapkan digitalisasi ekonomi dan keuangan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru.

"Melihat hal ini, Indonesia harus terus mempersiapkan diri dan beradaptasi termasuk salah satunya memperkuat keamanan siber dan perlindungan data pribadi. Seperti yang kita tahu, banyak terjadi kasus serangan siber sepanjang 2022, hal ini tentunya perlu menjadi perhatian ekstra bagi pemerintah," kata Johanna.

Johanna juga mengatakan diperlukan gencarnya sosialisasi untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat karena dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan keamanan publik, meningkatkan keterlibatan masyarakat, dan memperluas akses ke layanan sektor publik.

"Prospek pertumbuhan ekonomi digital Indonesia masih sangat menjanjikan, tetapi perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta dalam menciptakan ekosistem digital yang aman dan inklusif," tegas Johanna. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler