jpnn.com, BALIKPAPAN - Berbuka puasa di hotel kini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim).
Hal itu membuat kunjungan ke hotel pada tahun ini meningkat rata-rata 20-30 persen.
BACA JUGA: 232 Pemda Sudah Bayar THR PNS, Semoga Tidak Ada Lagi Kerusuhan
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kaltim Muhammad Zulkifli mengatakan, laporan dari hotel-hotel tahun ini lebih baik dari tahun lalu.
BACA JUGA: Pemilu Bakal Kerek Industri Makanan dan Minuman
BACA JUGA: Kadin Beber 2 Cara Dorong Ekonomi Dalam Jangka Pendek
Pada 2018, keterisian restoran hotel 50-60 persen. Pada tahun ini bisa mencapai 70-90 persen.
Dalam sehari, ratusan pax terjual di restoran-restoran hotel. Trennya pun masih sama, yakni booking dalam jumlah yang cukup banyak.
BACA JUGA: Hary Tanoe Beber 4 Kiat Agar Pertumbuhan Ekonomi Tembus 7-8 Persen
Biasanya permintaan buka bersama didominasi perusahaan-perusahaan swasta.
Rata-rata 50 persen booking-an berasal dari swasta, 20 persen pemerintah, dan 30 persen individu.
“Setiap tahun minat masyarakat terus meningkat. Itu memperlihatkan ekonomi semakin baik,” jelasnya, Jumat (31/5).
Selain itu, dibukanya akses Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto di Samarinda juga menjadi salah satu penyebab konsumsi yang tercatat terus membaik.
Kegiatan-kegiatan masyarakat juga semakin banyak. Misalnya, reuni sekolah atau ulang tahun dan sebagainya turut mendongkrak minat menuju restoran.
“Hotel dipilih karena harga-harga restorannya sangat terjangkau. Tidak seperti dahulu, harganya jauh berbeda dengan restoran yang ada di luar hotel,” terangnya.
Terpisah, Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Samarinda Wied Paramartha mengatakan, restoran bisa menopang pemasukan hotel selama Ramadan.
“Berbuka puasa di hotel sudah jadi tren,” katanya.
Dia menjelaskan, revenue food and beverage (F&B) hampir di semua hotel lebih baik dari room saat Ramadan.
Di hotel-hotel berbintang di Samarinda setiap harinya bisa terisi sekitar 70 persen dari total target, bahkan ada yang lebih.
“Ada perbedaan tahun ini dan tahun lalu,” tuturnya.
Menurutnya, tingkat keterisian yang penuh pada Ramadan tahun lalu terjadi pada minggu kedua.
Sementara itu, pada Ramadan tahun ini peak season untuk F&B baru terjadi pada minggu ketiga Ramadan. Namun, hal itu tidak menjadi masalah yang besar.
“Kami targetkan keterisian restoran di Samarinda bisa mencapai 85 persen dari target,” tutupnya. (*/ctr/ndu/k15)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Batu Bara Pegang Kendali Pertumbuhan Ekonomi
Redaktur & Reporter : Ragil